Alma sudah berkeliling mencari penginapan tapi semua nihil. Penginapan penuh malam ini, wanita gendut itu duduk di kursi taman meratapi nasibnya yang seperti gelandangan. "Hah.." dia menghela nafasnya gusar. Sendirian tanpa arah tujuan, air matanya terjatuh. Ia sedih apa memang benar apa yang di katakan semua orang. Alma mulai gundah, mengapa dia terlahir gendut, kenapa harus dia?apa salahnya sampai harus memiliki badan gendut.
Di perparah kini batre ponsel nya pun low. Komplit sudah penderitaan nya berada di negara asing sendirian tanpa arah tujuan.
Alma terisak ia mengusap air matanya dengan kasar. Disaat seperti ini dia sangat merindukan ibunya. Alma menatap langit malam yang lumayan cerah, bintang-bintang terlihat bersahabat menemani kesunyian malam ini.
"Bu..Alma kangen ibu?" Alma memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan nya.
Alma kembali membuka ponselnya ia mencari dan mencari, Alma ingat lelaki itu menyuruh nya untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu.
"Ah.. bodoh, aku ga tau lagi namanya siapa dan dia nulis nama apa di kontak." Alma mencoba terus mencari kontak yang menurutnya asing.
Terus perlahan hingga kini dia berhenti pada satu nama yang memang tak pernah dia lihat "Fian?" Apa namanya Fian? Itu lah yang Alma pikirkan pasalnya dari semua kontak hanya nama itu yang belum pernah ia temui dalam kontaknya. Alma tersenyum senang, sepertinya keberuntungan berpihak pada gadis gendut ini. "Hubungi ga ya?" Alma melihat jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Menguatkan hati Alma menekan nomor tersebut, Alma meletakkan ponsel tersebut ke daun telinganya, masih berdering, "ayolah angkat"Tut..Tut..Tut
"Katanya suruh telpon, giliran di telpon gak di angkat." Kesal Alma.
"Mungkin dia sudah tidur..lagian sudah malam juga." Hari ini benar-benar melelahkan untuk Alma, mengelilingi sungai Shanghai hingga matahari tak nampak membuatnya benar-benar lelah.
Alma memasukan ponselnya kedalam saku jaket, semakin malam udara disini juga semakin dingin ia mencoba mencari sesuatu didalam tasnya yang dapat ia makan. Berdiam diri membuatnya lapar.
Asik dalam lamunan tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di hadapannya. Alma memperhatikan mobil itu, melihat seperti ada yang tidak beres Alma berjaga-jaga untuk pergi menjauh.
Seorang wanita paruh baya turun dari dalam mobil. Alma masih terus memperhatikan wanita itu yang nampak lebih cantik darinya walau keriput menghiasi wajah nenek itu, dalam hati Alma tertawa bahkan dengan nenek-nenek saja dia kalah cantik.
Nenek itu menghampiri Alma. Dia tersenyum ramah sambil menatap Alma yang terduduk seperti orang hilang.
"Boleh saya duduk disini?" Ucap wanita di hadapan Alma. Alma salah tingkah namun ia mempersilahkan nenek itu untuk duduk, Alma mengambil barangnya menyingkirkan agar nenek itu bisa duduk.
"Hmm.." Alma menoleh, mencoba bertanya.
"Apa yang nenek lakukan malam-malam seperti ini." Alma pun memberanikan diri untuk bertanya. Ini sudah malam, dan angin tak baik untuk kesehatan nenek di hadapannya.
Nenek itu belum menjawab, takut Alma pun diam. Dia memainkan kakinya mengayunkannya.
"Hanya menikmati angin malam, tak salah kan?"
Alma mengangguk dan menggeleng. "Wah ingin flashback masa-masa remaja ya nek?"
"Kamu ngapain malam-malam duduk disini dengan koper besar? Sepertinya kamu juga bukan orang sini." Bukannya menjawab nenek itu malah balik bertanya.
"Hehehe.. penginapan malam ini full semua, aku bingung harus kemana.." jawabnya jujur.
Nenek itu tertawa. "Wanita gendut yang tersesat rupanya."
"Perkataan nenek terdengar biasa saja tapi mengapa menyakitkan ya.. heheheh" Alma menimpalinya, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa nenek tidak dingin?" Nenek itu menggeleng.
"Wah...aku saja yang dipenuhi lemak ini kedingi..." Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya sebuah mobil berhenti di hadapannya, Alma mengerutkan keningnya saat melihat seorang lelaki berparas tampan dengan berpakaian sederhana namun tetap terlihat sangat tampan. Alam masih terdiam saat lelaki itu menghampiri nenek di sampingnya mengalungkan jaket pada tubuh nenek itu, terjongkong dan menggenggam tangan nenek ini.
"Nenek kenapa keluar malam-malam. Orang rumah sibuk nyari nenek." Lelaki itu menoleh ke arah Alma, "terimakasih." Ucapnya sambil memperlihatkan senyum manisnya. Alma akan pingsan saat ini diberi tatapan seperti itu membuat hatinya berdegup seperti di diskotik..
"Ayok pulang." Nenek itu bangkit. Lelaki itu merangkul nenek itu dengan sayang. Alma yang melihat itu menitihkan air mata bahagia dan juga sedih, dia benar-benar dibuat rindu dengan ibunya
Mereka berhenti menoleh kembali ke Alma yang masih terdiam dengan lamunannya. "Hei..cewek gendut, ayok ikut."
Alma tersentak, menunjuk dirinya dengan telunjuknya. "Aku nek?"
"Iya kamu..masa tong sampah di samping kamu. Udah ayok ikut." Alma masih terdiam mencerna kata-kata nenek itu.
Nenek itu menyuruh supir yang berdiri disana untuk membantu Alma memasukan barang-barang ke dalam mobil. Merasa tak enak Alma mengeluarkan suaranya, "apa tidak apa nek?"
"Sudahlah.. ayok." Ucap nenek itu, lelaki itu hanya tersenyum. Kemudian membantu nenek masuk ke dalam mobil. Tak mau kehilangan kesempatan Alma pun mengangguk dan mengikuti nenek masuk ke dalam mobil yang sama dengan nenek, sedangkan lelaki itu menaiki mobil yang berbeda dengannya.
Uhuyyy... kira-kira siapa cowok itu ya..si cowok ngeselin tadi aja belum tau..ini udh ada cowok ganteng.
Alma benar-benar beruntung ya..setiap langkah menggapai mimpinya diberi kemudahan.
Kalau kata ustadz Hanan jangan takut pergi jauh tanpa membawa apapun..karena Allah akan memberi rezeki kepada kita kapan pun dan dimana pun.
Jgn lupa like dan comen kalian ya..biar aku makin rajin buat nulisnya.
Selamat membaca 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Dreams (Tamat)
Ficção Adolescentehanya sebuah mimpi yang ingin diwujudkan. "Bukan hanya mimpi, orang gendut itu memang menyusahkan, tak bisa apa apa, yang dia tau hanya makan..makan dan makan." 🎖️ #rank 3 dreams 15-feb-2020 #rank 2 dreams 27-feb-2020 #rank 1 dreams 16-april-2020