Siang semua.. selamat membaca.
Aku double up nih, jangan lupa komen dan like ya..
Kalo di bilang sih ini menuju akhir. Kita ucapkan selamat tinggal buat mereka yuk.
Di kos Alma terduduk lemas di atas kasur. Alma memegang dadanya yang terasa berdebar, dia kepikiran biru. Alma memejamkan matanya frustasi. Air matanya lagi-lagi menetes, melihat biru saat di resto yang berjalan meninggalkan nya membuat hatinya pilu, Alma ingin sekali mengejarnya memeluk lelaki itu. Meminta kejelasan tentang kejadian di rumah sakit itu.
Nama biru masih tersimpan di dalam hatinya, Alma bangkit dia cepat-cepat mencari ponselnya mencoba menghubungi biru. Mencari nama biru di ponselnya kemudian memencetnya. "Bi..angkat lah." Alma cemas hatinya tidak tenang.
Kakinya tak bisa diam, dia menatap keluar tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Panggilan pertama tak ada jawaban. Alma mencobanya lagi. "Angkat bi..ku mohon." Panggilan terhubung.
"Bi.." tak ada suara di ujung sana. Alma menghela nafas.
"Kamu dimana?" Masih tak ada suara, biru masih terdiam walau sambungan telepon terhubung.
Alma memejamkan matanya. "Aku gak tau harus bilang gimana. Bi hati ku sakit.. aku ga bisa bohong kalo aku...kalo aku masih sayang sama kamu bi." Masih tak ada jawaban di ujung sana.
"Aku cemburu saat kamu bersama wanita itu bi... Tapi aku gak tau bagaimana cara bilang ke kamu..bi..ok aku akan menolak lamaran kak mahen."
"Jangan tolak lamaran kak mahen Al.. kamu pantas bahagia, bukan dengan ku.. aku bukan orang yang tepat. Kak mahen lah..ya..kak mahen lebih pantas dengan mu..dia sayang dan akan menjaga kamu." Di ujung sana Biru menghela nafasnya sungguh hatinya benar-benar sakit dan juga lega, setidaknya dia tahu bahwa Alma masih sayang padanya. Bahwa Alma mau memaafkannya. Di sana biru tersenyum, "Al... dengerin aku ya. Aku mau kamu bahagia. Aku pamit." Biru mematikan telpon tersebut.
Alma menatap ponselnya yang tak terhubung lagi. Dia terjatuh duduk diatas sofa air matanya jatuh membasahi pipi gempalnya, dunianya runtuh. Dia menumpahkan semua rasa sakit malam ini. Ya hanya malam ini.
...
Sebelum berangkat biru menghubungi mahen, "gue titip Alma." Itu lah yang di sampaikan oleh biru untuk mahen. Mahen yang mendengar itu tak bisa berkata apa apa. Hanya membiarkan adiknya berbicara, dia tau biru pasti hancur namun mahen juga tidak bisa melepas Alma, dia sayang dengan cewek gempal itu.
"Hen..apapun yang terjadi nanti gue minta Lo jangan pernah tinggalin atau nyakitin Alma. Dia udah terlalu menderita, dia pantas bahagia." Mahen berdehem.
"Datang dan temani Alma, mungkin dia butuh bahumu saat ini. Aku pamit." Ya biru benar-benar memutuskan untuk melepas Alma, walau dari awal dia lah yang salah. Dia aku dia laki laki brengsek dan ga akan bisa bersama wanita sebaik Alma. Biru memberikan tiket kepada petugas, dia pun masuk ke dalam pesawat.
Ya dia melakukan penerbangan cepat untuk kembali ke Korea. Sungguh perjalanan yang singkat, di pesawat biru menatap keluar jendela. "Kamu akan selalu di hati Al."
....
Mahen melakukan mobilnya menuju kost Alma, dia mengetuk pintu kost Alma tapi tak ada respon. Mahen memegang kenop pintu ternyata tak di kunci. Mahen masuk ke dalam, "Al.." mahen melihat Alma yang tertidur di atas sofa dengan posisi memeluk dirinya, mahen mendekat dan duduk di samping Alma. Mahen membawa Alma dalam dekapannya.
"Menangis lah...tapi janji jangan menangis lagi, hatiku sakit saat melihat air matamu terjatuh." Mahen mengusap kepala Alma lembut. Dia tak bohong, melihat Alma yang menangisi adiknya hatinya juga sakit, apa keputusan nya benar. Apa keputusan dia menyakiti Alma dan juga biru.
Maaf aku tak bisa memberikan mu pada biru.
"Maaf Al." Hanya itu yang mampu mahen ucapkan.Tak lama Alma tertidur dalam pelukan mahen, sedangkan mahen terus menjaga Alma.
...
Alma terbangun saat silaunya matahari mencoba masuk ke dalam bola matanya. Alma bangkit, dia tertidur di atas sofa dengan selimut yang menyelimutinya. Alma menghela nafasnya.
"Sudah bangun?" Sebuah suara membuatnya menoleh. "Kak mahen?" Mahen tersenyum dia membawa semangkuk bubur ayam yang dia beli di depan kost Alma.
"Bangun dan sarapan lah."
"Ko kakak bisa disini."
"Hmm..bagaimana ya, semalam kekasihku menangis akibat mantan tunangannya yang datang."
Alma mencoba tersenyum, mahen duduk di samping Alma, dia menaruh bubur itu. "Jangan menangis lagi." Tangan mahen terangkat mengusap pipi Alma.
"Biru..biru menghubungi ku untuk menjagamu. Jadi...aku akan menjagamu." Alma menatap mata lelaki yang kini menjadi kekasihnya mungkin juga akan menjadi suaminya. Alma tersenyum dan mengangguk.
Cup..
Mahen mencium bibir Alma. Hanya mengecup tak lebih. "Kakak!" Alma membulatkan matanya kaget, dia memukul lengan mahen, "auw..ko aku di pukul?"
"Biarin." Alma cemberut dan itu membuatnya semakin menggemaskan di mata mahen.
Cup..
Lagi lagi mahen mencium bibir Alma. Alma marah. Mahen mengangkat sebelah alisnya. "Siapa suruh bibirnya manyun gitu, aku kira minta di cium." Mahen tersenyum jail.
"Apa sih ka. Udah ah..aku mau mandi."
Alma bangkit dan disusul oleh mahen. "Kakak mau ngapain?"
"Membantumu mandi maybe."
Alma menyilangkan tangannya di dada. "Engga. Udah kakak tunggu aja di sana." Alma berlari masuk ke dalam kamar mandi. Mahen terkekeh melihat tingkah kekasihnya itu.
Pengganti kemarin ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Dreams (Tamat)
Teen Fictionhanya sebuah mimpi yang ingin diwujudkan. "Bukan hanya mimpi, orang gendut itu memang menyusahkan, tak bisa apa apa, yang dia tau hanya makan..makan dan makan." 🎖️ #rank 3 dreams 15-feb-2020 #rank 2 dreams 27-feb-2020 #rank 1 dreams 16-april-2020