Alma merasa tenggorokannya kering, ia memutuskan untuk bangkit dari tidurnya. Alma masih tak sadar kalau kini dirinya telah berada di kasur, bukan lagi di mobil bersama kak mahen.
Alma bangun dan keluar dari kamarnya. Alma benar-benar haus saat ini. Gadis gendut itu masih mengenakan pakaian tadi, Alma membuka pintu kamar itu namun seseorang membuatnya terkejut. "Astagfirullah." Ucapnya sambil mengelus dada.
Alma menatap lelaki itu, "siapa kamu?" Tanya Alma. Lelaki itu meneliti alma dari atas sampe bawah kemudian kembali lagi ke atas. "Aturan saya yang tanya. Kamu ngapain dirumah saya." Ucap biru yang tentu saja berbohong.
Alma mencoba mengingat lelaki ini. Dia seperti pernah bertemu dengan lelaki dihadapannya. "Kita pernah ketemu?" Tanya Alma. Bukan nya menjawab biru memilih mengabaikan Alma dan pergi menuju kamarnya.
Alma yang dibuat penasaran terus mengikuti langkah kaki si lelaki misterius itu, Alma yakin bahwa dia pernah bertemu. Rasa penasaran menghilangkan rasa haus yang sedari tadi dia rasakan.
Biru menarik bibirnya, biru tau bahwa Alma mengikutinya dan dia akan bermain sedikit dengan Alma, biru terus melangkahkan kakinya hingga kini mereka sudah berada di dalam kamar biru.
Biru menoleh ke belakang, "segitu penasarannya? Sampai kamu masuk kamar seseorang." Alma mengerjapkan matanya dan mengamati sekitar, biru melangkahkan kakinya mendekati Alma. Biru terus melangkah memutari Alma, dia meneliti setiap bagian tubuh gempal gadis dihadapannya ini.
Biru berdiri tepat dibelakang Alma. Wajahnya ia majukan di samping telinga Alma, "aku suka gadis berukuran seperti kamu." Godanya dengan suara sedikit di desah.
Alma yang mendengar itu langsung mati Kutu. Dia tak berani untuk berbalik, kakinya sudah lemas. "Emm...maksud kamu?"
"Ingat. Aku laki-laki normal, dan disini hanya ada aku...dan kamu." Biru meniup pelan kuping Alma membuat bulu kuduk Alma merinding.
Ingatan Alma kembali, dia ingat siapa lelaki di belakangnya. Astaga Alma harus apa, dia bingung. Kenapa dia harus bertemu dengan lelaki menyebalkan ini, lagi.
Biru mundur dan menutup pintunya, dia juga mengunci pintu tersebut
Cklek.
Mendengar suara pintu tertutup Alma dengan cepat berbalik. "Kamu mau apa?" Biru menatap Alma dengan tatapan yang entah apa maksudnya, dia memasukan kunci itu ke dalam saku celananya. "Aku?" Biru melangkah perlahan ke arah Alma. Langkah demi langkah, Alma menelan salivanya susah, dia panik dia takut, Alma menoleh ke kanan dan ke kiri .
Keringat dingin membasahi pelipisnya. "Jangan mendekat!" Biru mengangkat sebelah alisnya terulas senyum kejahilan di wajah biru, namun di baca lain oleh Alma. Biru tetap berjalan perlahan, dan Alma pun mundur perlahan.
Alma terjatuh tepat di kasur. "Mau ngapain kamu? Kalau kamu mendekat aku akan teriak."
"Coba saja. Tidak ada yang mendengar, mahendra dan omah sudah tidur." Ucapnya biru yang terus saja membuat Alma terpojok.
Alma terus berusaha mencari cara agar bisa keluar dari kamar biadab ini. Biru semakin dekat, kini jarak mereka cukup dekat. Alma terus menatap Biru takut, dengan kedua tangan yang dia silangkan di depan dadanya.
Alma menutup mukanya dengan kedua tangannya. "Ku mohon..menjauhlah." ucap Alma yang semakin takut, air matanya yang sedari tadi dia tahan lolos juga.
Detik kemudian biru tertawa keras. Dia benar-benar terhibur dengan ekspektasi ketakutan Alma. Alma yang mendengar itu langsung menurunkan tangannya. Alma menatap lelaki di hadapannya tertawa.
Dengan kesal Alma bangkit, dia berdiri tepat dihadapan biru. Biru berhenti tertawa, dia menatap Alma yang kesal. Alma menatap biru semakin kesal. "Kamu pikir ini lucu?" Ucapnya.
Biru terdiam, lelaki itu masih menatap Alma lekat. Entah tatapan apa yang diberikan oleh biru, namun biru sangat suka melihat wajah teduh Alma.
"Kita ketemu lagi Al." Ucap biru.
"Dan aku membenci kamu." Alma benar-benar marah saat ini, mengapa dia bisa bertemu dengan lelaki menyebalkan ini lagi. Ditambah sekarang dia adalah pemilik rumah ini.
"Cepat berikan kuncinya." Ucap Alma lagi tangannya ia julukan meminta kunci.
Biru menyerah, dia memberikan kuncinya pada Alma. Alma Langsung mengambilnya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar ini. Alma juga menutup pintu itu dengan kuat sehingga terdengar suara dentuman yang cukup kuat.
Biru tersentak mendengar itu, dia menatap pintu yang tertutup itu.
...
Alma yang kesal sampai lupa kalau tujuan awalnya ingin mengambil air di dapur tadi. "Dasar cowok menyebalkan."
"Siapa yang menyebalkan?" Alma menoleh ke belakang mendapati kak mahen di belakangnya, dengan membawa segelas air putih. Alma tak enak, "maaf ka. Ko kakak belum tidur?"
"Mengambil ini." Mengangkat segelas air di tangannya. Alma mengangguk, dia baru sadar bahwa tadi dia keluar untuk mengambil minum namun karena bertemu lelaki menyebalkan membuatnya lupa.
"Siapa yang menyebalkan?" Ulangnya ka mahen. Alma menatap kak mahen.
"Hmm..itu kak, tadi ada cowo..ah tidak kak. Yaudah kak aku permisi dulu. Selamat malam kak.." Alma menunduk pamit dia pun kembali ke kamarnya.
Mahendra menatap punggung itu hingga kini tak terlihat karena Alma yang sudah masuk ke dalam kamar.
"Ya night to Al." Mahen pun melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya.
Semoga suka..
Selamat membaca, tapi jangan lupa like dan komen ditunggu, biar aku makin rajin buat nulis.
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Dreams (Tamat)
Teen Fictionhanya sebuah mimpi yang ingin diwujudkan. "Bukan hanya mimpi, orang gendut itu memang menyusahkan, tak bisa apa apa, yang dia tau hanya makan..makan dan makan." 🎖️ #rank 3 dreams 15-feb-2020 #rank 2 dreams 27-feb-2020 #rank 1 dreams 16-april-2020