39. Batu Kerikil

1.6K 246 23
                                    

.
.
.
.
.

Yoongi sudah pernah bilang, Jimin itu terlalu berlebihan. Terlebih setelah kejadian di Daegu tempo hari, pria Park berstatus kekasihnya itu jadi semakin menempelinya setiap hari.

—setiap saat seolah tak kenal waktu.

Dan sayangnya, Yoongi tidak kesulitan beradaptasi. Ia dengan mudahnya menerima dan terbiasa, meski ada saja drama perdebatan yang akan terjadi. Namun setelahnya, keduanya pasti berakhir baik-baik saja.

Mereka sama-sama aneh.

.

Jimin menatap Yoongi dengan tatapan memuja. Ia telak terpesona untuk kesekian kalinya.

Sedikit mendorong Jimin, Yoongi mencebik tak suka. "Hentikan kebiasaanmu menciumku disembarang tempat"

"Aku suka", satu kecupan kembali mendarat, Jimin masih saja tersenyum. "Kita berangkat sekarang", jangan ganggu, hatinya luar biasa senang saat ini.

.
.

Keduanya sampai di tempat pesta yang diadakan oleh Mr. Kendrick—kolega bisnis Jimin dari London yang berdomisili di Korea.

Suasananya sangat ramai, live music orchestra mengalun pelan disudut didekat pintu masuk. In door party di musim dingin merupakan pilihan yang bijak.

Banyak rekan bisnis yang hadir. Jimin tak henti menyapa, sekedar menyalami dan menanyakan kabar lalu berbincang ala kadarnya.

Sementara Yoongi yang tidak begitu antusias memilih untuk bersikap pasif. Menanggapi hal-hal yang perlu saja.

"Apa yang sebenarnya mereka lihat?", ketus Yoongi berbisik.

Tanpa diminta pun, mereka jelas menjadi sorotan saat beriringan melangkahkan kaki semakin masuk kedalam ruangan.

Jimin tahu, Yoongi tidak terlalu menyukai hal tersebut. Kekasihnya itu tak nyaman berada di keramaian.

"Haruskah kita langsung pulang setelah memberi selamat kepada Mr. Kendrick?", memeluk pinggang Yoongi posesif, Jimin balas berbisik tepat ditelinga. Wangi semerbak yang memabukkan menyapa penghidu.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku", bersungut-sungut yang jatuhnya terkesan imut.

Jimin tersenyum, terjaga agar tetap waras disamping Yoongi rasanya lebih sulit daripada harus mendapatkan kontrak kerjasama bernilai milyaran won. "Mereka sama sepertiku—terpesona padamu", mengecup kening Yoongi sekilas, tak peduli bagaimana reaksi orang-orang yang melihat kelakuannya.

Yoongi mendelik kesal. Seharusnya ia tak menuruti ajakan Jimin supaya datang ke pesta ini. Rasa terbakar mulai menjalar dipipinya, ingin sekali rasanya menenggelamkan Jimin ke dasar kolam renang yang ada di samping ruangan pesta.

Atau mungkin... memutilasinya.

Mesti berapa kali lagi Yoongi memperingatkan Jimin agar tidak bertingkah sesuka hati?

"Maafkan aku, aku hanya tak bisa mengendalikannya", desah Jimin seolah menyesali perbuatannya, namun setelahnya, ia kembali tersenyum bahagia.

—Aneh.

Yoongi yakin, Jimin tak benar-benar menyesali perbuatannya.

Menangkap keberadaan Mr. Kendrick sedang berbicara dengan pemilik gedung telekomunikasi nomor wahid di Korea yang tak sulit dikenali Jimin, mereka berniat mendekat.

Sekedar formalitas.

Sama halnya dengan politik, bisnis bukan hanya tentang uang dan kekuasaan, tapi juga bagaimana cara seseorang menjilat untuk mendapatkan kesan dan kepercayaan.

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang