26. Perlahan Terungkap

1.7K 258 10
                                    

.
.
.
.
.

"..."

Yeonjun menatap Taehyung dengan penuh harap. Sedari tadi ia tak mau melepas maniknya dari sepupu yang duduk dihadapannya tersebut.

"Baiklah kalau begitu", helaan nafas terhembus pelan. "Tetap awasi dan ikuti kemana saja dia pergi. Laporkan padaku jika ada hal yang mencurigakan", Taehyung mengakhiri panggilan teleponnya. Ia letakkan ponselnya sebelum kemudian menyeruput ice caramel latte miliknya. "Yoongi mengunjungi rumah abu lagi", menatap sekilas, ia menjawab tatapan penasaran Yeonjun yang masih ditujukan kepadanya.

"Hah... Sudah kuduga", kedua bahunya merosot. Memijat pangkal hidungnya sebentar, Yeonjun memejamkan manik. "Dia tidak mengabariku sejak kemarin"

Suasana cafe yang lengang dengan satu-dua pengunjung yang duduk cukup jauh dari mereka, membuat keduanya lebih leluasa untuk mengobrol.

"Ini kedua kalinya dia ke Daegu sendiri sejak Presdir Min dilarikan ke London", Taehyung mengedar pandang, memastikan tak ada yang mendengar percakapan mereka. "Apa Yoongi tidak mengatakan apapun padamu?"

Menarik nafas panjang dan dalam, Yeonjun menggeleng lelah. "Dia lebih banyak menyendiri dan diam akhir-akhir ini", raut khawatir tergambar jelas diwajahnya.

"Sebenarnya aku takut jika dia kenapa-kenapa", celetuk Taehyung setengah melamun. Ia menimang gelasnya dengan gerakan memutar pelan, menjadikan isinya berpusar seperti badai didalam sana.

"Kita tahu, dia tidak baik-baik saja, Tae. Tapi mengingat betapa keras kepalanya Yoongi, aku tidak yakin dia mau terbuka apalagi bercerita pada kita",  Yeonjun mengutarakan unek-uneknya. "Butuh berapa lama lagi kita membiarkannya sendiri seakan-akan kita tak tahu apa yang terjadi?! Kau harus tahu, Tae. Sekarang aku sudah benar-benar khawatir padanya"

Terdiam sejenak sembari menatapi Yeonjun dengan dahi berkerut, Taehyung mengatupkan rahangnya kuat. "Kau juga menyadarinya?"

Yeonjun memutar maniknya jengah. "Oh... Ayolah, Tae. Bukan sehari dua hari aku bekerja dengan Yoongi. Tidak sulit untuk menyadari seberapa tertekan dan frustasinya Yoongi saat ini", ia melirik Taehyung kemudian menggeleng samar. "Dia tidak cukup pandai untuk menyembunyikannya. Dan tak cukup percaya untuk sekedar berbagi", suaranya menghilang diakhir.

Taehyung menunduk memandang kosong pada isi gelasnya yang tersisa setengah. Entah kenapa suara retakan kecil terdengar dari dalam hatinya, bersamaan dengan bongkahan es yang jatuh menabrak gelas kaca. Hatinya tiba-tiba mencelos, hanya karena mengingat kilasan tentang Yoongi. "Aku sudah menelepon Seokjin kemarin. Semoga saja dengannya, Yoongi mau sedikit terbuka", ujarnya lirih.

Yeonjun menatapi Taehyung lekat. Tak salah jika ia menjadikan Taehyung sebagai panutan. Selain pekerja keras, terkadang sepupunya itu membuatnya terkagum dengan jalan pikiran yang begitu dewasa dan bijaksana.

Dibanding dirinya, Taehyung nampak jauh lebih peduli terhadap Yoongi sejak dulu. Melihat bagaimana Taehyung menjaga Yoongi seolah menjadi sebuah tanggungjawab, menjelmakan kelegaan tersendiri dihatinya. "Yoongi beruntung memilikimu disisinya"

Setelah mendengar ucapan Yeonjun, Taehyung hanya menarik kecil sudut bibirnya. Bukannya bangga setelah dipuji, ia malah semakin merasa terbebani akan sebait kalimat tersebut. Sudah benarkah sikap Taehyung sekarang?

.
.
.
.
.

Yoongi berdiri mematung didepan sebuah gedung seni teater berlantai 3 itu dalam diam. Gedung seni pusat kota yang dulu sering ia datangi. Bersama teman-temannya, ia bisa tertawa lepas.

Sebuah kebahagiaan yang tak pernah ingin Yoongi ingat lagi, bahkan hanya sekali. Dan sayangnya, dengan tak tahu diri, kenangan itu tiba-tiba merasuk kembali dalam bentuk sekelebat memori yang menyayat hati.

Such a Mess || MinyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang