seven

3.4K 223 6
                                        

Alma terus mengambil gambar dengan ponsel pintarnya. "Wah..ini benar-benar keren ka, persis seperti yang ku tonton di drama Korea." Ucap Alma antusias. Myeongdeong sangat menakjubkan pikiran nya, "akan lebih keren saat malam hari." Kak mahen berucap sambil terus fokus pada jalan, sesekali kak mahen melirik wanita di sebelahnya geli.

Alma menoleh ke ka mahendra "wah..apa disini rame terus ka?" Alma penasaran, dan diberi anggukan oleh kak Mahendra, "dua puluh empat jam nonstop." Kini gantian Alma yang mengangguk paham.

Mahendra menepikan mobilnya, "kita sampai." Kak Mahendra mematikan mobil dan keluar dari mobil yang disusul oleh Alma. Alma terus memperhatikan sekitar, ia merasa ini mimpi, Mahendra mendekati Alma dan merangkul pundaknya, "ayok.. kamu gak mau ilang kan?" Alma tersadar, "eh..iya ka." Alma gugup di rangkul oleh Mahendra, sungguh jarak mereka cukup dekat. "Emm ka.. maaf." Alma melihat tangan kak mahendra yang merangkulnya, Mahendra pun reflek melepaskan,"maaf ya. Ya udah ayok."

Mereka masuk ke sebuah kedai kopi terkenal di sana. Kedai kopi tradisional yang masih mempertahankan cara tradisional dalam pembuatan nya, namun untuk soal rasa ini terkenal enak dan tak kalah dengan kopi kopi di restoran.

Mahendra mengedarkan pandangannya, hingga kini ia menemukan temannya yang duduk manis di pojokan dekat kaca melambaikan tangan ke arahnya. Mahendra dan Alma pun menghampirinya, "Hay bro." Mereka duduk.

"Who she is?" Tanya teman Mahendra sambil melirik Alma seksama.

"Just friend." Ucap Mahendra.

"Banyu." Banyu menjulurkan tangannya ingin berkenalan dengan Alma. Alma menerima uluran tangan itu dengan hangat. "Alma." Lelaki di hadapannya ini sungguh tampan namun tidak lebih tampan dari kak Mahendra.

Banyu menoleh ke mahendra, "gimana study lu?" Ucap Banyu. Tatapannya masih tak lepas dari gadis gendut di hadapannya.

"Dia sedang liburan disini." Bukannya menjawab pertanyaan Banyu, mahen malah memperjelas kehadiran Alma. Dan benar banyu menganggukkan kepala.

"Jadi.."mahendra kini balik bertanya, mahen memperhatikan Banyu yang terus memperhatikan Alma. Dan Alma yang kurang nyaman karena terus di tatap oleh banyu.

Banyu tersadar kemudinya kembali fokus kepada Mahendra, Banyu memberi sebuah map coklat kepada Mahendra. "Ini dokumen yang lo minta, semua udah lengkap." Mahendra mengambilnya kemudian membuka dokumen itu, dia terdiam dan menghela napasnya kemudian dia memasukan kembali dokumen itu.

"Lo yakin engga mau tindak lanjut?"

"Masih gue pikirin, tapi untuk sekarang engga."

"Why. Kalo mereka makin jadi gimana?"

"Masih ada beberapa bukti buat jatohin mereka." Banyu menyerah. Mahendra memang selalu bertindak dengan hati-hati dan tepat. Itu yang membuatnya percaya pada temannya ini.

"Kalo gitu gue cabut. Thanks nyu." Pamit Mahendra. Mahendra pergi di susul oleh Alma, Alma tersenyum ramah ke banyu. "Permisi ka." Banyu menahan Alma, "sebentar." Banyu memberi Alma sebuah aksesoris rambut, "untuk kamu." Alma masih menatap bingung, "simbol pertemanan dari ku. Ambil lah." Bujuknya, Alma tampak ragu namun akhirnya dia mengambilnya. "Terimakasih ka." Banyu tersenyum, dia melambaikan tangannya, "sampai ketemu."

Alma menyusul ka mahrndra, kini mereka sudah berada di dalam mobil. Alma masih terdiam memperhatikan aksesoris rambut yang diberikan oleh kak banyu. "Apa itu." Mahendra bertanya, "ini tadi di kasih ka banyu."

"Sepertinya dia tertarik padamu." Ucap Mahendra asal. Alma tertawa, "mana mungkin ka, aku cuman cewek gendut. Aku tau diri sih." Alma memakai benda itu di kepala nya, "bagaimana ka?"

"No bad" Mahen menilai. Alma mengangguk, Alma mengambil ponselnya melihat pantulan dirinya pada benda pintar itu. Menyalakan kamera dan berpose mengangkat kedua jarinya yang ia dekatkan pada Pipinya.

Satu gambar tercipta disana, mahen terkekeh melihat tingkah Alma, menggemaskan. "Kakak tertawa?"

"Kau menggemaskan Al." Ucap mahendra tak sadar. Alma speechless memandang kak mahendra yang terus tertawa. Jantungnya berdegup, Alma memegang jantungnya yang tak bisa berhenti.

Mahen berhenti tertawa kemudian menoleh ke samping tatapan mereka bertemu. Mahen terpana dengan tatapan alma, ternyata Alma memiliki mata yang indah.

Mahendra menelan salifanya sedikit sulit, dia berdehem, "ehm.. maaf tidak bermaksud mengejekmu. Tapi kamu terlihat menggemaskan mengenakan aksesoris itu." Mahendra memutuskan pandangan mereka, dan kembali fokus pada jalanan.

Merasa canggung Mahendra menyalakan sebuah lagu pada mobilnya. Mahen bernafas lega, setidaknya lagu ini bisa membuat suasana kembali normal.

Sesekali mereka berdua terbawa suasana dengan lagu yang terputar, Alma maupun mahen sesekali ikut bernyanyi.

"Oooo ... Cintaku senyaman menteri pagi seperti pelangi slalu ku nanti iii..." Alma bersenandung mengikuti irama musik itu.

Lagu kini berganti, lagu dari andmes terputar. Alma menggoyang kan kepalanya mengikuti instrumen hingga lagu itu di mulai, dengan semangat Alma mulai bernyanyi.

"Kau trimaku apa adanya.. walau ku banyak kekurangan, memang sulit tuk dapatkan mu.. tak mudah juga tuk lepaskanmu.." Alma bernyanyi

"Oh.. percayalah sayang.." ucap Alma dan mahendra bersama, mahendra tersenyum memandang Alma,

"Hatiku ini hanya untukmu." Lanjut ka mahen yang masih tetap memandang Alma namun dia sesekali fokus pada jalan. Alma terdiam, dia terpana akan suara indah yang di miliki oleh ka mahen. Tapi detik kemudian mereka kembali bernyanyi bersama.

"Suara kakak bagus." Ucap Alma. Reflek Mahen mengusap kepala Alma sambil terkekeh. "Tak sebagus kamu."

"Tapi teman-teman bilang suaraku jelek ka." Mahen bingung, apanya yang jelek. Alma memiliki suara emas.

"Jangan dengarkan mereka, mereka hanya iri padamu dan mau menjatuhkan mu." Alma mengangguk.

Mahen tak menyangka dia bisa seakrab ini dengan seorang wanita. Biasanya dia tidak akan mau mengurusi bahkan ikut campur tentang masalah cewek.

Perasaan aneh menyelimuti mahen ada rasanya ia sangat ingin terus dekat dengan gadis di sampingnya.

Siang semua, selamat membaca..semoga suka

Yang legi mereka nyanyiin itu lagunya *andmes_sampai tua nanti*





The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang