5. Kesepakatan

2.4K 350 12
                                    

.
.
.
.
.

**

Jimin baru saja menawarkan hal gila. Dan Yoongi benar-benar tidak bisa fokus dengan rapat dewan direksi ini. Beberapa kali juga, Yeonjun sempat menegurnya karena melamun ditengah rapat.

Bersyukur tak ada kelakuan yang memalukan dirinya sendiri ketika rapat. Yoongi menyisir rambutnya dengan tangan dan menjambaknya sekilas.

"Direktur Min, apakah saya perlu membuat janji temu dengan dokter Kim? Anda kelihatan tidak sehat hari ini"

Yoongi menengadah tatap. "Tidak Yeonjun, aku baik-baik saja. Kau bisa meninggalkanku sekarang. Aku akan memanggilmu jika ada yang kubutuhkan"

Yeonjun beranjak dengan tatapan cemas akan keadaan Yoongi. "Anda yakin?"

Yoongi meyakinkannya dengan anggukan.

Yeonjun mengalah, ia memilih pergi. Tidak biasanya, ia melihat bosnya nampak begitu putus asa. Seingatnya dirapat tadi, semua berjalan baik-baik saja. Meski ia sendiri tidak yakin karena Yoongi terlihat tidak fokus sejak tadi. Tapi... apa masalahnya?

.
.
.
.
.

"Kesepakatan?", bingung Yoongi tak mengerti. Apa maksud Anda?"

"Benar. Kita buat semuanya jadi sederhana"

Yoongi menyipitkan matanya sangsi. Jelas apa yang tengah Jimin tawarkan, bukanlah hal yang sederhana, mengingat bahwa ini menyangkut kehidupannya. Dan jelas saja, hal tersebut tidak akan menguntungkan baginya.

"—Presdir Min tidak akan tahu, asal kau mau membantuku"

Tawaran gila! Yoongi mendengus kasar, tangannya reflek menyilang didepan dada seolah mengatakan bahwa ia masih bisa melawan. "Bahkan dia tidak mau tahu kalaupun Anda memberitahunya, Presdir Park. Memangnya apa yang membuat Anda yakin, saya mau menerima tawarin ini?", balasnya terdengar sedikit provokatif.

"Benarkah?", Jimin maju selangkah, berdiri tepat dihadapan Yoongi. Bersyukur ruangan rapat ada dilantai atas, dan bersyukur untuk kedua kalinya karena tak ada yang menggunakan lift itu kecuali mereka berdua. "Lalu bagaimana jika aku menyertakan bukti?"

Yoongi menahan nafasnya, sejenak.

"Beberapa foto, mungkin cukup meyakinkan"

"Presdir Park", desis Yoongi menahan kesal. "Sekarang... Anda, tidak sedang mengancam saya, kan?"

Jimin kembali tersenyum. "Itu, sedikit terdengar kejam. Tapi jika hal itu mampu membuatmu menyetujui kesepakatan kita, maka aku tidak keberatan"

"Apa?!", Yoongi benar-benar tidak percaya. Bagaimana bisa, pria dihadapannya tersebut, berani melakukan hal selicik ini?—kepadanya? Dan dikantornya sendiri? Jadi rumor bahwa Presdir Park memiliki kelakuan buruk memang benar adanya.

Yoongi merasa ia sudah dimanipulasi. "Apa ini yang Anda lakukan pada klien-klien Anda? Memojokkan mereka dengan ancaman?", terdengar mendramatisir, tapi Yoongi rasa bahwa ia baru saja dikhianati oleh koleganya sendiri.

Jimin kembali keposisi semula. "Tidak semua", jawabannya. "Karena aku hanya mau bekerjasama dengan orang-orang yang kompeten. Jika mereka tidak bisa menyelaraskan langkah mereka dengan langkahku maka mereka yang harus menyingkir"

Kejamnya...! Yoongi memalingkan wajah dengan kejengkelan disana. Terjebak satu lift dengan Jimin adalah malapetaka. Ia benar-benar berharap dikedepannya nanti ia tidak bertemu dengan pria Park tersebut. Tapi, apakah mungkin?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Direktur Min, ini kamar Anda", Yeonjun menunjuk sebuah kamar dengan nomor 93 kecil ditengah pintu.

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang