six

3.7K 231 3
                                    

Biru sudah mendapat telpon darurat. Sehingga pagi ini dia harus segera berangkat ke hotel mengurus masalah kecil ulah pegawai barunya. Omah Mona dan kak Mahendra sudah rapi di meja makan, "bi sum coba kamu bangunin Alma." Ucap omah, sambil mengoles selai kacang pada roti. Biru yang terburu-buru mengecup pipi sang omah kemudian mengambil roti yang telah di beri selai tersebut.

"Omah aku duluan, ada problem di hotel." Ucapnya, "bro duluan." Biru mendekat ke sang kakak dan berbisik. "Jangan biarin cewek gendut itu pergi." Setelah itu Biru menepuk pundak sang kakak dan berlenggang pergi.

"Biru bilang apa?" Tanya omah.

Mahendra mengangkat bahunya tak peduli, dan melanjutkan makannya. Tak lama sosok yang baru saja di perbincangkan pun keluar dengan mengenakan pakaian yang sudah rapih, serta menyeret koper besarnya.

Omah mengernyitkan dahinya melihat gadis gendut itu. Alma hanya tersenyum canggung di perhatikan oleh tuan rumah. "Pagi omah.. pagi ka..hmm..ma.."

"Mahendra." Ucap Mahendra singkat, Alma menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "ah iya ka mahen."

Alma hanya berdiri, "kenapa tidak duduk?" Tanya omah karena melihat Alma yang masih pada posisinya.

"Ah itu omah.. sebelumnya terimakasih sudah mengijinkan Alma buat nginep disini, tapi Alma harus pergi." Alma berusaha untuk menetralkan detak jantungnya karena sedari tadi kak Mahendra terus saja menatap kearahnya.

"Duduk dan sarapan lah." Kini Mahendra berucap, menyuruh gadis gendut di hadapannya untuk duduk. Omah menyuruh duduk dengan tatapannya, merasa tidak enak Alma akhirnya menurut, dia duduk di samping omah Mona dan persis di hadapan ka mahendra.

Bu sum membantu menyiapkan makanan untuk Alma, "ga usah bi..nanti Alma ambil sendiri." Bi sum tersenyum,"engga papa neng." Bi sum menuangkan susu ke dalam gelas kosong dan menyerahkan ke Alma. "Terimakasih bi."

Alma melihat ruangan ini. Nyaman dan hangat, ini pertama kalinya dia bisa sarapan bersama-sama. Biasanya dia akan melewatkan sarapannya karena terlalu malas untuk makan sendiri.

Dia terharu, melihat ini air matanya menetes. Alma dengan cepat menghapusnya, Alma menikmati sarapannya dengan diam sambil terus menahan isakannya.

Semua itu terlihat jelas oleh Mahendra yang sedari tadi memperhatikan Alma. 'Kenapa dia nangis?' Mahendra hanya terus memandang.

"Ada keperluan apa kamu ke Korea?" Omah membuka pembicaraan. Alam menoleh, "iya gimana omah?"

"Kamu ngapain ke Korea?" Ulang omah.

Mahendra sungguh penasaran dengan jawaban Alma, dia hanya memperhatikan. Tanpa dia sadari makannya pun sudah habis. Bahkan dia sampai lupa kalau pagi ini dia ada jadwal bertemu dengan salah satu sahabatnya.

"Emm.. hanya ingin mewujudkan sebuah mimpi omah." Jawabnya sambil tersenyum canggung.

"Mimpi?"

"Iya omah..hanya ingin membuktikan kalau cewek gendut itu juga punya mimpi, bukan cuman mimpi tapi..sebuah mimpi yang bisa di wujudkan." Ucapnya semangat.

"Dengan menjadi gelandangan di pinggir jalan?" Tanya omah lagi. Alma seketika sedikit kesal bercampur sedih.

"Waktu itu Alma ketemu cowok nyebelin sampe ya akhirnya seperti ini.. dan saat ingin cari hotel pun mendadak semua hotel yang Alma jumpai penuh semua. Disitu Alma sempat patah hati, apa benar orang gendut kayak dirinya tidak pantas untuk bahagia, tidak pantas hanya sekedar memiliki mimpi? Sampai akhirnya omah datang dan mengajak Alma untuk menginap disini."

"Apa kamu tidak takut kalau waktu itu yang datang bukan omah, tapi orang jahat?" Kini kak Mahendra bertanya. Alma sampai tersedak dibuatnya. Kak mahen menyodorkan segelas air putih, "hati-hati lah."

Alma menegak air tersebut, "terimakasih ka."

"Takut sih kak..waktu itu aku juga sedikit waspada. Tapi kalau dipikir apa ada orang yang mau nyulik cewek gendut kayak aku. Lagian aku juga gak punya apa-apa." Alma tertawa kecil.

"Iya juga sih." Omah menimpali.

"Astaga omah, kenapa kata-kata omah pedes banget ya. Hehehe..." Alma menyuapkan roti terakhir nya.

Alma merapikan bekas makannya dan membawanya ke dapur, ini sudah kebiasaannya. Namun di tahan oleh omah." Nanti bi sum yang rapikan." Ucap omah.

"Tapi omah."

"Kamu disini bukan pembantu kan?" Alma hanya menggeleng.

"Aku berangkat omah." Ucap mahen, lelaki itu mengelap mulutnya dan menghabiskan sisa susu yang tersisa dalam gelas.

"Mahen, kamu ajak Alma buat keliling myeongdeong ya, katanya kamu ada janji dengan teman disana bukan?" Mahen berfikir sejenak kemudian mengangguk.

Alma masih terdiam, "ayok." Ajaknya.

"Tapi ka..apa tidak merepotkan?"

"Tenang lah."

Alma berpamitan dengan omah, "tidak usah bawa koper." Ucap omah.

"Iya omah. Kak mahen sebentar, aku taruh kopernya dulu." Dan diberi anggukan oleh mahen. Alma pun menarik kembali kopernya kedalam kamar sedangkan mahen keluar menuju garasi mengambil mobil sport nya.

Alma keluar dari kamar dan segera menyusul kak mahen. Di luar kak mahen sudah menunggu nya di dalam mobil, "masuk lah." Alma bingung bagaimana cara dia untuk masuk kedalam mobil ini.

Mahen paham, lelaki itu turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Alma, "maaf ka. Aku ga tau cara buka nya."

" Iya.. masuk lah." Alma masuk ke dalam mobil. Kak mahen menutup kembali pintu tersebut dan berjalan menuju kemudi.

Setelah itu kak mahen menancapkan gas. Dalam perjalanan Alma tak berani berucap, jantungnya benar-benar berdegup cukup kencang. Alma terus meremas ponsel yang dia genggam sedari tadi.

"Setelah ini apa rencana kamu?" Kak mahen membuka pembicaraan, Alma benar-benar terkejut, dia menoleh.

"Belum tau ka." Mahendra masih fokus pada kemudinya, "maksudnya mimpi apa yang mau kamu capai setelah sampai disini?"

"Mungkin aku mau.. mengunjungi tempat wisata dulu ka, yang seperti di drama drama kerajaan. Apa ada ka?" Mahendra menoleh, mengangkat alisnya "tentu ada, tapi kita ketemu temanku dulu.. abis itu kita menuju kesana."

Alma tersenyum bahagia, satu persatu impiannya terwujud.

Maaf baru up

Selamat membaca. Jgn lupa like dan komen, biar aku makin rajin nulis

Terimakasih





The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang