41. Semua Teratasi

1.4K 183 0
                                    

.
.
.
.
.

"—penangkapan dilakukan kemarin malam di kediaman keluarga Kang. Kasus pencucian dana perusahaan yang dilakukan oleh sang Direktur nyatanya telah lama terendus oleh para komisi penyidik negara. Kerugian yang ditaksir hingga puluhan milyar won itu berhasil mengancam keberlangsungan perusahaan selanjutnya. Ratusan karyawan pun ikut terkena imbas akibat hal tersebut. Bisa dipastikan akan ada PHK besar-besaran dalam 2 bulan kedepan jika tidak ada kejelasan..."

Yoongi menoleh pada layar televisi yang memberitakan kasus korupsi yang tengah marak akhir-akhir ini.

Sambil menyeruput teh Krisan yang sudah disediakan diatas nakas, ia memilih duduk ditepi tempat tidur dengan rambut yang masih dalam keadaan setengah basah.

Satu kaki ia tekuk, ketika kedua tangannya menggenggam cangkir keramik yang terasa hangat tersebut didepan dada. Yoongi menyukai sensasinya, membuat dirinya merasakan hangat.

"Ibu jadi datang ke sini?", Yoongi sontak menoleh kearah pintu yang menampilkan sosok Jimin tengah berdiri disana—salah satu kebiasaan di pagi hari, menyelonong masuk tanpa permisi.

Semalam, Yoongi sengaja tidak mengijinkan Jimin tidur bersamanya. Alasannya, pria itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa waktu.

"Hu-um", angguk Yoongi pelan. "Ibu akan kesini saat jam makan siang nanti", lanjutnya lagi seraya kembali fokus pada layar televisi.

"Memangnya masih ada yang kurang?", tanya Jimin melangkah masuk.

Nyonya Park memang sering datang ke rumah untuk membantu mempersiapkan pernikahan keduanya. Sebenarnya tidak sekedar membantu, sebab Nyonya Park lah yang paling excited menangani semuanya. Mulai dari cetak undangan, tempat resepsi hingga souvernir, sudah disiapkan hanya dalam hitungan hari.

Awalnya Yoongi merasa tidak enak, takut merepotkan. Tapi karena Nyonya Park sendiri yang memaksa, mau tidak mau ia hanya menurut. "Seingatku, semua sudah selesai. Mungkin ibu hanya ingin memastikannya sekali lagi"

"Oh...", Jimin ikut manggut-manggut. "Lalu, kau mau berangkat ke kantor jam berapa?", tanyanya begitu duduk dihadapan Yoongi.

Sudah dua hari ini Yoongi pergi ke kantor lagi. Sejujurnya Jimin tidak mengijinkan, lagipula kan hanya tersisa beberapa hari sebelum mereka melangsungkan pernikahan. Rasanya percuma kalau masuk kantor diwaktu seperti ini.

Namun Yoongi yang keras kepala dan mengancam ingin kabur jika tidak dituruti, memaksa Jimin untuk memperbolehkannya.

Sebagai ganti, Jimin sendiri yang akan mengantar dan menjemput Yoongi.

"—Jangan coba-coba?!", tegur Yoongi memperingatkan kala Jimin berniat mendekat.

Sambil terkekeh, Jimin memilih merebut cangkir ditangan kekasihnya. "Aku hanya ingin ini", sahutnya merasa lucu dengan tingkah Yoongi yang begitu antisipasi atas segala tindak-tanduknya.

Sementara itu, Yoongi hanya mendelik mengekori setiap gerak-gerik Jimin yang tak henti membuatnya curiga.

"Jangan menatapku seperti itu", ucap Jimin geli sendiri, seraya meletakkan cangkir yang telah kosong ditangan keatas nakas.

"Aku membencimu", ketus Yoongi, memincing tak suka. Dari yang sudah-sudah, Jimin pasti menggunakan berbagai kesempatan untuk melancarkan aksinya.

"Anak semata wayangnya yang sedang berada diluar negeri pun ikut terseret dalam kasus ini. Dia dibawa paksa oleh petugas keamanan agar segera kembali ke Korea dan menjalani pemeriksaan terkait..."

Yoongi mengalihkan perhatiannya pada siaran berita. "Sepertinya aku tidak asing dengan marga Kang. Kau pasti juga mengenal mereka, benar kan?"

Jimin melirik sekilas, sebelum memusatkan pandang pada Yoongi lagi. "Kenapa memangnya?"

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang