3T ~ Debat pengantar tidur

2K 97 0
                                    

       "Bunda, Tere udah selesai." terdengar suara Teresa dari dalam kamar mandi.

"Iya sayang." Bunda Wina berlari kecil mendekati kamar mandi.

Tere sudah membuka pintu kamar mandinya.

"Aku aja bun." Taraga lebih dulu memapah Tere yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan baju tidurnya.

"Kok lo tumben?" Teresa memicingkan matanya.

"Terserah." ujar Tara berusaha tidak menggubris praduga kembarannya.

"Tere mau makan sekarang? Bunda ambilin ya." ucap Wina.

"Makan malamnya datang."

Berkat suara berat itu, Tere, Tara dan Wina secara bersamaaan menoleh ke arah pintu.

Papa Abraham tengah membukakan pintu untuk Tarina yang membawa sebuah nampan.

"Tarina," ucap Wina mengulurkan kedua tangannya menyambut Tarina.

"Mbok Sarti yang minta tolong bawain." ucap Tarina meletakkan nampan berisi makan malam Tere di atas kasur.

"Bohong." eja Abraham tanpa suara di belakang Tarina, membuat Wina terkekeh.

"Yaudah Tere makan dulu aja sayang." ucap Wina yang akan mulai mengobati Tere dengan obat oles di tangannya.

"Kalian pada ngapain bengong liatin kaki gue? Udah duduk, malah jadi pajangan." ucap Tere.

Akhirnya Tari dan Tara duduk.

"Kaki lo udah baikan Ra? Kata bunda diolesin itu juga bisa ngebantu." ucap Tere yang baru saja menelan suapan pertamanya.

"Lo pake aja sampe bener-bener sembuh, gue mah gampang." jawab Taraga masih memperhatikan gerakan tangan bundanya yang mengobati pergelangan kaki kiri Tere.

***

        "Besok kalian mau nemuin orangtua Prisilia jam berapa?" tanya Abraham merangkul bahu Tara.

"Jam 10 pa, Re lo gak usah dateng, istirahat aja." jawab Taraga.

"Gue gak sekarat, astaga." sahut Tere.

"Udah, gak usah mulai." lerai Tarina berhasil menuai senyuman bunda dan papanya.

"Mulai apaan sih, orang gak lagi main game." jawab Tere hanya ditanggapi gelengan jengah oleh Tarina

"Agenda kalian di sana besok apa?" basa-basi Wina untuk menengahi perdebatan tiada penting ketiga remaja itu.

"Kurang tau sih bun, pokoknya ngikutin pengacaranya Gior aja." sahut Tara.

"Emang gugatannya apa aja?" tanya Abraham lagi.

"Pokoknya Prisilia itu biangnya pa, dia penjilat kawakan." kata Tere.

"Termasuk penyekapan Tere yang waktu itu, itu juga berkat hasutan dia." lanjut Teresa.

"Semuanya akan dibuat adil di depan hukum, kalian gak perlu khawatir." tutur Wina selesai dengan kegiatannya mengolesi kaki Tere.

"Prom night kalian kapan diadain?" tanya Abraham menatap Tarina yang sejak tadi hanya diam memperhatikan yang lain.

"Minggu depan." jawabnya singkat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

          "Bunda mau beresin piring kotornya dulu ya." pamit Wina.

"Papa juga mau cek proposal dulu." pamit Abraham menyusul.

Setelah kepergian keduanya, yang tertinggal di kamar Teresa hanya suara TV.

Ketiga remaja itu sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sampai Tarina merangkak naik ke kasur Teresa dan memejamkan matanya.

"Gak usah repot-repot mikir, lampu kamar gue baru aja mati, papa nyuruh gue sementara malem ini tidur di sini." kata Tarina.

Tere mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Terus, lo ngapain di sono?" tanya Tere mengedikkan dagunya ke arah Tara di sofa.

"Rebahan lah, keliatannya ngapain?" sahut Tara.

"Berisik." potong Tarina memeluk guling.

"Ini kan kamar gue, kenapa gue yang kena." bisik Teresa.

"Berisik!" ucap Tara dan Tari bersamaan.

"Yaudah sih, tidur tinggal tidur aja." sahut Teresa.

"Gak usah ngegas kali." lanjut keduanya bersamaan lagi.

"Gue tebalikin juga nih kamar lama-lama." batin Tere.

***

Tebalikin begimana ceritanya, Teresa....🤣🤣
Lu jalan aja kudu dituntun gitu, sok-sokan mau nebalikin kamar kan🤭

08/01/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang