.
.
.
.
.Seperti hari-hari sebelumnya, siang ini juga nampak mendung dengan semilir angin yang membekukan. Yoongi menatap langit kelabu yang siap menumpahkan tangisnya kapan saja. Mengeratkan mantel jaket sembari berjalan cepat menyusuri trotoar menuju hotel, ia berkali-kali menghembuskan nafas untuk mengusir dingin. Dan berakhir percuma karena dirinya malah semakin kedinginan.
Sudah seminggu sejak Yoongi ada di Busan demi perjalanan bisnis bersama timnya. Intensitas hujan yang tidak bisa diprediksi, membuat seluruh perencanaan awal sedikit tertunda dan tidak sesuai jadwal.
Layaknya perkiraan cuaca, Yoongi yang sedari awal sudah tidak enak hati jadi lebih sering uring-uringan tak jelas. Dan apesnya, Yeonjun lah yang menjadi sasaran kemarahannya.
Di lobi hotel, Yeonjun yang terlihat khawatir sontak berlari kearah Yoongi yang baru saja muncul. "Direktur Min, dari mana saja kau?!", ia langsung mencerca Yoongi dengan pertanyaan. "Kenapa tak mengangkat teleponku?! Aku hampir menelepon polisi karena tidak bisa menghubungi dan menemukanmu!", suaranya terdengar panik dan frustasi.
"Aku hanya menemui pak Kwang—kepala kontruksi proyek, Yeonjun-ah. Ponselku tertinggal dikamar hotel jadi aku tidak bisa memberi kabar", begitu tenangnya, Yoongi berjalan melewati Yeonjun yang hampir menangis. Ia sama sekali tak merasa bersalah karena sudah membuat sekretarisnya tersebut khawatir bukan main. "Bukankah kau bilang ingin istirahat saja, setelah semalam habis lembur?"
Yeonjun memaki dalam hati, betapa cerobohnya Yoongi sambil mengerang frustasi. "Tapi, tidak begini juga?! Kenapa kau tidak meminta pak Kwang untuk menghubungi ku?! Bagaimana kalau terjadi apa-apa padamu?! Apa yang harus kukatakan pada Presdir Min jika terjadi sesuatu padamu?! Kenapa kau selalu melakukan ini padaku?!", kesal Yeonjun pada Yoongi.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Yoongi menghilang dan tak memberi kabar. Meskipun begitu, Yeonjun belum terbiasa dengan serangan jantung dadakan seperti ini. Ia hanya takut terjadi apa-apa pada atasannya tersebut. Karena dulu, pernah kejadian dimana Yoongi menghilang dan dirinya ditelepon pihak rumah sakit setelah menemukan Yoongi menjadi korban kecelakaan. Dan hal itu cukup membuatnya trauma.
Tak ayal, mereka sedikit menyita perhatian orang-orang yang berlalu lalang di lobi hotel.
Helaan nafas terdengar, Yoongi berbalik dan menghadap Yeonjun. "Tidakkah kau lihat aku baik-baik saja, sekarang?", terdengar keterlaluan, tapi ia sudah terlanjur tidak bisa mengendalikan emosinya yang ikut tersulut. "Aku bukan anak kecil, Yeonjun-ah. Aku bisa menjaga diriku, kau tidak perlu secemas itu padaku", ia menatap Yeonjun sedikit lebih lama. Anak itu kadang membuatnya jadi serba salah.
Yeonjun tidak menjawab, kekesalannya berakhir tertahan di tenggorokan. Meski sudah bekerja dengan Yoongi bertahun-tahun, tak selalu menjamin jika ia bisa mengerti bagaimana jalan pikiran atasannya tersebut.
Yoongi mendengus, "Sudahlah lupakan. Bisakah kau beritahu yang lain untuk ke meeting room setelah jam makan siang? Ada beberapa hal ingin ku sampaikan", entah ia yang terkesan tidak mau tahu atau kenyataan bahwa dirinya yang tidak terlalu peka, langsung saja ia pergi meninggalkan Yeonjun tanpa peduli sama sekali.
Sementara itu, Yeonjun sudah ingin menangis saat itu juga.
.
.
."Bukankah itu—?", Namjoon tak melanjutkan kalimatnya. Ia menatapi Yoongi yang baru saja meninggalkan Yeonjun didekat lift.
Jimin yang mengikuti kemana arah Namjoon melihat, mengerutkan dahi.
"Apa yang terjadi? Kenapa... Yeonjun menangis?", terheran-heran, Namjoon berjalan mendekati Yeonjun dengan diikuti Jimin, mereka ingin memastikan apa yang terjadi. Sedangkan Yoongi sudah menghilang, tertelan oleh pintu lift yang membawanya ke lantai atas. "Bukankah tadi itu Yoongi?", tanya Namjoon pada Yeonjun yang terlihat cepat-cepat menghapus air matanya. "Dimana kalian bertemu dan kenapa kau menangis?", ia mencerca banyak pertanyaan karena penasaran.
"Dia baru saja pulang setelah menemui pak Kwang, kepala kontruksi proyek"
"Sejak tadi pagi?", Jimin menimpali dan Yeonjun mengiyakan.
Yeonjun meringis, "Dia bahkan tidak tidur semalaman dan paginya sudah langsung pergi", keluhnya, ia sama sekali tidak menghiraukan dengan siapa dirinya berbicara. "Kenapa dia tidak pernah benar-benar mendengarkan perkataanku?! Aa~ish!", lagi-lagi ia kesal sendiri.
"Dia tidak tidur?", terdengar sarat keraguan.
Yeonjun melirik Namjoon sekilas dan kembali mengangguk. "Aku yakin dia tidak tidur karena semalam kami mengerjakan beberapa berkas laporan dari hasil kunjungan proyek sepekan ini"
"Apakah perusahaan yang memintanya?", tanya Namjoon ingin memastikan. Bagaimana bisa laporan sebegitu banyaknya harus dikerjakan dalam waktu semalam?
"Itu tidak mungkin, perusahaan tidak akan meminta hal semacam itu. Jika memang terjadi, seharusnya ada yang memberitahu kita juga", sanggah Jimin dengan logikanya.
"Yoongi sendiri yang menginginkannya. Dia bilang, dia harus segera menyelesaikan kunjungan bisnis ini agar bisa kembali ke Seoul secepatnya"
"—Kenapa?"
Yeonjun menggeleng, "Aku tidak tahu"
Namjoon berkacak pinggang, menatapi pintu lift yang tadi dimasuki oleh Yoongi. "Tidakkah dia terlalu memaksakan diri? Bagaimana bisa dia hidup seperti itu?!", ia mendadak ikut marah. "Apa dia selalu seperti ini?—memperlakukanmu tidak manusiawi?! Woah... Aku benar-benar tidak percaya! Jika aku jadi kau, mungkin aku sudah mengundurkan diri sejak dulu!", ia melirik Jimin sekilas dan mengalihkan tatap secepat itu juga setelah mendapat delikan dari sang empu.
"Adakah yang membuatnya menjadi seperti itu?", tak ambil pusing dengan gerutuan Namjoon, Jimin bertanya. Ia yakin, seseorang tidak akan melakukan hal penuh resiko jika ia tidak memiliki alasan. Dan menurutnya, Yoongi memiliki alasan yang sepertinya tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Yeonjun menatap Jimin takut-takut, "Sebenarnya..."
"—Yeonjun!"
Merasa dipanggil, Yeonjun sontak menoleh. "Taehyung?"
Terengah-engah, Taehyung mendekat. "Apa kau melihat Yoongi? Seseorang memberitahuku jika dia sudah kembali ke hotel"
Namjoon menatap Taehyung prihatin. "Dia sudah kembali"
"Benarkah?! Lalu dimana Yoongi sekarang?", tanya Taehyung celingukan.
"Mungkin ada dikamarnya. Dia meminta kita untuk ke meeting room nanti setelah jam makan siang, katanya ada hal yang ingin dia sampaikan", ucap Yeonjun memberitahu.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Such a Mess || Minyoon
Fanfic(End) Ketika takdir mempermainkan hati mereka. Yoongi selalu menganggap pertemuannya dengan Jimin adalah malapetaka. Sementara itu, Jimin hanya menganggap pertemuan mereka adalah ketidaksengajaan yang bisa dimanfaatkan. Minyoon Jimsu BTS & TXT cast ...