9. Yoongi

2K 290 4
                                    

.
.

.

"Jika kalian ingin bertanya kemana aku pergi? Aku yakin, sepertinya Sekretaris Choi sudah memberitahunya", ucap Yoongi begitu dirinya memasuki ruangan—salah satu fasilitas hotel yang biasa digunakan untuk para pembisnis rapat. Ia meletakkan setumpuk berkas yang dibawanya diatas meja.

"Kami mencemaskanmu, Yoon. Tolong jangan kau ulangi lagi"

Yoongi menatap Taehyung sejenak kemudian mengangguk. Ia segera duduk disalah satu kursi.

"Seorang profesional, tidak seharusnya membuat orang lain khawatir. Jika bukan karena Jimin yang menahannya, kurasa Sekretaris Choi sudah menelepon polisi dan membuat geger semua orang", semprot Namjoon tanpa mau peduli dengan siapa ia berhadapan.

Yoongi menoleh. "Terimakasih atas masukannya, Sekretaris Kim", caranya menerima kritikan sangat halus namun terdengar menusuk. Ia kemudian menyapu pandang sejenak. "Bisakah kita mulai rapatnya?", lanjutnya, seakan tak terjadi apa-apa. Ia memulai rapatnya.

Jimin yang sedari tadi diam, memilih tak ikut campur. Ia hanya mencoba membaca situasi. Ia mulai tahu bagaimana karakter Yoongi setelah beberapa waktu mereka bersama. Yoongi bukan tipe orang yang menggantungkan diri pada orang lain dan ia akui bahwa Direktur manis itu cukup bisa diandalkan.

Yoongi adalah seorang mandiri yang kadang terlalu gegabah dengan apapun spekulasi yang ada di kepalanya yang berakhir menjebaknya. Tipe perfeksionis yang berusaha mengerjakan semuanya sendiri karena ia tidak mudah percaya dengan orang lain. Ia selalu merasa takut pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Dengan kata lain, Yoongi memiliki sifat keras kepala.

Well, Jimin sangat mengetahuinya dengan baik, karena apa?—karena dulu ia juga seperti itu... Mungkin lebih parah? Entahlah, ia tak ingin mengingatnya. Menurut pengalaman yang sudah terjadi, harus ada seseorang yang bisa menghentikan Yoongi jika tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

"Mulai bulan depan, Pak Kwang akan menggunakan anggaran ekstra untuk pendanaan proyek. Dari kunjungan lokasi yang terakhir, kita tahu bahwa kendala cuaca adalah faktor yang utama. Jika perusahaan ingin pembangunan selesai tepat waktu, maka langkah ini merupakan satu-satunya cara supaya pembangunan tetap berjalan lancar", jelas Yoongi panjang lebar. Ia duduk menyamping seraya menunjuk layar proyektor dengan lasernya. Kemana sorot itu tertuju, maka saat itu pula ia akan segera menjelaskannya.

"Anggaran ekstra hanya dilakukan untuk keadaan darurat. Kalau hanya kendala cuaca, seharusnya pihak kontruksi masih bisa mengendalikannya. Kenapa harus mengeluarkan pendanaan tambahan?", Taehyung menyahut.

"Jika dilihat dari jadwal peresmian, perusahaan hanya memiliki waktu 2 bulan untuk melakukan promosi sebelum masa liburan tiba. Kita tidak mungkin melakukan promosi lebih singkat daripada itu karena kita tahu, banyak orang yang sudah merencanakan liburan mereka jauh-jauh hari sebelumnya", Yoongi menjeda sejenak. "Pembangunan baru berjalan 65%, sedangkan jadwal peresmian tinggal 3 bulan lagi. Itu artinya ada kemunduran jadwal dalam proyek ini"

"—Apakah dengan adanya anggaran ini, juga bertujuan untuk menutup keterlambatan datangnya pasokan bahan bangunan?", Jimin menambahkan. Ia sudah menyadarinya sejak pertama kali berkunjung, tapi tidak menyangka kalau opsi anggaran ekstra harus digunakan.

Sebenarnya proyek ini masih kurang matang dalam hal pelaksanaan. Bukan semerta-merta karena pengaruh kesalahan pihak dalam. Hanya saja, karena memang cuaca sedang tidak mendukung.

"Benar, Presdir Park. Hal itu adalah salah satu alasan kenapa perusahaan terpaksa mengeluarkan anggaran ekstra. Saya sudah mengajukannya pada pimpinan dan mengirim proposal melalui Direktur keuangan"

"Disini juga tertulis adanya biaya ganti rugi...?"

Yoongi menatap Namjoon beberapa saat, sebelum menghela nafas. "Beberapa warga meminta ganti rugi karena halaman dan kebun mereka rusak terkena alat-alat kontruksi yang melintas"

"Ternyata masih banyak yang perlu dibenahi. Kenapa baru sekarang perusahaan melakukan kunjungan?", Jimin kembali membuka suara.

Lagi-lagi, Yoongi mampu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan dan menjelaskan seluruh detail perencanaan kedepannya. Beberapa opsi yang ia siapkan juga tersusun dengan begitu rapi, hingga membuat mereka yang ada diruang rapat pun mengakui bagaimana kematangan Yoongi dalam memimpin rapat.

Namjoon bahkan sudah melupakan kekesalannya, ia pandangi Yoongi dengan sorot kagum yang tercetak jelas. Meski bukan pertama kalinya Taehyung melihat Yoongi memimpin rapat, ia masih saja dibuat takjub untuk kesekian kalinya.

.
.
.

Rapat berakhir setelah 3 jam lamanya. Taehyung yang pertama keluar karena Presdir Min menelponnya. Disusul Namjoon yang katanya ingin segera ke kamar mandi. Menyisakan Yoongi, Yeonjun dan Jimin.

"Tolong copy-kan yang ini", pinta Yoongi pada Yeonjun. "Setelah itu berikan pada yang lain. Untuk laporan yang ini, bisakah kau menyusunnya kembali dan memberikannya padaku nanti"

Yeonjun mengangguk seraya mengingat ucapan Yoongi. Ia kemudian memilih undur diri agar bisa cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Dan juga, rasa kesalnya yang belum sepenuhnya hilang, membuatnya jadi lebih pendiam sejak tadi.

Yoongi membereskan beberapa berkas yang berserakan dimeja, setelah kepergian Yeonjun. Menyadari Jimin masih disana, sedikit membuatnya terburu-buru untuk segera pergi dari tempat tersebut. Ia tak ingin berlama-lama berada ditempat yang sama dengan Jimin. Meski Jimin hanya diam dan memperhatikan, dengan berat hati ia akui, sebagian dirinya merasa terintimidasi tanpa alasan. Dan ia sangat membenci hal itu.

Jimin bersidekap, ia memaku tatap pada Yoongi yang seolah-olah menganggapnya tak ada. Habis sudah sabarnya. "Yoongi-ssi?"

Yoongi mendongak sekilas.

"Apa kau memang orang yang seperti ini?"

Mendengar hal tersebut, Yoongi menghentikan gerakannya. Apa maksud pertanyaan Jimin? Ia tatap Jimin dengan kernyitan bingung tak mengerti.

"Bekerja siang malam tanpa peduli dengan orang disekitarmu yang mengkhawatirkanmu? Tidakkah kau terlalu memforsir dirimu, Yoongi-ssi", cukup lama bersama Namjoon, membuat Jimin tahu bagaimana caranya berucap kalimat sarkas.

Yoongi mendengus pelan, kemudian tersenyum tipis, "Terimakasih atas kepeduliannya, Presdir Park. Tapi saya rasa, Yeonjun sudah tahu bagaimana cara kerja saya selama ini", ucapnya, tak kalah pedas.

Jimin rasa Yoongi salah paham, bukan Yeonjun yang ia maksud. Tapi, "Setidaknya kau bisa membagi waktu yang kau miliki. Paling tidak untuk dirimu sendiri", ia bangkit lalu beranjak.

Yoongi bergeming membisu, perkataan Jimin terngiang di kepalanya. Meluangkan waktu untuk diri sendiri? Bahkan jika ia sangat menginginkannya pun, keadaan seolah tak pernah mau membiarkannya terjadi. Ia meringis dalam hati. Memangnya Jimin tahu apa tentangnya? Kenapa orang itu berani ikut campur tentang hidupnya?

.
.
.
.
.

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang