five

3.8K 277 5
                                    

"nek.. terimakasih." Alma berucap dia tak tau kalau dia tidak bertemu dengan nenek ini, ah bukan lebih tepatnya kalau nenek ini tidak menghampiri nya mungkin dia akan tidur di jalanan malam ini.

"Ya tak masalah. Ah yang tadi itu cucu nenek, gimana ganteng gak?" Alma tersenyum dan mengangguk.

"Iya nek..dia tampan." Ucap Alma sambil membayangkan sosok pria tadi. Nenek yang melihat itu tertawa memperhatikan gadis di sampingnya yang pasti sedang membayangkan sosok cucunya tadi.

"Ko nenek ketawa?" Tanyanya bingung.

"Kamu pasti lagi bayangin cucu nenek tadi ya?" Alma salah tingkah. "Maaf ya nek."

Alma menggelengkan kepala, "ah.. aku sampe lupa. Nama nenek siapa?"

"Panggil aja omah Mona." Alma mengangguk, "ok omah."

Tak ada percakapan lagi, Alma sedari tadi sudah mencoba untuk menahan rasa kantuk yang menyerang dirinya. Perlahan dia memejamkan matanya dan terlelap begitu saja.

Omah Mona menoleh dan tersenyum, "sepertinya dia kelelahan. Pak Kus cepat sudah malam." Pak Kus supir pribadi menengok lewat kaca spion, "siap omah." Pak Kus mempercepat laju mobilnya menembus dinginnya angin malam di luar sana.

Omah terus menatap gadis gendut di sampingnya ini. Melihatnya seperti tak asing untuknya, seperti mirip seseorang namun omah Mona menggelengkan kepala mungkin itu hanya kebetulan saja.

Tak terasa kini mereka sudah berada di depan rumah besar yang begitu mewah dengan nuansa klasik ala Eropa. Alma masih saja terlelap, seperti nya Alma benar-benar lelah sehingga dia tak terganggu oleh suasana saat ini.

"Dia tertidur omah?" Tanya lelaki dengan berperawakan tinggi itu. "Iya Mahendra. Omah sudah coba membangunkan tapi dia kelihatannya sangat lelah." Mahen melihat wanita itu seksama dia tersenyum melihat gadis yang pertama kali dia temui ini.

"Yaudah mahen coba gendong omah." Omah melirik Mahendra, mahen yang di tatap mengerti maksud dari tatapan omah, "tenang omah, Mahen kuat. Buat apa setiap hari Mahen nge-gym, yaudah omah turun dulu."

Omah Mona pun turun dan masuk rumah lebih dulu. Sebuah mobil masuk ke dalam mobil, omah menoleh melihat. Ternyata cucunya sudah sampai. Omah menunggu dengan senyum yang bahagia.

Di sana pria itu berjalan menghampiri omah Mona sambil merentangkan kedua tangannya. "Omah, Biru kangen" pria yang diketahui bernama Biru itu memeluk omah Mona dengan erat.

Biru menoleh pada kakaknya yang menggendong seorang wanita gendut? Siapa dia. Biru mendekati kakaknya, saat Biru melihat wanita itu dia tersenyum kemudia melirik kakaknya dengan tatapan bertanya, "pacar Lo ka?"

Mahen hanya mengangkat bahunya kemudian berlalu meninggalkan Biru. Omah Mona sudah masuk ke dalam, Mahendra membawa gadis ini ke sebuah kamar tamu yang berada tak jauh dengan kamarnya.

Bi sum asisten rumah tangganya membantu untuk membuka pintu. Mahendra masuk ke dalam dan meletakan Alma di atas kasur.

Mahendra takjub dengan gadis dihadapannya ini, benar-benar tidak terganggu dengan ke adaan sekitar dan tetap terlelap. Apakah kalau ada tsunami dia juga akan tetap tertidur dengan pulas?

Mahendra menyelimuti Alma dengan pelan, Mahendra memilih duduk di samping kasur dan memperhatikan bagaimana gadis ini sangat lelap dalam tidurnya. Sangat teduh sekali saat melihat wajah gadis ini, siapa namanya? Mahendra tersadar, dia menggelengkan kepalanya. Tunggu kenapa jantungnya berdegup sangat kencang?

Mahendra memilih untuk meninggalkan Alma sendiri, "selamat istirahat bapau." Ucapnya sebelum meninggalkan Alma.

Mahendra menutup pintu itu pelan agar Alma tak terganggu, saat berbalik Biru sudah berada di belakangnya membuatnya sedikit terkejut, "ada apa?"

"Cewek itu?" Tanya Biru, tangannya memegang segelas air putih yang baru saja ia ambil dari dapur. Biru berniat ingin ke kamar, namun tenggorokan nya terasa kering dia pun memutuskan untuk ke dapur. Saat kembali Biru melihat kakaknya yang keluar dari kamar tamu.

"Ah.. gue juga gak tau, tadi dia bareng omah di pinggir jalan. Terus omah nyuruh dia buat ikut ke rumah." Mahendra pun berlalu sambil menepuk pundak Biru, "welcome back home brother."

Biru memberi anggukan, sepeninggalan kakaknya Biru melangkahkan kakinya menuju kamar tamu dimana Alma tidur.
Biru melihat dengan jelas wanita itu terlelap dalam kasur besar, dan kini satu atap dengannya. Biru kembali tersenyum melihat Alma.

Biru memperhatikan Alma yang tertidur sangat lelap. "Kita bertemu lagi Al.."







Gimana pada suka?

Cerita kali ini emang sengaja aku buat short part..dan insyaallah akan up setiap hari.

Jgn lupa like dan komen biar aku makin rajin buat nulis.

Terimakasih

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang