thirty one

1.4K 108 21
                                    

Malam semua... selamat membaca

Alma tersipu malu. Kak mahen membuatnya tak henti tersenyum. Perlakuan sederhana tapi membuat ribuan kupu-kupu di dalam perut Alma berterbangan. "Kamu kenapa senyum-senyum gitu?"

Alma mengayunkan kakinya, salah tingkah. "Emm, kak gimana kabar omah." Alma mengaligkan. Kak mahen menatap Alma menaikkan sebelah alisnya, "omah baik. Kamu enggak nanya kabar aku?" Alma menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kak mahen apa kabar?"

"Kabarku tidak baik." Alma langsung menatap kak mahen, sedang kan mahen senang melihat reaksi khawatir Alma. Mahen memelas, ekspresinya berubah sedih, "kamu tau Al.. aku gak bisa tidur, gak bisa makan, yang aku pikirkan cuman kamu." Lagi lagi Alma tersipu malu.

"Apa sih ka.. gombal aja." Ucap Alma.

"Maaf Al, aku gak biasa gombal. Tapi itu emang bener."

Alma tak menjawab dia bingung harus menjawab apa, sebenarnya dia paling tidak suka situasi seperti ini. Seperti anak SMA yang labil.

"Kakak kapan Dateng kesini?"

Pesanan mereka pun datang, kak mahen memesan tahu gejrot, "makasih pak." Mahen menyerahkan ke Alma dan diterima oleh Alma. Alma memakan tahu gejrot tersebut, dia masih menatap kak mahen menunggu jawabannya.

"Baru sampai, dan kebetulan aku liat kamu turun dari bus terus kamu nangis." Kak mahen memakan tahu itu. Alma mengangguk, mulutnya masih mengunyah tahu gejrot. "Kamu udah ketemu ibu? boleh kakak ketemu?" Alma terdiam. Dia menatap mahen namun detik berikutnya dia tersenyum dan mengangguk.

"Boleh ka." Mahen tersenyum senang.

....

Alma mengajak kak mahen untuk bertemu sang ibu. Mahen hanya terdiam dan terus mengikuti Alma dari belakang, dia terus memperhatikan sekitar yang tampak sepi. Hingga kini mereka berhenti di sebuah makam yang bertuliskan nama lestari. Alma berjongkok, dia mengusap papan yang bertuliskan nama sang ibu.

"Mah..kenalin ini kak mahen."

Mahen ikut berjongkok disamping Alma dia memegang gundukan tanah yang sudah di tumbuhi oleh rumput, sebelumnya dia menabur bunga dan menyiraminya dengan air. Memanjatkan sedikit doa.

"Halo Tante, saya mahen. Calon suami Alma." Ucap mahen, Alma menatap kaget dengan penuturan mahen.

"Mahen janji akan jaga Alma dengan baik dan enggak akan biarin Alma sedih." Mahen menatap Alma, mereka saling bertatap, tangan mahen mengusap pipi Alma sayang.

"Di sini..di depan makam ibu kamu, aku janji bakal jagain kamu." Air mata Alma terjatuh dia terharu. Entah mengapa sakit sekali.

"Aku bukan biru.. aku enggak akan khianati kamu." Alma mencoba bersahabat dengan hatinya dia masih tidak bisa mengatakan apapun hanya menatap kak mahen.

"Al..izinkan aku masuk kedalam duniamu. Menjadi pendamping mu. menjadi satu-satunya orang yang selalu ada buat kamu." Mahen menggenggam tangan Alma.

...

"Aku udah sehat ca..aku mau ke indo, aku mau ketemu Alma."

"Belum saatnya bi..kamu tuh kenapa sih, mikirin Alma terus? Sebenarnya kamu itu siapanya Alma?" Biru menghela nafasnya. Dia ingin sekali berteriak bahwa dia sayang dan cinta sama Alma. Tapi dia sudah janji sama orang tua Elisa untuk  menikahi wanita di hadapannya.

Biru diam, "jawab bi?"

"Dia kekasih kakakku dan calon iparku ca." Biru bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar, Elisa mengikutinya dari belakang. "Kamu mau apa?" Biru menatap kesal Elisa yang mengekornya. Elisa tampak sedih, dia mengusap perutnya. "anakmu ingin es krim coklat."

"Terus aku harus apa?"

"Tolong belikan aku es krim coklat." Pintanya. Biru benar-benar di buat sabar, "apa benar dia anakku?" Ucapnya pelan, untung saja Elisa tidak mendengarnya.

Biru mengambil jaket dan pergi untuk mencari es krim. Elisa menahan biru. "Apalagi ca?"

"Aku ikut.."

"Ya.. baiklah, ayo." Elisa tersenyum senang, dia menggelayut manja pada lengan biru. Omah Mona yang melihat itu

....

Biru sudah mengantar Elisa pulang kerumahnya, di perjalanan dia terus memikirkan Alma. Dia harus ke Indonesia cepat, tapi bagaimana dengan Elisa. Apa yang harus dia lakukan.

Sudah satu Minggu mahen tak dirumah, semenjak alam pergi sang kakak disibukan dengan tugas ke luar negeri. Entah negara mana yang dia kunjungi, kesehatan omah sedikit menurun. Kepala biru rasanya ingin pecah.

Biru menepi di pinggir jalan tepat di sampingnya ada pemandangan laut, seketika dia memikirkan kebersamaan nya dengan Alma. Biru mengambil ponselnya, disana tertulis nama Alma. Rasanya ingin sekali menghubungi Alma, namun terakhir Alma sangat sibuk. Biru tidak ingin mengganggu Alma.

Biru memandang foto mereka yang ia jadikan wallpaper ponselnya, disana terlihat Alma yang tersenyum bahagia. Pipi chubby nya sangat menggemaskan. "Aku merindukan mu Al.." biru mengusap foto Alma tepat di pipinya

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku sudah sehat Al..ingin sekali rasanya memeluk mu lagi, bersandar di bahumu. Apa kamu merindukan ku?"

Biru menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi. Memejamkan mata berharap bahwa ini semua hanya mimpi, bahwa Alma tak pergi darinya. Tapi semua itu bukanlah mimpi. Kehidupannya sudah berbeda sekarang. "Apa aku harus menikah dengan Elisa? Wanita yang sama sekali engga aku cintai..bahkan anak di dalam kandungannya saja aku tidak tau siapa bapaknya."

Biru melajukan mobilnya pulang kerumah, dia harus istirahat. Dia belum boleh terlalu capek.

....

"Terimakasih kak udah Anter aku pulang." Mahen mengangguk, "yaudah kalo gitu aku pamit dulu."

"Kakak tinggal dimana?"

"Kenapa emang? Apa kamu mau menampungku untuk bermalam di kost mu?" Alma menggeleng cepat, tidak mungkin dia membawa pria masuk ke dalam kostnya. Mahen yang melihat itu terkekeh, dia mengusap kepala Alma. "Tenang lah, aku sudah pesan hotel ko. Kamu istirahat ya. Kalo ada apa-apa hubungi kakak."

Alma tersenyum dan mengangguk. "Makasih ka." Mahen pamit dan meninggalkan Alma.

Aku double up loh..☺️☺️

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang