thirty five

1.3K 87 8
                                    

Pagi.. selamat membaca

Biru masih disana, memperhatikan Alma yang bekerja. Hanya memandang saja membuat hatinya senang. Senyum Alma memberikan energi tersendiri untuknya, Biru tersenyum melihatnya.

Alma tampak bahagia menjalani hidupnya saat ini. "Bahagia sekali dia." Biru menyunggingkan senyum nya. Alma tak sengaja menatap biru yang tersenyum ke arahnya. Alma langsung memutuskan pandangannya. Sepeninggalan Alma, senyum biru pudar berganti dengan kecemasan dalam dirinya, apa yang harus dia lakukan sekarang tiba-tiba dia teringat dengan elisa. Dia sudah berjanji untuk menikahi wanita itu, tapi sungguh hatinya tak bisa di bohongi bahwa dia tak ada perasaan apapun.

Entahlah sudah berapa lama biru duduk disana, hingga seorang pelayan menghampiri nya. "Permisi tuan.. resto kita sudah tutup." Ucap Amel kepada biru. Biru menatap resto yang tampak sepi, biru bertanya pada pelayan itu, "Alma kemana?"

"Dia sudah pulang." Biru mendesah lalu  mengangguk, berterimakasih kepada pelayan itu kemudian dia pergi dari resto itu.

Sepeninggalan biru Amel menghampiri Alma yang masih ada di dapur. "Dia siapa sih?" Tanya Amel penasaran. "Bukan siapa-siapa. Yaudah aku pamit." Alma bangkit dan mengambil tasnya.

Saat keluar disana sebuah mobil yang amat dia kenali sudah bertengger disana. Alma tersenyum dan menghampiri mobil tersebut. "Kakak jemput?" Mahen mengangguk, "masuk lah."

"Enggak usah ka.." mahen turun dan memutari mobil dia membuka pintu untuk Alma, "kamu tega? Aku udah sampai sini dan kamu menolak?" Ucap kak mahen yang dibuat memelas. Alma menghela nafas, dia pun naik ke mobil.

Mahen tersenyum, dan masuk ke mobil. Mahen pun melajukan mobilnya. Alma menautkan tangannya, "kak.."

Mahen berdehem dengan tetap fokus menyetir. "Apa..apa biru ke Indonesia?" Mahen menginjak rem, membuat mobil itu berhenti mendadak. Alma yang tak siap sedikit terbanting ke depan. Mahen membulatkan matanya sambil menoleh ke Alma. "Ka..kamu bilang apa?"

"Kakak gak tau? Kalo biru disini? Tadi dia mampir ke resto." Mahen menggelengkan kepala tak tau. Dia langsung mengambil ponsel dan menghubungi biru.

"Lo dimana sekarang?"

"..."

"Gue kasih alamat apartemen gue..Lo ke sana aja." Mahen menyudahi panggilan tersebut.

Alma masih menatap mahen. Sedangkan yang ditatap malah fokus menyetir, Alma melihat arah jalan yang berbeda, "kak ini bukan arah rumah ku." Koreksi Alma.

"Kita mau kemana?"

Mahen menatap Alma, "kemana saja, ada yang mau aku bicarakan." Mahen frustasi, kenapa adiknya datang ke Indonesia. Dia harus bergerak cepat.

Alma hanya diam, disini lah mereka di sebuah rumah makan khas Indonesia letaknya tak jauh dari resto Alma bekerja. Mahen menyiapkan dinner romantis untuk melamar Alma.

Mereka sampai, mahen dan Alma keluar dari mobil. "ayok." Mahen mengajak Alma masuk ke dalam. Dengan perasaan campur aduk mahen mencoba menguatkan hatinya. Sedangkan Alma masih tak tau apa yang akan dibicarakan oleh mahen.

Tak lama biru juga masuk ke dalam resto yang sama dengan mahen juga Alma, entah mengapa dia ingin sekali memakan di restoran ini. Setelah mendapat kabar bahwa sang kakak yang juga berada di indo, biru tak langsung ke apartemen mahen dia masih ingin berjalan-jalan atau mencari makan.

Biru masuk ke dalam resto itu, "baiklah..apa yang bisa kita makan sekarang." Biru mencari tempat duduk yang kosong matanya menyusuri setiap sudut resto hingga dia melihat dua orang yang amat dia kenal tengah duduk di meja ujung sana. Biru menghampiri mereka. Namun langkahnya berhenti saat dia mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut sang kakak. "Will u marry me?" Disana mahen menggenggam tangan Alma dengan tatapan yang memuja.

Biru masih terdiam, apa maksudnya. Kakaknya melamar Alma?

"Please tolak..ku mohon." Ucap biru pelan dan tentu tak akan terdengar, biru terus menatap kedua insang itu. Di sana Alma masih terdiam dia memandang mahen entah dengan tatapan apa, tangan Alma masih di genggam erat oleh mahen.

Alma mengangguk. "I Will." Runtuh sudah hati biru. Tak ada harapan lagi, kakinya begitu berat di ingin menarik Alma membawanya pergi namun semua yang dia lihat sungguh tak dapat dia lakukan. Bagaimana kakak dan Alma yang amat bahagia berpelukan disana.

Mata biru terbelalak saat mahen mengecup kening Alma. Biru berlari mendekat dan menarik mahen lalu memukul tepat di rahang lelaki itu.

Semua orang terkejut terutama Alma. "Biru.."

Biru tak mempedulikan Alma dia menghajar sang kakak. "Brengsek Lo."  Mahen mendorong biru hingga biru terlempar jatuh. Mahen bangkit. "apa? Lo bilang gue apa? Brengsek? Yang brengsek itu Lo. Kenapa Lo bawa ELISA?"

Biru bangkit dan menatap Alma yang juga menatapnya. "Al.." biru mencoba meraih tangan Alma. "Maaf bi.." biru tersenyum dan mengangguk. Dia bangkit menjajarkan dirinya dengan Alma, biru hanya menatap alam dengan terluka. Air matanya mengalir dia menangkup wajah Alma tangan satunya ia gunakan untuk merapikan anak rambut Alma yang menutupi wajah cantik itu.

Tidak hanya biru yang terluka. Namun Alma juga sama, mereka sama-sama terluka. Alma menitihkan air matanya menggenggam tangan biru yang menangkup pipinya melepasnya perlahan dari sana. Biru melihat tangannya yang di lepas dia mengangguk sekali lagi. "maaf." Biru menundukkan kepalanya.

Dia memundurkan langkahnya meninggalkan Alma dan juga mahen. "Semoga kalian bahagia." Biru pergi dari sana dengan langkah yang tertatih dan juga hati yang hancur. Ini semua salahnya, salahnya karena telah melukai wanita itu. Wanita yang ingin dia lindungi. Mungkin dirinya tak pantas bersama Alma. Biru terus melangkahkan kakinya keluar resto. Dia menyetop tadi dan naik.

"Selamat tinggal al."

"Ke bandara pak." Supir taxi itu mengangguk.

....

Mahen bangkit dan merangkul Alma, "semua akan baik-baik saja. Percaya lah." Alma menatap mahen mencari perlindungan, dia tak tau apakah keputusannya benar, mahen membawa Alma ke dalam dekapannya. Alma menangis disana menumpahkan semua kesedihannya.

"Aku mau pulang." Mahen mengangguk dan membawa Alma kembali.
...

Di perjalanan Alma hanya diam tak banyak bicara hingga di depan kos, Alma langsung turun tanpa sepatah kata, namun mahen menahannya. "Are u okay?" Mahen melihat itu sangat terluka.

"I'm okay." Alma memberi senyum tulusnya dan keluar dari mobil. "besok aku jemput." Ucap mahen dan Alma mengangguk. Alma berjalan masuk ke dalam kost, mahen pun melajukan mobilnya menuju apartemen.

Maaf ya kemarin aku gak up..lagi gak mood

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang