fourteen

1.9K 131 11
                                    

Selamat pagi.. selamat membaca 🤸

Sesampainya dirumah, rasanya Alma ingin sekali langsung masuk ke kamar. Dia benar-benar ngantuk, terlalu banyak berfikir dan menangis sungguh menguras tenaganya. Namun semua niat itu dia urungkan saat dia melihat omah Mona yang sedang merangkai bunga di vas. Alma menghampiri omah, "hai omah.." omah menoleh dan tersenyum, tangannya masih sibuk merangkai bunga.

"Kamu balik lagi?"

Alma menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya omah, biru nyuruh aku tinggal lagi disini. Maaf ya omah, jadi repotin omah lagi." Orang yang dibicarakan muncul dari balik pintu.

"Panjang umur sekali anak itu."

"Omah, aku ajak Alma tinggal disini lagi gak papa kan?" Omah menatap cucunya dan Alma bergantian, omah merasa mereka menyembunyikan sesuatu.

Tapi omah Mona setuju,"iya omah ijinkan."

"Yey... makasih omah. Sayang...omah." biru langsung berlari dan menghambur dalam pelukan omah Mona. "Sudah kamu bawa barang Alma ke kamarnya."

Dengan sigap biru langsung mengangkat tangannya hormat."siap komandan."

"Kamu juga istirahat sana." Perintah omah yang sedari tadi memperhatikan Alma menguap, menahan kantuk.

"Tidak omah."

"Sudah. Mukamu mengatakan sebaliknya." Merasa tak enak Alma mengangguk.

"Yaudah, Alma permisi omah."

....

Alma masuk ke dalam kamar, disana biru yang menaruh koper Alma pun memperhatikan Alma yang berjalan menuju kasur. Alma langsung menjatuhkan badannya dan tertidur dengan pulas.

Bahkan Alma tidak menyadari bahwa dirinya masih di dalam, biru melangkah mendekati Alma. Dia membenarkan letak tidur alma, melepas sepatu dan menyelimuti tubuh gempal Alma.

Biru duduk di samping Alma, memperhatikan Alma yang tertidur dengan pulas. "Kamu pasti lelah?" Tangan biru terulur membelai pipi gempal Alma.

"Pipimu menggemaskan, seperti bakpau. Tapi kamu mempunyai mata yang indah, dengan hidung pesekmu, terlihat imut." Biru tersenyum. "Bahkan kamu tak terbangun saat ku melakukan ini." Biru menekan pipi chubby Alma dengan telunjuknya.

"Apa kalau aku cium..kamu juga tidak akan tau?" Biru memajukan wajahnya ke wajah Alma. Bibir tipis Alma terus saja membuat nya penasaran. Mengecup singkat bibir tipis itu, biru merasa ada sengatan listrik yang menghantam tubuhnya. Biru membulatkan matanya, tak percaya. Biru memegang bibirnya, dia sering mencium wanita lain namun rasanya sungguh berbeda.

"Wah.. kamu tidak terbangun?." Biru memundurkan badannya. "Al..aku menciummu loh." Biru terkekeh geli dengan tingkah nya. Gadis dihadapannya sangat menakjubkan.

"Sudah cukup Al. Aku takut hilang kontrol bila lama-lama disini. Selamat istirahat Al." Kini biru meninggalkan alma, Biru menutup pintu itu dengan hati-hati.

....

Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, sinar itu membuat tidur Alma terusik. Suara ketukan pintu itu semakin membuat Alma tersadar dari tidur nya. "Al.. bangun." Suara biru terus menggema di pagi hari.

Alma bangkit dan membuka pintu itu, "ia bi.." ucap Alma yang masih mengantuk.

"Cepat bangun. Katanya mau cari kerja?" Alma terkaget, "bi... Kenapa gak bangunin dari tadi." Alma langsung berlari ke kamar mandi setelah mandi a kadarnya dia pun keluar. "Kamu ngapain disini?" Alma kaget pasalnya biru kini duduk manis di kasurnya yang sibuk dengan ponselnya. "Aku.. ya duduk." Ucapnya santai pandangan dan tangannya masih fokus pada ponselnya.

"Ya tapi aku mau ganti baju bi..." Untung Alma menggunaka baju handuk.

"Ya terus? Kan yang ganti baju kamu. Aku cuman duduk saja disini."

"Ah..kalah kan." Biru kesal dengan game yang sedang dia mainkan. Biru menatap Alma di sana yang hanya mengenakan baju handuk. Biru bangkit dan berjalan mendekat, "apa Mau aku bantu buat ganti baju? Aku jago loh.." ucapnya sambil menarik turunkan sebelah alisnya, menggoda Alma.

"Gila kamu." Alma langsung mendorong biru agar keluar dari kamarnya. Biru terkekeh, "gimana Al?"

"Buang pikiran jorok kamu.. udah sana, aku mau ganti baju."

Setelah berhasil mendorong biru keluar, Alma langsung menutup pintunya dan menguncinya dari dalam. "Dasar mesum." Wajah Alma bersemu merah, entah karena malu atau kesal.

...

Setelah selesai semua, Alma pun keluar dari kamar. Dia berjalan keluar dan mendapati biru yang bermain ponselnya di atas sofa. "Biru." Panggil Alma, biru menoleh, "udah siap?" Alma mengangguk, biru bangkit.

Mereka menaiki mobil yang sudah disiapkan oleh biru, di perjalanan Alma terus saja tidak tenang. Dia takut kalau tidak diterima, karena di sini dia juga hanya berniat untuk liburan. Bukan untuk mencari kerja.

Tangannya dia takutkan menetralisir rasa tegang itu. "Santai Al.. aku yakin kamu bisa." Walaupun biru sudah mencoba menenangkan Alma, namun tak di pungkiri perasaan takut itu masih ada.

"Aku takut bi..mana ada perusahaan yang mau Nerima aku?"

Biru mengusap lembut kepala Alma. "Tenang. Kamu itu kan hebat.. buktinya kamu bisa sampe korea kan? Sendirian pula." Alma terdiam dia tak menanggapi ucapan biru.

Biru memberikan sebotol coklat hangat yang dia buat tadi. "Minumlah. Aku biasa minum ini kalau sedang panik." Alma menerimanya. Dia membuka tutup botol itu dan meminum coklat hangat tersebut. Perasaan tenang mulai muncul dalam dirinya. Walau tidak terlalu besar, namun mampu mengubahnya sedikit lebih tenang.

"Gimana."

"No bad.. makasih bi."

..

Mereka telah tiba di salah satu hotel terbesar di Korea. Karena masih panik Alma sampai tidak menyadari bahwa hotel ini adalah hotel dimana dia menginap pertama kali bersama biru.

Mereka masuk ke dalam hotel dan menuju keruang HRD untuk melakukan interview.

"Bi.."

Biru memberi semangat kepada Alma yang akan masuk kedalam ruang interview. "Yakin..kamu pasti bisa."

Alma menarik nafasnya, "bismillah." Alma membuka pintu itu dan masuk kedalam ruangan.

Semoga Alma keterima kerja ya.. makin aneh aja ga sih ini cerita? Jadi ga pede aku



The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang