3T ~ Kepergok

961 54 2
                                    

          "Tari."

Merasakan keseriusan dalam suara Kenan, Tarina memutuskan untuk mengangkat dagunya tak lupa kedua alis yang juga turut dinaikkannya.

"Aku pengen nanya sama kamu, dan aku harap kamu jawab jujur." Kenan menatap jauh ke dalam manik mata yang kini berhadapan dengannya itu.

"Iya udah, apaan?" tanya Tarina yang jengah menanti dan hanya mendapatkan senyuman tipis super tidak ikhlas dari Kenan.

"Kemarin kamu jalan sama cowok?"

Kenyataannya, kemarin Kenan berniat menghampiri Tarina di tempat ia belajar untuk mengajaknya makan siang sebelum kembali belajar, namun dalam perjalanan, Kenan tak sengaja berpapasan dengan Tarina yang pergi bersama Aga.

Tarina enggan menjawab pertanyaan Kenan, "Hmm, sampai sekarang pun aku masih ngerasa belum bisa jadi pacar kamu Tar, apalagi tunangan buat kamu."

"Rasanya aku cuma bisa ngetawain diri aku sendiri waktu ngeliat kamu ketawa sama cowok lain kaya kemarin." Kenan membasahi bibirnya yang bahkan terasa sangat kering hanya demi menahan rasa sesaknya.

Tarina masih diam, dan hanya menatap Kenan yang sekarang membuang wajahnya.

Merasa pertanyaan pertamanya belum terjawab juga, Kenan memutuskan menginterupsi Tarina lewat tatapannya. Ia kembali membalas tatapan Tarina. Namun dengan tatapan yang lebih menuntut.

"Kalo aku jawab dia temen aku, emangnya kamu percaya?" akhirnya sahutan pertama itu keluar juga dari sela-sela bibir mungil itu.

"Kemarin aku chatting kamu kan? Kamu jawab apa? Kamu bilang mau cari buku di perpus, Tar."

Kenan menghela nafas kemudian terkekeh kecil, "Dan nyatanya, aku ngeliat kamu jalan sama cowok itu."

"Ini yang aku males Ken," tukas Tarina dengan wajah dan nada datarnya.

"Mau aku jelasin atau nggak pun, kamu tetep gak bakal percaya."

"Karena yang ada di otak kamu isinya cuma perasaan kamu doang, dari awal pun kaya gitu. Kamu pikir aku gak usaha buat hubungan ini, kan?"

"OK fine, aku emang banyak nyiksa perasaan kamu dari awal Ken, tapi seenggaknya aku berusaha buat nerima semuanya, aku berusaha ngiklasin Gior, ngelupain Gior, dan-"

Chuu~

Belum satu detik Kenan membungkam kalimat Tarina dengan ciumannya, Tari lebih dulu mendorong dada Kenan dengan kuat hingga pegutan itu pun terlepas.

"Dan kamu belum sepenuh hati nerima aku." ucap Kenan dengan nada lelahnya.

***

        "Haduh... gue mesti kabur kemana lagi nih? Lagian Adevin ngapain pake acara nyamperin ke sini segala sih?" Teresa menoleh beberapa kali untuk memastikan Adevin dan Taraga tak mengekorinya.

"Gue masuk sini dulu aja kali ya?"

Gadis itu segera masuk ke sebuah toko baju.

Beberapa saat ia memutuskan untuk berada di tempat itu, sekedar melihat, mencoba, dan belum menemukan satupun yang cocok hingga menit ke tiga puluh menit itu.

Ini Taraga sama Adevin udah pada cabut gak ya?

Dengan sedikit melongokan kepalanya ke luar toko, Teresa meraih satu gantungan baju dan membawanya ke kasir.

"Lama banget sih Re, kebiasaan kalo lagi belanja sampai berjam-jam, sampai kembung gue minum kopi."

Berkat suara bass milik Taraga, Teresa hampir saja memekik karena kaget.

"Eh gila, bikin kaget aja lo." kali ini Teresa benar-benar memukul lengan Taraga.

"Ehehee, jadi lo ngapain ngebahas riset di toko baju?" tanya Taraga yang berjalan sejajar dengan Teresa.

"Au ah, orang lagi kesel juga, gue ditinggalin masa sama kelompok riset gue, padahal cuma telat tiga puluh menit doang gue makan."

"Telat tiga puluh menit lo bilang cuma? Ke kutub utara aja sono lo." sahut Kenan.

"Dih, kaya lo gak hobi telat aja, tolong di bold ya catatan BP lo di SMA." ujar Teresa tak terima.

"Ya... SMA mah SMA aja, sekarang Taraga adalah mahasiswa paling teladan."

"Eh, Re, lo mau langsung balik nih?" lanjut Taraga bertanya.

"Kenapa emangnya?" jawab Teresa juga dengan sebuah pertanyaan.

"Ikut gue dulu yuk, gue mau ambil laptop gue di Caca." ajak Taraga.

"OK, emang laptop Caca kemana, kok pake punya lo?" kata Teresa selagi mereka berhenti untuk menantikan lampu merah untuk bisa menyeberangi jalan.

"Ada tugas apaan gitu lah, pokoknya cuma bisa ngebandingin dari dua laptop gitu." cicit Taraga sepanjang jalan hingga mereka tiba di apartment Cahaya.

***

           "Hahaa, OK Ken, kalo emang cuma segitu aja lo nilai usaha gue." baru kali ini Tarina merasa matanya memanas berkat perdebatan kecil yang menguras habis isi hatinya.

"Terserah lo sekarang, lo maunya gimana, gue peduli setan lah."

Tarina memalingkan wajahnya, yang dalam waktu hampir bersamaan, air mata pertamanya untuk Kenan telah luruh meninggalkan segaris air pipinya.

"Kamu sadar gak sih Tar, yang aku omongin sekarang bukan-"

"Mending lo keluar aja!" potong Tarina.

Kenan membuang wajah tak percayanya, ia menjambak rambutnya sendiri sambil menghela nafas.

"Tar, aku cuma pengen kamu lebih terbuka dan percaya sama aku, please jangan kaya gini." ucap Kenan dengan frustasinya.

"Hei kenapa?"

Sepasang anak manusia yang tengah bertengkar itu segera teralihkan pandangannya ke arah pintu. Di sana, Taraga dan Teresa berdiri dengan melempar tatapan bingungnya.

***

Selamat pagi, Kamis🧡
Yuhuu artinya aku akan mengakhiri minggu sibukku dari tugas🤟

Aku bakal rajin up.
Mendekati ending nih...




5:10 AM
14/05/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang