3T ~ Melepas topeng

1.7K 89 0
                                    

        Sebuah mobil keluarga yang membawa si kembar tiga telah tiba di depan gedung milik orang tua Kenan, tempat berlangsungnya pertunangan Tarina.

Supirnya sudah membukakan pintu untuk mereka.

Teresa tengah membuka bedaknya, untuk membenahi riasannya.

Sedangkan Tarina masih bersandar di punggung kursi sambil memainkan ponselnya.

Taraga mengangkat satu alisnya, memberi isyarat pada sang supir untuk meninggalkan mereka.

Setelah supirnya menjauh, Taraga menutup pintu itu lagi.

Kemudian ia menoleh ke belakang, dimana dua kembarannya sedang duduk di kursi yang bersebelahan.

"Ri, dengerin gue dulu." Taraga mengambil ponsel Tari dari tangan sang empunya.

Yang merasa diganggun enggan untuk protes, ia masih bersandar malas.

"Lo yang lebih dewasa di antara kita bertiga." Tara menatap kedua kembarannya bersamaan.

"Sebelum kecelakaan itu, mama pernah bilang ke gue, buat jaga kalian berdua, jujur gue gak tau caranya, gue gagal, gue terlalu pengecut." ucap Tara.

Teresa tersenyum ketir sambil memegang bahu Taraga.

"Gue sayang banget sama kalian berdua, meskipun gue nunjukinnya dengan cara yang sama sekali beda,"

"Gue selalu ngerasa bersalah tiap kali ngeliat kalian kesusahan dan gue gak bisa ngelakuin apa-apa."

"Sekarang Ri, hari ini, lo bakal tunangan, dan itu berkat perjodohan, yang gue tau pasti berat buat lo."

"Baru aja lulus SMA, lo harus dijodohin dan tunangan sama Kenan, gue tau banget gak gampang buat lo nerima seseorang gitu aja."

"Tanpa lo bilang juga, gue tau, banyak banget yang pengen lo keluhin." ucap Taraga serius.

"Gak usah belit-belit deh, bukan lo banget Ra, siniin HP gue." pinta Tari dengan malas.

"Ri...." sekarang giliran Teresa meraih kedua tangan Tarina dan di genggamnya erat.

"Gue ... Taraga ... selalu siap kapanpun lo pengen cerita, kapanpun lo butuh bantuan, kita berdua bakal tolongin lo apapun itu." lanjut Teresa.

"Dari sekarang, gue harap kita lepas semua topeng kita, dan mulai terbuka satu sama lain." ujar Teresa.

"Kenan sayang banget sama lo Ri, dia anak baik-baik, lo tau itu, dan dia rela ngelakuin apapun demi lo." ucap Taraga menyerahkan ponsel Tari.

"Pertunangan ini cuma ngeresmiin pacaran kalian doang, gak perlu terbebani sama apapun itu." lanjut Taraga.

"Cerita apapun yang pengen lo ceritain sama kita berdua." Teresa beranjak untuk memeluk Tarina.

"Kalian rumah gue." Taraga ikut beranjak untuk memeluk dua kembarannya yang sedang berpelukan.

***

[FLASHBACK on]
          
          "Ri yang ini ya, gak ketemu yang satu lagi."

Begitu Teresa membuka pintu kamar bundanya, dan ia terkejut melihat kehadiran papanya di sana, serta kecanggungan yang luar biasanya mendominasi ruangan itu.

"Gue taro sini ya, mau makan dulu." setelah meletakkan sepatu yang tadi ditentengnya, Teresa segera keluar dan tak lupa menutup pintu kamar itu lagi.

Ia menggigit bibir dan masih berdiri di depan pintu kamar bundanya.

"Heh patil lele, lo ngapain bediri disit-"

"Sssttttttt." desis Teresa segera membekap Taraga dan membawanya menjauh.

"Tari nangis deh kayanya." setelah menarik Taraga sampai ke dapur, Teresa segera mengadu pada kembarannya.

"Nangis? Nangis gimana?" tanya Tara mengerutkan kening.

"Ya hari ini, gue kira Tari masih belum bisa terima, tadi dia bilang mau pinjem sepatu gue, jadi gue ambil dulu di kamar,"

"Pas gue balik ke kamar bunda, kayanya bunda sama Tari lagi nangis, ada Papa Abam juga." jelaskan Teresa.

"Hufft...." Taraga memijat-mijat tengkuknya, kemudian mengusap wajahnya dengan frustasi.

Teresa mengusap-usap lengan Taraga berusaha menenangkan kembarannya.

Akhirnya Taraga memeluk Teresa, dan ia menjatuhkan air matanya di balik badan Tere.

"Re, maafin gue ya, gue gak bisa jadi sodara yang berguna buat kalian berdua." ucap Taraga berbisik seperti orang tercekik.

"Jangan ngomong gitu Ra, lo abang terbaik buat gue sama Tarina, tanpa lo, gue belum tentu sekuat ini sampe sekarang." Teresa membalas pelukan kembarannya.

"Gue gak tau mesti ngapain sekarang." kata Tara.

"Kita bantu nguatin Tari, dari sekarang kita saling nguatin ya, karena yang mama papa pengen itu kita saling ngejaga, saling nguatin." ucap Tere melepas pelukannya dan mengusap air mata Tara.

"Kita gak boleh keliatan sedih kalo mau nguatin Tarina, kita harus lebih tegar buat support dia." ujar Teresa.

"Hari ini harus jadi hari yang bahagia buat Tarina, kita gak boleh sedih kaya gini." sekali lagi Teresa memeluk Taraga sebelum akhirnya mereka kembali bersiap-siap.

[FLASHBACK off]

***

UwUuuuun 🤟
Sibling goals ala triplet keetah🧡😻
Gimana nih tanggepannya?

14/01/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang