twenty five

1.4K 109 5
                                        

Alma berhenti, dia tak jadi masuk. Di dalam Alma melihat biru yang sedang ditemani oleh seorang wanita. Alma tak bisa melihat jelas wajah wanita itu namun disana biru nampak bahagia, sebuah senyum terlukis dalam wajah biru.

Mereka tertawa bersama. Tak Alma sadari kak mahen juga berdiri dibelakang Alma, dia mencengkram kuat-kuat jarinya, mahen menatap punggung Alma yang terdiam, Mahendra menyentuh pundak Alma. Alma menoleh mendapati kak mahen yang tersenyum padanya. Memberitahu bahwa akan baik-baik saja.

Alma pun membuka pintu itu, kedua insang di dalam menoleh. Sang wanita yang tersenyum ramah, sedangkan biru yang nampak kaget.

Alma menguatkan hatinya. "Hai kak mahen." Sapa ramah wanita cantik yang tengah memegang semangkuk bubur.

"Hal ca." Jawab kak mahen. Wanita itu menatap Alma dengan senyum manisnya.

"Elisa." Wanita itu menjulurkan tangannya. Alma menyambutnya dengan senyum ramah di wajahnya.

"Kamu..pacarnya kak mahen?" Tanya Elisa. Alma baru saja ingin menjawab bukan namun biru mendahuluinya.

"Iya, dia pacarnya kak mahen. Iya kan kakak ipar.." ucap biru dengan sedikit penekan saat menyebut kakak ipar. Alma membulatkan matanya menatap biru. Dia bingung apa maksud biru mengatakan itu?

Alma menatap biru terluka. Mahen yang merasakan ada yang mengganjal pun ikut main dalam drama kecil yang sang adik buat.

Dia merangkul pundak Alma mesra. Alma dan mahen saling menatap satu sama lain. Namun kemudian Alma kembali menatap wanita yang bernama Elisa.

"Wah..kalian memang serasi, iya ga sayang." Wanita itu mendekat ke biru yang kini sudah pindah posisi menjadi duduk. Wanita itu menggelayut manja di lengan kekar biru.

"Aku.. bawain ini buat kamu." Alma memberikan paper bag dan diterima oleh Elisa ramah.

"Em..kalo gitu aku pamit dulu ya."

"Ko buru-buru? Kan baru juga sampai."

"Sedikit lelah. Tadi di tempat kerja terlalu bersemangat." Jawabnya asal.

"Yasudah hati-hati."

Alma mengangguk, dan pergi dari sana. Disusul dengan kak mahen dibelakang. "Gue juga pamit dulu. Cepet sembuh bro." Ujar mahen dan menyusul Alma.

...

Air mata Alma lolos begitu saja, setelah tadi dia berusaha untuk menahan agar tidak keluar, Alma terduduk di sana. Hatinya sakit, ini yang dia takutkan. Dia tak ingin merasakan rasa sakit seperti ini, Alma menutup wajahnya dengan Kedua tangan.

Kak mahen yang melihat itu dari kejauhan merasakan sakit, dia mendekati Alma dan membawa wanita itu dalam dekapannya. Mendapat perlakuan dari kak mahen, tangis Alma semakin pecah, dia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang kak mahen.

Kak mahen mengusap lembut kepala Alma sayang. "tenang lah."

Alma menarik diri dari pelukan itu, melihat air mata Alma membuat hati mahen semakin sakit, dia menghapus air mata itu.

"Kak..aku mau pulang."

Mahen mengangguk dan menuntun Alma untuk pulang. Di dalam mobil Alma hanya terdiam sambil memandang keluar jendela. Mahen yang melihat itu tak tahan, dia menggenggam tangan Alma, menguatkan. Hingga perlahan Alma pun terlelap dalam tidur.

....

Mahen menggotong Alma masuk ke dalam kamar. Bi sum yang sedang membantu omah menoleh mendapati tuannya yang sedang menggendong Alma. Bi sum membantu membukakan kamar Alma.

Mahen meletakan Alma di atas kasur, bi sum pamit keluar. Mahen duduk di tepi kasur, dia memandang wajah Alma menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah tenang Alma.

Mahen Manarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Alma, mematikan lampu dan meninggalkan Alma yang terlelap tidur.

Mahen langsung masuk ke kamarnya, sebelumnya omah bertanya apa yang terjadi namun mahen hanya menjawab bahwa Alma kelelahan dalam bekerja.

Mahen merebahkan tubuhnya di atas kasur besarnya, dia menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Mematikan lampu dan membiarkan bintang-bintang kecil menghiasi kamarnya.

Mahen kesal, dia mengirim sebuah pesan pada sang adik.

"Kamu berhasil." Setelah itu mahen meletakkan ponselnya asal, dia merentangkan kedua tangannya memenuhi kasur tersebut.

...

Alma mengetuk pintu kamar kak mahen, sang empu membuka pintu dengan keadaan masih mengantuk. "Kak boleh ngomong sebentar?"

Mahen mengangguk dan mempersilahkan Alma untuk masuk ke dalam. Dia duduk di kasur besar itu, "emm.. gini ka, aku mau pulang ke Indonesia."

Mahen yang masih mengumpulkan nyawa kaget mendengar penuturan Alma. "Iya ka..aku sudah fikirkan, aku mau pulang.. aku rindu ibu." Alma tidak bohong dengan apa yang dia bilang.

"Aku boleh minta tolong kakak buat anterin aku, sama..aku mau minjem uang kakak buat ongkos." Alma benar-benar tidak enak.

Alma menatap mahen, berharap kalau mahendra akan membantunya pulang. Sebuah senyum terlukis dalam wajah tampan Mahendra, dia mengangguk "iya nanti kakak anterin kamu."

Alma ikut tersenyum, perasaan lega pun merasukinya. "terimakasih ka."

...

Semua barang-barang sudah siap, Alma berpamitan dengan omah. "Omah..Alma pamit pulang dulu, sebelum nya terimakasih banyak untuk kebaikan omah dan juga keluarga."

Omah memeluk Alma membawanya dalam dekapannya, "iya sayang..omah sedih kamu balik, nanti omah tidak ada temannya lagi."

"Nanti aku balik lagi omah..Alma kangen sama ibu." Omah melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Omah jangan sedih. Aku janji akan sering telpon omah."

Mahen yang melihat itu tak bisa menahan air matanya, wanita yang dia sayang akan pergi. "Yaudah omah Alma pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

....

Di bandara.

"Makasih ka. Salam buat biru."

"Kamu engga pamit sama biru?" Tanya mahen. Alma menggeleng. "Tidak usah."

...

Sebuah mobil masuk ke kediaman omah mona. Orang itu keluar dari dalam mobil, dengan tertatih menggunakan tongkat sebagai penyangga tubuhnya. "Hati-hati." Ucap wanita cantik di sebelah yang membantunya berjalan.

"Biru.." omah langsung menghambur dan memeluk cucunya.

"Kok gak bilang kalo hari ini pulang." Omah menatap wanita di samping cucunya "ini Elisa omah, teman biru.. Alma mana?"

Omah terdiam, baru saja Alma berpamitan padanya. Apa Alma tidak pamit pada biru.

"Alma..Alma baru aja pergi."

"Dia berangkat kerja?" Omah menggeleng.

"Lalu?"

"Dia pulang ke rumahnya." Biru masih mencoba mencerna maksudnya.

"Maksud omah?"

"Alma pulang ke Indonesia. Baru saja."

Biru terdiam.

"Omah bohong kan?" Biru masuk ke dalam mencoba mencari Alma di dalam kamar, tapi nihil alam tidak ada dan semua barang-barang nya pun kosong tak tersisa, kamarnya sudah rapih.

Biru terduduk di atas kasur Alma, rasa sesal menyelimuti nya. Harusnya dia tak mengatakan kalau.. biru bingung, dia bangkit dan ingin mengejar Alma namun di tahan oleh omah.

"Tenang lah."

"Gimana aku bisa tenang omah, calon istri aku pergi.." teriak biru.

Maaf baru up..kmrn sibuk bgt, ada yang harus di urus.

Semoga suka ya.

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang