thirty eight

1.4K 100 9
                                    

Malam semua..besok Senin nih

Selamat membaca

Setelah berdiskusi malam itu, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Korea Minggu depan. pagi ini Alma berangkat bekerja, walaupun restoran itu milik mahen tapi dia tetap harus profesional ada kontrak yang sudah dia sepakati di awal kerja, dan saat pulang kerja nanti dia akan meminta izin kepada Bu intan, manajer nya.

Hari ini Alma juga tak banyak berbicara, dia hanya ingin cepat selesai dan segera pulang. Entahlah pekerjaan nya bukannya selesai dia malah keteter sebab sahabatnya Amel hari ini tidak dapat masuk, alias sakit. Karena Amel tidak masuk Bu intan biasanya juga akan ikut turun tangan dalam melayani tamu atau membantu di dapur. Dia adalah sosok manajer yang terbaik untuk alma, pantas mahen mempekerjakan beliau.

Lelah.

Itu yang Alma rasakan saat ini, setelah mondar mandir mengantar pesanan akhirnya kondisi resto sedikit lenggang. Alma pun bisa menyelonjorkan kakinya, dia memijat minat kakinya yang terasa pegal. "Kelar juga."

Alma terkejut saat merasakan dingin pada pipinya. Dia menoleh, di sana kak Andre memberikan Alma sekaleng minuman dingin. "minum lah." Alma mengambil nya, "thanks ka." Andre pun duduk di sebelah Alma.

"Sejak kapan kamu dekat dengan keluarga omah Mona? Terutama kedua cucunya." Andre tak memandang Alma, pandangannya masih lurus melihat kondisi resto yang sedikit lega.

"Kakak kenal mereka?" Andre menoleh, Andre bukan hanya kenal, dia di perintah oleh omah untuk memantau siapa saja yang dekat dengan kedua cucunya, seluk beluk orang itu, omah tidak akan tinggal diam. Ya omah tidak ingin ke dua cucunya bernasib sama seperti anak dan menantunya. "bukan hanya kenal. Jadi, jawab saja pertanyaan ku." Andre mengangkat kedua alisnya sambil menatap Alma.

Alma menghela nafas, dia mengingat kejadian awal dia pergi ke Korea dan semua cerita itu mengalir dari mulut Alma.

"Kamu tau kenapa kedua orangtua mereka meninggal?" Alma menggeleng. Alma penasaran, selama mereka dekat kedua kakak adik itu sangat tertutup mengenai kedua orang tuanya. Alma menatap Andre penasaran.

"Mereka di bunuh.." Andre menjeda ucapannya saat melihat ekspresi Alma tak terbaca. "...untung saja mahen dan biru saat itu selamat dari pembunuhan, ya kamu benar mereka melarikan diri."

"Dan yang aku dengar dua pelaku sudah tertangkap..kemungkinan besar akan di eksekusi mati." Alma mengernyitkan dahinya. Mengapa Andre mengetahui begitu detail. Sebenarnya siapa sosok lelaki yang tengah berbicara dengannya. Alma tau tentang kematian kedua orang tua mahen dan biru dari omah Mona.

Alma masih mencoba mencerna, ini semua sangat abu-abu. Mendengar kata eksekusi mati alam teringat akan pesan yang diberikan kepadanya tentang ayahnya yang akan di eksekusi mati. "kapan eksekusi itu?"

"Lima belas Maret." Mata alam terbelalak. Kenapa sama persis dengan jadwal ayahnya, Alma masih mencoba mengesampingkan itu. "Apa kakak tau nama dari pelaku?"

"Gusti dan Bagas..satu lagi belum tertangkap." Ucap Andre. Andre tau bahwa Alma adalah anak pak Bagas, salah satu pembunuh kedua orang tua mahen dan biru, tapi Andre belum memberi tahu semua itu ke omah Mona.

Deg..

Nama itu. Alma terdiam saat mendengar nama itu, nama yang tak ingin dia dengar. Jantungnya tiba-tiba berdetak sangat cepat, perasaan takut menghantui Alma.

Jadi.. rasanya Alma ingin sekali bertemu dengan orang itu, memakinya, memukul nya, bertanya mengapa.. mengapa dia, Alma tak sanggup menahan kekesalan dan juga sedih yang dia rasakan. Tangannya terkepal kuat air matanya menetes.

Sekarang apa yang harus dia lakukan. Alma sudah tak fokus dengan apa yang dikatakan oleh andre. Alma menoleh ke ka Andre yang juga menatapnya, dia benar-benar tak kuasa menanggung ini.

"Kak.." Alma mencoba mengeluarkan suara yang sedikit gemetar.

"Apa yang akan Kakak lakukan saat orang terdekat kita membunuh orang yang amat berarti untuk hidup dari orang yang kita sayang?"

"Entah.. tapi aku tidak bisa bersama nya, pasalnya itu akan membuat aku ingat kejadian itu." Alma mengangguk paham.

"Kenapa?" Tanya Andre, Andre bukan tidak tau bahwa yang dimaksud dia adalah ayahnya. Alma menggeleng, dia benar-benar takut saat ini. Bagaimana jika mereka tau bahwa dia adalah anak dari pembunuh yang lebih parahnya adalah pembunuh keluarga itu.

Ya walaupun itu hanya pendapat dari ka Andre tak menutup kemungkinan mahen dan biru juga akan membencinya. Mimpi apa dia kenapa hidup nya seperti drama.

Ting..

Suara bel terdengar, seorang pelanggan datang memesan. Alma dan kak Andre bangkit kemudian kembali bekerja.

....

Kondisi hati Alma benar-benar kacau. Diam. Itu yang Alma lakukan setelah mengetahui kebenaran, walaupun ini baru prediksi nya saja.

"Kamu kenapa?" Mahen bertanya pada Alma yang sedari tadi terlihat gelisah.

Alma menengok kak mahen, dan menggelengkan kepalanya. "Yakin?" Mahen mengusap kepala Alma.

"Aku siap dengerin." Mahen benar-benar ingin meringankan beban Alma. Tangan mahen kini menggenggam tangan Alma yang dingin. Mahen meminggirkan mobil ke tepi jalan.

"Sekarang kamu cerita. Ada apa?" Alma benar-benar takut, bagaimana cara dia mengatakan semuanya. Apa setelah ini mahen akan membencinya?

"Al..hmm."

Alma menundukkan kepalanya, air matanya menetes. Mahen mengangkat kepala Alma agar dia bisa melihat wajah kekasihnya.

"Jangan bikin aku takut."

"Apa..apa aku boleh tanya sesuatu?" Tanya Alma gugup. Mahen mengangguk dia ingin mendengar apa yang akan di katakan Alma.

"Apa benar kalau orang tua kakak meninggal karena dibunuh?" Mahen terdiam dia menatap Alma terkejut.

"Apa pelakunya sudah tertangkap?" Mahen masih diam.

"Apa salah satu dari mereka ada yang bernama..Bagas?" Mahen terkejut, bagaimana Alma bisa tau semua itu?

"Kamu..tau dari mana?" Tanya mahen sedikit emosi.

Alma mengeluarkan ponselnya, dia mencari kontak ayahnya dan menghubunginya, suara dering telepon terdengar di mobil yang berisikan dua orang itu.

Mahen menoleh ke dasbor, suara ponsel pelaku yang dia taruh di dasbor berbunyi. Alma yang mendengar nya pun menoleh ke suara, tangannya perlahan membuka dasbor tersebut.

Dia tersenyum saat mendapati bahwa ponsel ayahnya di sana. Alma mengambil ponsel itu dan menyambungkan panggilan.

"Halo ayah.."

Alma menangis, mahen menatap apa yang sedang Alma lakukan. "Dia ayahku." Ucap Alma kemudian ia menundukkan kepala.

"Maaf.. karena ayahku sudah membunuh ked.." belum selesai menyelesaikan tiba-tiba mahen memegang kepalanya dia mengeluh sakit. Semua peristiwa itu terputar dimana orang tuanya dibunuh di depan matanya.

Alma panik, dia mencoba menolong mahen namun mahen malah menampik tangan Alma, alma kaget dia takut terjadi sesuatu pada mahen.

"Kak..kamu gak papa?"

"Diam!"




Komen kalian ku tunggu pokoknya.😅

The Fat Dreams (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang