30. Sepenggal Cerita

1.6K 255 13
                                    

.
.
.
.
.

"Aku tahu, aku menarik", kelakar Yoongi saat menyadari Taehyung tengah memandanginya yang sedang makan.

Sebelah tangan Taehyung menopang dagu, ia menatapi Yoongi seraya terkekeh. Dirinya sudah selesai makan terlebih dulu. "Kalau begitu, jadilah kekasihku"

Yoongi nyaris tersedak jika tak ingat dirinya sedang menyeruput kuah pedas yang panas. Melotot kearah Taehyung yang tersenyum lebar padanya, ia segera meraih minumannya. "Tidak lucu, Taehyung!", tukasnya kesal.

Sementara Taehyung malah semakin terkekeh keras, tangannya yang lain terulur menggusak kepala Yoongi saking gemasnya. "Aku memang tidak sedang melucu, Yoongi..."

Yoongi balas mendelik.

"Habiskan dulu makananmu", sisa kekehannya masih terdengar.

Setelah rapat di Gold City Center—kantor cabang BlackGold tadi, mereka langsung pergi makan. Keduanya sepakat untuk tidak kembali ke kantor pusat karena hari sudah sore. Memilih jalan-jalan sebentar sekaligus mencari makan, mereka singgah disebuah kedai didekat kantor.

Taehyung mengulas senyum, "Melihatmu sekarang, mengingatkanku pada Yoonhee"

Yoongi sempat menghentikan kunyahannya, sebelum kembali bersikap biasa. Bohong jika ia tak terkejut. Sudah lama Taehyung tak pernah membahas tentang kakaknya. Perasaannya mulai tak nyaman. Ia tak mau menatap Taehyung.

"Dulu... Yoonhee sering kesini", meski tatapan Taehyung lurus kearah Yoongi, namun sorotnya nampak kosong menerawang jauh. "Aku tidak tahu, apakah dia pernah menceritakan hal ini padamu atau tidak", lamunannya perlahan terputus.

Yoongi menyerah, setengah isi mangkok yang tersisa dibiarkan tak tersentuh. Selera makannya mendadak hilang entah memana.

Ia tak bisa mengendalikan kesedihan yang tiba-tiba menyergap. Frasanya yang tertelan, tak sanggup terucap untuk menghentikan Taehyung. Tapi dirinya lebih tak akan sanggup jika harus mendengarkan kalimat dari Taehyung selanjutnya.

Senyum Taehyung memudar, ia menunduk. Keduanya tangannya saling mengait dengan gelisah. "Dia begitu menyayangimu"

Nafas Yoongi tertahan.

"—Sangat. Bahkan dulu aku merasa bosan setiap kali dia bercerita tentang dirimu. Kau yang inilah, kau yang itulah, tapi dia tidak pernah menunjukkan bagaimana aslimu padaku. Kupikir dia hanya melebih-lebihkan dan itu yang membuatku kesal", ia mendongak menatap Yoongi, senyum sendu menghias dibibirnya.

Yoongi masih tak mau menatap Taehyung. Membalas pun seolah tak ada niat. Namun setitik hati kecilnya berharap, Taehyung terus melanjutkan ceritanya.

"Tapi suatu hari, aku terheran saat dia tak lagi menceritakan tentangmu", ia tak mengalihkan maniknya. "Kau tahu alasannya kenapa?"

Salahkan rasa penasarannya, Yoongi sontak melarikan maniknya. Ditatapnya Taehyung yang juga balas menatapnya. Taehyung adalah sahabat Yoonhee. Jadi ia tak heran jika Taehyung tahu beberapa hal soal kakaknya.

"Ada seseorang yang dia sukai saat itu", kedipnya konstan, begitu lembut. Lekat, mengunci sepasang iris sayu dihadapannya.

Sungguh, kali ini Yoongi tidak tahu. Yoonhee tidak pernah bercerita apapun akan hal tersebut.

Yoongi baru sadar, bahwa dirinya ternyata tak benar-benar mengenal kakaknya sendiri. Bahkan saat ia sudah kehilangan pun, dirinya baru tahu akan satu fakta ini.

"Alasan kenapa dia sering kesini sepulang sekolah, adalah karena ada seseorang yang dia sukai tinggal disekitar sini"

Yoongi tahu seberapa dekat Taehyung dengan Yoonhee. Mereka seumuran. Dari sekolah dasar mereka bersekolah di sekolah yang sama.

Sementara itu, jarak usia 6 tahun dari sang kakak, membuat Yoongi kecil menjadi sering bergantung dengan Yoonhee.

Namun saat Yoonhee memilih untuk melanjutkan kuliah di Jepang, Yoongi jelas marah. Ia tak rela tapi terlalu gengsi untuk mengatakannya. Alhasil, hampir 3 bulan ia tak berniat membalas pesan dan menerima telepon dari kakaknya.

Dan Yoongi menyesalinya.

"Dulu, dia sering diam-diam kesini tanpa bercerita padaku. Tapi setelah aku memaksanya agar bercerita, dia mau mengaku", kekehan Taehyung menyadarkan lamunan Yoongi. "Mereka baru berkenalan dan bilang jika dia langsung suka. Dia juga mencoba meminta nomornya tapi ditolak mentah-mentah", ingatannya bergulir mundur. "Dia tak menyerah dalam berjuang hingga akhirnya dia harus pindah ke Jepang untuk melanjutkan sekolahnya"

Yoongi ingat, dulu ia tak ikut mengantar Yoonhee ke bandara pada saat keberangkatan Yoonhee ke Jepang. Ia memilih mengurung diri dikamar lalu menangis sendirian.

"Kami masih saling bertukar kabar waktu itu. Begitu semester kedua selesai, Yoonhee baru bercerita bahwa dia satu kampus dengan orang yang dia suka meski mereka tidak berada di satu fakultas", Taehyung tersenyum sekilas. Sekelebat suara Yoonhee yang terdengar senang, mengetuk memorinya. "Dan mereka telah menjalin hubungan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Katanya, dia takut"

Ah... Mungkinkah karena itu, Yoonhee tak bercerita padanya? Yoongi berusaha mengingat-ingat lagi. Dulu, ia juga pernah menghabiskan liburan di Jepang bersama kakaknya. Tapi tak ada gelagat mencurigakan yang berhasil ia tangkap dari kakaknya. Atau mungkin, karena dirinya yang tidak terlalu peka?

"Namanya Jungkook, seingatku"

Tunggu... "—Jungkook?", ulang Yoongi memastikan dan Taehyung mengkonfirmasi dengan anggukan. Belum tentu orang yang dimaksud Taehyung sama dengan orang yang ada di benaknya, kan? Yoongi mengusir kecamuk di pikirannya cepat-cepat.

"Kau kenal?", tanya Taehyung. "Atau mungkin, Yoonhee pernah mengenalkannya padamu?"

Yoongi menggeleng meski terlihat tak yakin. "Hanya pernah mendengar namanya. Kurasa bukan orang yang sama", ucapnya acuh tak acuh. Mungkin saja berbeda orang.

Lagi-lagi Taehyung mengangguk. Melihat dari bagaimana respon yang Yoongi tunjukkan, ia bisa menyimpulkan jika Yoonhee memang merahasiakan hal tersebut dari Yoongi. "Maaf. Aku tidak bermaksud apa-apa dengan menceritakan kisah Yoonhee. Entah kenapa aku tiba-tiba merindukannya, saat tahu kau memilih kedai ini untuk kita makan tadi"

Yoongi menggeleng samar. "Tidak, Tae. Aku tidak masalah", senyumnya terukir simpul. "Besok-besok, mungkin kau harus meluangkan waktumu untuk bercerita tentang Yoonhee lagi. Aku ingin mendengarnya. Aku baru sadar, bahwa selama ini aku tidak sepenuhnya mengenal kakakku sendiri", ujarnya penuh sesal.

Taehyung menggenggam tangan Yoongi. "Dunia Yoonhee adalah kau, Yoon. Dia sangat menyayangimu. Kau juha tahu itu", ucapnya mencoba menghibur. Ia berani mengatakannya karena ia tahu, bagaimana Yoonhee mati-matian membela Yoongi di depan Presdir Min saat mengetahui Yoongi lebih menyukai musik daripada memilih meneruskan bisnis keluarga.

Taehyung juga sadar kenapa dulu Yoonhee memintanya untuk menjaga Yoongi. Dibalik sifat keras kepala Yoongi, ia tahu jika Yoongi sering menyimpan kesedihannya sendiri. Bahkan ia merasa, sampai sekarang pun Yoongi masih menyalahkan dirinya atas kematian Nyonya Min dan kakaknya.

Tak sepantasnya Taehyung membuat senyum itu memudar, ia tak ingin Yoongi larut dengan kesedihannya. "Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat. Dan kau harus mau", tawarnya tanpa pilihan.

Yoongi meringis menatap Taehyung. "Kau bukan mengajakku, tapi memaksaku"

Taehyung terkekeh. "Oke. Kalau begitu aku memaksamu"

Yoongi memutar maniknya. "Baiklah, Tuan Pemaksa. Jadi, kemana kau akan membawaku?", ia butuh pelampiasan untuk menghilangkan kesedihannya. Biasanya ia lebih memilih menghabiskan waktu untuk berkerja atau mungkin tidur. Tapi tawaran Taehyung sepertinya tak bisa ditolak.

Taehyung tersenyum lebar. "Kau pasti menyukainya. Ayo, ikut aku..."

.
.
.
.
.

Kemana bwang~?? Adek maunya ke pelaminan...

Yang libur-yang libur~ Hayok, silahkan yang libur...

Selamat libur panjang... #bagiyanglibursaja

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang