14. Pilihan Lain

1.8K 266 75
                                    

.
.
.
.
.

"Yoongi...!?"

Yoongi tersadar disaat terakhir, ia begitu terkejut dan reflek mendorong Jimin hingga membuat pria Park itu terhuyung ke belakang dengan konyolnya. Apa yang telah ia lakukan barusan? Ada apa dengan dirinya? "Taehyung?", dilihatnya Taehyung yang setengah berlari kearah mereka dengan payung yang setiap saat bisa diterbangkan oleh angin.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Jimin sekarang, rautnya sudah seperti baju kusut yang tidak disetrika selama berhari-hari. Rahangnya terlihat mengeras, seolah menahan gejolak amarah yang ia tujukan entah pada siapa.

"Kami mencari kalian", ia menatap Yoongi dan Jimin bergantian. "Kenapa kau selalu meninggalkan ponselmu! Bagaimana jika terjadi apa-apa padamu lagi?", cerca Taehyung, khawatir. Ia bahkan tak menghiraukan keberadaan Jimin lagi. Ia terlihat begitu cemas pada Yoongi yang basah kuyup dengan bibir hampir membiru karena kedinginan.

"Aku pikir tadi hanya sebentar, makanya aku tidak meminta ponselku dari Yeonjun", Yoongi mengangkat sebelah alisnya, ia memperhatikan Taehyung yang melepas mantel jaketnya lalu mengenakannya pada dirinya. Ia tidak enak hati, tapi ia juga tidak bisa menolak karena Taehyung memperingatkannya melalui tatapan tajam yang terlihat seperti merajuk. "Maaf, telah membuat kalian khawatir"

"Sudahlah, tidak apa-apa", Taehyung berusaha mengeringkan rambut Yoongi yang basah dengan sapu tangannya.

Merasa semakin tak enak hati, Yoongi menghentikan perlakuan Taehyung. "Aku baik-baik saja, Tae", ucapnya pelan.

"Kau tidak lihat, dirimu menggigil kedinginan seperti ini? Dengar Yoongi... Ayahmu menitipkan mu padaku, jadi sudah seharusnya kau menjadi tanggung jawabku"

Jimin hampir tersedak, ia melirik sengit kearah Taehyung setelah mendengar apa yang diucapkan sekretaris jangkung tersebut. Tanggung jawab katanya?! Tahu apa pria itu tentang tanggung jawab?! Jimin langsung membuang pandang. Apa ia juga harus kalah start kali ini?

"Kau habis sakit, setidaknya jaga dirimu agar tidak sakit lagi", begitu perhatiannya Taehyung pada Yoongi. Ia masih memastikan Yoongi agar tidak kedinginan. "Aku hanya membawa satu payung", ia menoleh pada Jimin yang keberadaannya kembali ia sadari.

"Aku sudah menelepon Namjoon tadi", balas Jimin acuh tak acuh. Ia bahkan tak mau menatap Taehyung yang tak sadar telah menghancurkan acara berduaannya. Apa yang akan Yoongi pikirkan terhadap dirinya, ia sudah tak peduli. Persetan dengan semuanya!

Taehyung mengangguk singkat, lagi-lagi ia memastikan Yoongi mengenakan jaketnya dengan benar. "Apa Anda tidak keberatan jika kami pergi duluan, Presdir Park? Saya takut, Yoongi akan sakit jika terlalu lama kedinginan"

Yoongi tak ingin bersuara, kejadian barusan benar-benar diluar kendalinya. Bagaimana bisa ia nyaris berciuman dengan Jimin? Apa yang sebenarnya sedang merasuki otaknya? Dan... apa yang ingin Jimin lakukan terhadapnya?

Jimin melirik Yoongi, kemudian mengendikan bahu. "Silahkan", terdengar tak peduli sama sekali.

Apa Jimin marah?—padanya?! batin Yoongi, ia mengernyit terheran sekaligus tak terima.

"Terimakasih. Kalau begitu, kami duluan" begitu pamit, Taehyung menarik Yoongi agar lebih dekat. Mereka berdua langsung menerobos hujan. Taehyung mengalungkan lengannya di bahu Yoongi, ia tak ingin Yoongi kehujanan karena mereka hanya menggunakan satu payung untuk menaungi tubuh mereka.

Jimin menatap kepergian mereka dalam diam. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha mengatur nafas. Sama sekali bukan gayanya jika ia mudah tersulut emosi seperti ini.

"Kau tidak sedang cemburu kan?"

Menoleh ke asal suara, Jimin menyorot sengit bukan kepalang. Tidak mungkin Namjoon melihat kejadian barusan?

Namjoon berdeham, menyadari dirinya salah ucap. "Maafkan aku", ia tak ingin menanggung resiko dengan serta merta menjadi sasaran kemarahan Jimin. Segera saja ia serahkan sebuah payung lain yang tadi dibawanya pada Jimin. "Bisa kita kembali sekarang?", ajaknya takut-takut. Ia tahu Jimin sedang dalam suasana hati yang buruk. Bagi seorang jenius seperti dirinya, menyimpulkan bahwa Yoongi lah penyebab kacaunya mood Jimin, bukan perkara yang sulit. Karena ia cukup hafal watak bosnya tersebut.

Tanpa menunggu lama, Jimin membuka payungnya dan berlalu meninggalkan Namjoon yang masih terheran-heran menatapnya. "Aneh... Kalau cemburu kenapa harus disangkal?"

.
.
.
.
.

"Kau sudah membereskan barang-barangmu?", Yoongi bertanya seraya menyeruput cokelat panas yang tadi dipesankan Taehyung lewat layanan kamar.

"Aku sudah menyelesaikannya sejak tadi", ucap Yeonjun setelah menutup koper milik Yoongi yang baru saja ia bereskan. Sambil memberenggut, ia menatap Yoongi. "Yoongi, kau yakin tak apa jika aku cuti setelah hari ini"

Yoongi mengerutkan hidungnya. "Aku tidak akan mati hanya karena kau meninggalkanku sendiri, Yeonjun-ah. Kau sudah bekerja keras, jadi kau berhak meminta libur", ujar Yoongi meletakkan minumannya yang masih tersisa setengah. "Aku akan meminta pak Koo untuk mampir ke rumahmu dulu, nanti", ia beranjak dari sofa. "Sudah selesai?" pertanyaannya dibalas anggukan oleh Yeonjun. "Kalau begitu kita pulang sekarang"

Yeonjun menatap tak yakin, kemudian dengan berat hati berakhir menurut saja. "Aku janji hanya beberapa hari, setelah itu aku akan kembali bekerja. Maaf karena ini terlalu mendadak", ucapnya terdengar menyesal.

Sehari yang lalu, Yeonjun meminta ijin untuk mengambil cuti pada Yoongi. Orang tuanya menelepon dan memintanya untuk pulang karena kakak tertuanya akan melangsungkan pernikahan. Sebenarnya Yeonjun sudah berencana untuk tidak datang, tapi karena orang tuanya yang terus memaksa, akhirnya ia mengalah. Dan dengan tak enak hati ia meminta jatah cutinya.

"Ini bukan salahmu, jangan terlalu dipikirkan. Lagipula selama kau bekerja, kau jarang sekali mengambil cuti", Yoongi menyampirkan tas dipundaknya sembari menarik kopernya.

"-Itu karena aku mengkhawatirkanmu?!", sahut Yeonjun menggebu-gebu. "Kau tak ingat, jika kau baru saja jatuh sakit sampai nyaris hilang?!", cibirnya tak suka. Alasan inilah kenapa ia tak mau meninggalkan Yoongi. Meski Yoongi atasannya, tapi sikap ceroboh yang terkadang dianggap sepele oleh bosnya itu, yang membuatnya selalu cemas. Ia bahkan sempat berpikir sebenarnya siapa yang lebih tua disini?

"Sudah kubilang, jangan terlalu dipikirkan", mereka berjalan bersisian sembari menarik koper masing-masing. "Semua kejadian itu diluar kendaliku, memangnya siapa juga yang mau sakit?", Yoongi beralibi, ia merasa Yeonjun terlalu berlebihan padanya.

Berakhir menghela nafas, Yeonjun mengalah. Ia tak punya pilihan. "Aku akan meminta Nona Lee untuk membantumu di kantor beberapa hari kedepan. Dia sedikit banyak sudah tahu, apa-apa saja yang kau butuhkan selama bekerja"

Yoongi tersenyum. Perdebatan ini berakhir. "Sekretaris Choi yang terbaik!"

Yeonjun hanya balas mendengus, Yoongi memang menyebalkan.

.
.
.
.
.

Maunya perasaan Taehyung ke Yoongi itu gimana?

A. Suka banget

B. Suka aja

C. Sekedar suka, atau...

D. Hanya Jimin yang boleh menyukai Yoongi

Kekeke...

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang