twenty tou

1.5K 120 31
                                        

Malam semua.. selamat membaca 💆💆

Pagi ini Alma sudah rapih mengenakan pakaian kantornya. Walau biru masih di rawat, dia tetap harus bekerja bukan. Alma melangkahkan kakinya memasuki gedung hotel tersebut.

"Hay Al.." sapa seseorang sambil merangkul pundaknya.

"Aji?"

"Udah sarapan? Temenin gue sarapan yuk." Ajaknya.

"Hmm..gimana ya, kerjaan gue banyak."

"Udah santai, masih jam setengah tujuh." Aji menarik Alma untuk ikut dengannya.

Mereka kini tengah duduk di cafe dekat tempat kerja mereka. Alma hanya memesan satu gelas coklat hangat.

"Engga makan?" Aji yang sedang makan melirik Alma yang sedari tadi hanya terdiam cemas. Alma menatap aji lalu menggelengkan kepala.

"Ko keliatan cemas. Ada apa? Mau cerita?" Usul aji. Wajah Alma mulai sendu, dia sedih.

"Hanya memikirkan biru." Alma memandang jendela cafe yang memperlihatkan aktivitas diluar sana.

"Apa hubungan kamu dengan pak direktur?" Aji sangat penasaran dengan wanita gendut di hadapannya. Bagaimana bisa seorang biru menyukai wanita gendut yang sama sekali tak menarik ini.

"Entahlah, tapi kemarin dia.."

"Tidak penting..ini bukan urusan yang penting ko." Lanjut Alma canggung.

Aji merasa gemas, sedikit lagi dia akan mendapat info. Aji menetralkan sikapnya agar Alma tak curiga padanya.

Alma menatap jam pada ponselnya. "Kamu udah selesai? Kalo belum aku duluan." Alma bangkit dan meninggalkan aji.

Saat kerja Alma terus saja memperhatikan jam dinding yang terus berjalan. Namun mengapa jarum itu terlihat lamban. "Kenapa lama sekali." Kesalnya pasalnya semua tugasnya sudah rapih, namun jam masih saja menunjukan pukul tiga sore.

...

Sementara di rumah sakit biru terus merengek ingin masuk kerja. Dia ingin bertemu dengan Alma, biru tak ingin makan, tak ingin minum obat, bahkan infus saja tidak ingin di ganti padahal infus sudah mulai habis.

"Kamu tuh makan bi." Ucap omah yang sedari tadi sudah pusing melihat kelakuan cucunya yang seperti bayi merengek minta permen.

"Gak mau omah..aku mau Alma." Rengeknya.

"Ya tapi kamu makan dulu, Alma juga kan kerja.. paling bentar lagi kesini."

"Yasudah nunggu Alma." Putusnya.

"Pokoknya aku mau makan kalau Alma ada disini." Biru menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Omah menatap cucunya yang mengapa menjadi seperti anak kecil.

"Ya sudah omah pergi. Omah pusing." Suara pintu ruangan pun terbuka dan muncullah orang yang sedari tadi membuat biru urung iringan.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam..ah Dateng juga, dari tadi tuh anak merengek minta kamu datang.. sekarang omah kasih dia ke kamu. Omah mau pulang dulu." Omah pun pergi meninggalkan mereka.

Biru yang mendengar suara Alma langsung membuka selimut itu, dia memberi tatapan sendunya. Seperti seorang anak yang baru bertemu dengan sang ibu.

"Iya omah." Alma yang diberi tahu merasa tidak enak pada omah. Sepeninggalan omah, Alma berjalan mendekat ke biru. Dia menaruh puding coklat yang dia buat sebelum datang ke sini.

"Aku lapar.." dengan muka yang amat melas. "Terus kenapa engga makan? Emang dari rumah sakit ga dapet makan?"

Biru menggeleng dengan manjanya. Alma memicingkan matanya curiga. "Bener.. " tangannya terangkat dengan jari telunjuk dan tengah yang berdiri.

"Terus itu apa?" Alma menunjuk makanan yang disediakan pihak rumah sakit di pojok ruangan.

Biru yang melihat itu langsung tersenyum tanpa dosa.

"Aku maunya di suapin kamu."

"Ya setidaknya kamu harus makan bi.. kalau semisal aku gak datang, terus kamu juga engga makan?"

"Karena aku tau kamu pasti datang makannya aku maunya sama kamu."

"Dasar keras kepala."

"Biarin..yang penting aku sayang sama kamu."

Alma memutar matanya. "Yaudah sekarang kamu makan. Ini aku bawa puding, mau?" Biru mengangguk cepat.

Alma bangun dan mengambil puding itu. Sebelumnya biru mengatur tempat tidurnya Agar bagian atasnya terangkat sehingga membuat posisinya seperti duduk.

"A.."

Alma memotong puding coklat dan menyuapkan ke biru.

"Gimana?"

"Enak.. rasanya pas, aku suka. Kamu beli dimana?" Tanya biru.

"Enak aja..ini aku bikin sendiri."

"Setau aku kamu ga bisa masak."

"Ya di bantu bi Imah sih tadi."

Alma terus menyuapi biru, dan biru memakan puding coklat sampai tak tersisa. Alma mengambil ponselnya, dia membuka kamera setelah itu dia mendekatkan dirinya di samping biru lalu memotret dirinya.

Alma mengunggah fotonya di instastory
Dengan caption gws calon imam. Biru yang melihat itu terkekeh. "Wah wah..apa kamu mau pamer pada teman-teman mu?"

"Ya.. punya suami tampan dan tajir, siapa yang tidak ingin." Ucap Alma.

"Kalau mau pamer bukan seperti itu. Sini ponsel kamu."

"Mau apa?"

"Yaudah sini dulu." Alma memberikan ponselnya, biru mengambil ponsel Alma, "ponsel apa ini? Jelek banget."

"Ish..ko malah hina hp aku." Rajuknya.

"Ya iya lah, kamu tuh punya suami yang tajir..kenapa engga minta."

"Baru calon..inget itu."

"Dan akan aku percepat pernikahan kita."

"Posesif nya."

"Yaudah sini kamu Deket lagi."
Biru merangkul pundak Alma agar lebih dekat dengannya, dia mengarahkan  ponsel itu saat biru menekan tombol kamera detik itu juga dia mencium pipi Alma. Namun bukan gambar yang biru hasil kan melainkan sebuah Vidio yang kemudian dia share di Instagram.

"Itu caranya biar temen kamu makin iri sama kamu." Biru memberikan ponselnya kembali.

"Besok aku belikan ponsel baru ya, itu terlalu jadul."

"Gak usah bi.. nanti kalo aku udah gajian aja."

"Ya anggep aja itu gaji pertama kamu. Jadi gaji dimuka."

"Engga.. enak aja, masa aku di gaji pake hp."

Biru terkekeh, dia mengusap kepala Alma sayang. "Aku bercanda Al.. besok aku tetep beliin kamu hp, aku ga mau kamu nolak."


Aduh..ko aku gak pede gini ya


The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang