34. Tetap Sama

1.4K 233 17
                                    

.
.
.
.
.

Yoongi memandang keluar, lewat dinding kaca ruangan kantornya. Butiran lembut salju yang turun, menghias suasana sore hari ini.

Pertengahan Januari dan musim dingin malah kian menghantui.

Sudah sebulan semenjak dirinya diangkat sebagai Presdir. Rapat urgent yang dulu sempat menuai pro dan kontra diberbagai pihak, masih terasa hingga sekarang.

Beberapa dewan Direksi bahkan menjatuhkan Yoongi secara terang-terangan melalui verbal. Hampir setengah dari anggota rapat menolaknya karena beranggapan bahwa dirinya belum berpengalaman dalam kepemimpinan.

Beruntung, berkat bukti video dari sang ayah yang diambil saat beliau masih sehat, pengacara Wang sukses membungkam orang-orang yang bermaksud ingin menghalangi Yoongi untuk naik jabatan yang sejak awal memang diberikan kepada si manis.

Ditambah dengan dukungan kuat pemimpin GeneralStar selaku pemilik saham terbesar BlackGold Property, memudahkan bagi Yoongi untuk melangkah kedepan.

"Presdir?"

Yoongi mendengus pelan mendengar suara Yeonjun yang baru saja masuk. Ngomong-ngomong, ia masih berada di ruangannya yang dulu. Ia tak mau pindah, dengan alasan dirinya tidak ingin melakukan hal yang merepotkan dirinya.

Toh tak ada yang berubah, meski tanpa pindah pun, porsi pekerjaannya akan tetap sesuai prosedur.

"Aku tidak terbiasa dengan panggilan itu, Yeonjun"

Yeonjun mengulum bibir, menahan senyum. Hal ini mengingatkannya dengan Yoongi saat pertama kali menjadi Direktur. Bosnya tersebut selalu menggerutu jika ia memanggilnya dengan embel-embel jabatan. "Maafkan aku, tapi ada seseorang yang ingin menemuimu"

Yoongi berbalik, menatap lelah kearah Yeonjun. "Apakah ada hal yang penting? Memangnya masih ada berapa jadwal pertemuan lagi?"

Well, selama masa jabatan barunya, Yoongi memang dituntut cepat untuk menyelesaikan beberapa masalah. Dibantu Taehyung juga, tentu saja.

Pagi sampai malam, bahkan tidak pulang, harus ia relakan.

Dan ya, semua terbayar. Presentase harga saham di perusahaannya perlahan naik dan stabil. Sebuah prestasi ketika awal eksistensinya diremehkan.

Yoongi membuktikan diri bahwa ayahnya tidak salah telah memilihnya.

Ia bahkan melewatkan cuti akhir tahun di kantor dibanding menikmati indahnya natal dan tahun baru bersama orang terkasih—ralat, kecuali untuk seseorang yang seringkali menemaninya di kantor. Menungguinya hingga larut malam, lalu mengantarnya pulang.

Yeonjun tersenyum penuh arti sembari menggeleng. "Presdir Park sudah menunggumu di lobi"

.
.
.
.
.

"Bagaimana harimu?"

Yoongi menoleh pada seseorang yang duduk dibalik kemudi, tepat disampingnya. "Tidak seburuk seperti yang sebelum-sebelumnya"

Kekehan renyah mengalun. "Ingin makan sesuatu yang manis? Untuk mengobati harimu yang buruk tapi tidak seburuk seperti yang sebelum-sebelumnya?", goda Jimin dengan jahilnya.

Mendecih pelan, Yoongi terdiam. "Boleh, memangnya kau ingin mengajakku kemana?"

Jimin mengulum bibir, lalu menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke jalanan. "Ke suatu tempat", jawabnya penuh misteri.

.
.
.

Menghabiskan satu jam perjalanan. Yoongi tidak menyangka Jimin akan mengajaknya ke Hongdae, menggenggam tangannya dan menyamakan langkah tepat disisi. Awalnya ia menolak tapi dengan dalih tak ingin dirinya tersesat, Jimin dengan gigih melancarkan usahanya.

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang