Yang udah ninggalin jejak dengan klik vote, dengkiuuuuuuuuuu banyak-banyak.
I'm so speechless for 1k voted🤟🧡Happy reading🧡
***
Teresa nampak lebih banyak diam belakangan ini.
Berbagai hal berkecamuk dalam pikirannya.
Pelajarannya yang mulai tersendat, cara menjauhi Adevin, pertengkarannya dengan Tarina, dan bagaimana ia harus menghadapi hari-harinya bersembunyi dari kenyataan.
"Re, gue masuk ya?"
Tanpa mengetuk, Taraga yang sudah membuka pintu kamar Tere segera melenggang masuk dan menggeret kursi belajar Tere ke samping tempat tidur.
Teresa tak merasa terusik dengan kedatangan Taraga, ia tetap bergelung di balik selimutnya.
"Masalah lo selamanya gak akan pernah selesai kalo lo terus sembunyi kaya gini, Re." ucap Taraga sebagai kata sambutan.
Namun kembarannya itu tetap diam dan lebih memilih mengacuhkan tayangan televisi.
"Tere, dengerin gue." Taraga menarik kedua tangan Teresa hingga gadis yang begitu lemas itu turut terduduk.
Teresa yang telah terusik memilih untuk menuruti saja apa yang dilakukan oleh Taraga. Ia duduk bersila di hadapan Taraga.
"Yang perlu lo lakuin sekarang, adalah menjalani. Hadapi apapun yang akan terjadi, masalah hasilnya kita akan sama-sama tau di akhir, OK?" tutur Taraga masih menatap tepat di kedua manik mata Tere.
"Gue gak suka liat lo udah kaya orang gila gini, gue temenin lo ngomong langsung sama Adevin ya, kita selesain masalah ini secepatnya."
***
"Sejak kapan lo jadi sedewasa ini, Tar?" cicit Tere yang tengah berjalan bersebelahan dengan Taraga.
"Seperti yang lo tau aja." sahut kembarannya.
"Seperti banget bahasa lo." cibir Teresa yang mencoba terkekeh untuk menutupi kekhawatirannya.
"Banyak yang nuntut gue buat mikir lebih keras ke banyak sisi Re, gue gak mau sebodoh Taraga yang dulu, Taraga yang cuma bisa ngomong dan main tangan."
"Gue udah janji sama mendiang mama papa buat jagain lo sama Tarina, jadi apapun yang terjadi, gue pengen selalu jadi tameng paling depan buat ngelindungi kalian berdua."
Taraga merangkul Teresa saat keduanya telah tiba di depan sebuah bangunan bersusun kotak menjulang ke atas.
"Lo siap?" tanya Tara menoleh terlebih dahulu pada Tere untuk meyakinkan gadis itu.
Tere nampak menghela nafas panjangnya, "Selama lo nemenin gue, gue bakal sedikit berani." jawab Teresa mengeraskan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.
Melihat Teresa yang menemukan sedikit ketidakyakinannya, menggiring Taraga untuk menepuk-nepuk pundak Teresa demi memberinya semangat. "Gue akan selalu di samping lo."
Teresa mengangguk, "Gue tau, lo pasti."
"Dan harus." kekeh Teresa memulai langkah pertamanya.
"Setelah ngomong sama Adevin, please temenin gue juga buat ngomong sama Tarina ya Tar?"
.
.
.
.
."Hi guys, waw, you surprised me." seorang laki-laki yang mendiami penthouse itu terkejut saat mengetahui siapa yang menekan bel rumahnya.
"Hi, babe, ayo Tar masuk." ajak nya sambil menarik tangan Teresa.
"Miss me?" goda Adevin yang segera memeluk pacarnya itu kala mereka telah tiba di dalam.
"Ehm, Vin, kita sampai sini aja ya." tutur Teresa melepaskan pelukan Adevin.
"Huh?" Adevin melongo demi mendengar ucapan Teresa.
"Kayanya duduk dulu yuk, gue cape anjir." cicit Taraga mengulur waktu.
"Oh iya, yuk duduk dulu babe-"
"Gak usah, kita harus langsung balik habis ini." Teresa menarik lengan jaket Taraga dan memeluk lengan itu.
"Aku mau putus, Vin." lontar Teresa pada tujuan mereka datang ke sana.
"Re, gak gitu tujuan kita tadi." bisik Taraga menatap tak percaya pada Teresa.
Tanpa menanggapi ucapan Taraga, Teresa hanya memeluk lengan Taraga lebih erat, "Let's make it simple."
"Permintaan aku gampang Vin, aku mau putus."
"Gak bisa gitu dong Re, alesannya apa? Aku ngelakuin sesuatu? Aku ada salah sama kamu?" Adevin berusaha menarik kedua tangan Teresa yang memeluk lengan Tara untuk digenggamnya.
"Aku bosen sama hubungan kita." ucap Teresa.
"Oh come on, Teresa." ucap Taraga frustasi berkat mendengar alibi Teresa.
"Masalah ini gak bakal selesai kalo lo kaya gini." lanjut Taraga.
"Lo tau sesuatu, Tar?" tanya Adevin.
"Tar please... gue cuma pengen cepet selesai, gue pengen cepet-cepet pergi." tangis Teresa pecah dalam dekapan dada Taraga.
"So, let's do it." tekankan Taraga.
"Pasti bakal panjang Tar kalo harus dingomongin dari awal." rengek Teresa.
"Pasti bakal lebih panjang kalo lo bikin semuanya lebih lama Teresa... ayo ngomong sekarang, selesaikan sekarang kalo lo mau semuanya selesai sekarang." yakinkan Taraga membalas pelukan Teresa.
"What are you talking about, guys? Please, jangan bikin gue parno, is it prank?" tanya Adevin coba mencari sedikit celah kebohongan dari situasi itu.
Ia celingak-celinguk untuk memastikan keadaan sekitarnya.
***
I'm back🤟
Dengan sedikit bagian kehaluan diri, mon maap kalo ada typos🧡5:35 PM
14/05/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅
Teen Fiction{Season 2 dari cerita My Twins~3T} Dipersatukan kembali, bukanlah akhir kisah mereka. Welcome Home. » Taraga Abigael » Teresa Abiriel » Tarina Abiel Saran aja, baca dulu My Twins ~ 3T nya yak🤭 Start. : 1 Januari 2020 Finish : 16 Mei 2020 {My 5th w...