twenty eight

1.3K 95 12
                                    

Alma memutuskan untuk kembali pulang. Besok dia akan mencoba lagi, Alma melepaskan sepatunya dan masuk ke dalam kost. Tanpa Alma sadari mahen terus memperhatikan dari kejauhan. Setelah Alma masuk mahen pun pergi meninggalkan Alma.

Alma berjalan lunglai, "susahnya nyari kerja di Jakarta." Alma melempar tasnya dan langsung membanting tubuhnya di atas kasur yang keras. Tanpa berganti pakaian Alma pun terlelap.

...

Mahen merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menyewa sebuah rumah dekat kost Alma, tak seperti Alma. Tempat tinggal mahen cukup mewah. Mahen meletakan kunci mobil di atas nakas, dari sini dia dapat memantau kegiatan Alma.

Mahen menelpon seseorang. "Gimana? Apa ada hal penting yang kamu ketahui?"

"Kemungkinan aji adalah dalang dari ini semua." Kening mahen berkerut.

"Aji?"

"Iya, salah satu karyawan yang bekerja di hotel Ade Lo." Ucap Banyu di sebrang sana.

"Ok..Lo pantau dia, jangan sampai lolos."

"Sip."

Panggilan terputus.

Mahen cukup lelah. Dia menatap hujan yang turun membasahi kota Jakarta dari balik jendela. Tangannya terkepal, orang yang dia cari ternyata bekerja di hotel sang adik.

...

Pagi ini dengan semangat baru Alma melangkahkan kakinya menuju salah satu restoran terkenal di Jakarta.

"Semoga bisa."

Dengan percaya diri Alma masuk ke dalam, "permisi pak.. saya mau lamar kerja disini." Pak satpam itu menyuruh Alma untuk menunggu, satpam itu pun masuk melapor.

Tak berapa lama satpam itu kembali dan memberi tahu bahwa Alma dipersilahkan untuk masuk ke dalam. Alma memberi senyum terimakasih kepada satpam tersebut.

Tok..tok..tok..

"Iya masuk."

Alma membuka pintu itu, di sana ada seorang wanita cantik yang cukup modis menunggunya. "Permisi Bu." Ucap Alma, tangannya masih menggenggam amplop coklat.

Wanita itu menatap Alma dan mempersilahkan untuk duduk. "Kamu isi ini dulu ya." Wanita itu memberikan selembar formulir data diri. Alma mengisinya dengan seksama.

"Apa yang buat saya harus terima kamu kerja disini?"

"Karena saya pekerja keras."

"Sebelumnya sudah pernah bekerja?"
Alma mengangguk.

"Sudah Bu.. sebagai sekertaris di hotel grand Korea Selatan."

Wanita itu menatap Alma tak percaya.

"Berapa lama?"

"Tidak terlalu lama Bu."

"Kenapa kamu keluar dari sana."

"Jarak tempat tinggal saya dengan kantor cukup jauh. Dan saya ingin dekat dengan ayah saya disini." Alma terpaksa harus sedikit berbohong.

Alma berdoa dalam hati agar dia di terima. Wanita itu mengangguk. "Ok kamu saya terima."

Alma terkejut dan senang. "Benar Bu?" Dan diberi anggukan oleh wanita itu.

"Iya. Kamu bisa mulai kerja sekarang?" Tanyanya dan Alma mengangguk dengan cepat. "Bisa Bu."

"Ya sudah. Kamu langsung ke bagian dapur dan nanti ada Andre yang akan bantu kamu."

Alma mengangguk. "Saya intan.. kalo ada apa apa kamu bisa hubungi saya."

"Baik Bu." Alma keluar meninggalkan intan disana.

....

*Iya halo..sudah saya laksanakan perintah bapak. Alma sudah mulai kerja hari ini.*

*Ok.*

Sambungan pun terputus. Intan melihat CV yang Alma berikan. "Kenapa pak mahen mau nolong cewek ini? Apa hubungan mereka?"
...

"Kamu karyawan baru?" Tanya laki-laki yang sedang memegang serbet. Alma mengangguk. Lelaki itu menaruh serbet tersebut dan mengajaknya untuk berganti seragam.

"Ini seragam kamu. Tugas kamu bersihin lantai cuci piring sama nganterin makanan ke tamu. Nanti akan dibantu dengan yang lain." Alma menerima seragamnya.

"Terimakasih. Saya Alma." Alma menjulurkan tangannya. Namun lelaki itu hanya menatap tangan Alma, Alma sedikit canggung saat tangannya tak di sambut.

"Saya andre." Lelaki itu pun meninggalkan Alma.

Kini Alma tugas pertama Alma adalah membersihkan piring-piring kotor. "Banyak banget." Tumpukan piring kotor yang menggunung membuatnya tak percaya.

"Karyawan baru?" Sapa wanita yang kini berada disampingnya dengan ramah, perawakannya sangat sederhana, dengan kaca mata besar yang menghiasi wajahnya serta rambut yang di kuncir kuda.

Alma tersenyum mengangguk. "Aku Amel. Salam kenal, dia emang gitu dingin banget." Ucap Amel, Alma mengernyitkan dahi. "Iya, kak Andre. Tapi sebenarnya dia itu baik banget loh."

Alma hanya tersenyum. Dia tak mau mengurusi hal-hal tidak penting, tujuannya saat ini bekerja dan mendapatkan uang. Amel juga sudah meninggal nya mengerjakan pekerjaan yang lain.

"Al..kamu tolong antar makanan ini ke meja no 10 dekat jendela." Perintah Andre. Dia menunjuk meja yang ada di pojok sana yang di tempati oleh seorang pemuda yang sedang membaca koran.

Alma mengambil pesanan nya dan mengantarkan ke meja tersebut. "Permisi tuan. Ini pesanannya, kopi panas dan brownis coklat." Ucap Alma lelaki itu hanya berdehem, dan Alma pun kembali masuk ke dalam.

Lelaki itu menurunkan koran yang dia baca. "Menarik." Kemudian mengangkat nya kembali.
...

Pekerjaan yang melelahkan, Alma beristirahat saat restoran tampak sepi. "Kamu sudah makan?" Tanya Andre, Alma yang sedang asik berkipas-kipas menoleh, Andre memberikan sebungkus roti kepada Alma. "Ambillah." Alma sedikit ragu. "Tenang tidak ada racun." Alma dengan canggung pun mengambil roti itu. "Terimakasih."

Andre meninggalkan Alma, "cie..yang di kasih roti." Amel duduk di samping Alma sambil menyenggol bahu Alma.

"Apa sih Mel..aku gada apa apa sama kak Andre."

"Keliatan nya kak Andre perhatian ya."

"Ya ampun Mel, dia cuman ngasih roti aja."

"Iya deh iya." Ledeknya.

Alma membuka roti itu. "Kamu mau?" Amel menggeleng. "Ga usah, aku gak terlalu suka roti. Buat kamu aja." Alma mengangguk dan memakan rotinya.

Huft.. absurt bgt ya?

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang