Sore semua... selamat membaca
semenjak kejadiam itu ia tak mendengar kabar dari biru, Sudah satu Minggu berlalu. Biru benar-benar hilang bak di telan bumi. Nomornya juga tak dapat dihubungi, walau begitu Alma tetap mendoakan yang terbaik untuk biru kedepannya. Alma ingin sekali bertanya mengenai biru pada mahen, namun selalu ia urungkan, ia tak ingin membuat luka lagi.
Hubungan Alma dengan mahen semakin dekat. Seperti mengantar dan menjemput Alma kerja, makan bersama, dan semua yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Pekan ini mereka menghabiskan waktu hanya di kost Alma, Alma tak ingin di ajak kemana-mana, dia ingin menamatkan dramanya yang sudah di download. Tak mau menganggu Alma, Mahen melangkahkan kakinya melihat isi kost Alma, dia berjalan hingga matanya menemukan sebuah toples bening yang berisi tumpukan notice-notice kecil.
Mahen membukanya melihat isinya, dia mengambil notice yang tak asing untuknya. Mahen tersenyum, ternyata Alma menyimpan semua kertas yang dia kasih. Mahen memasukkan kembali notice itu dan menaruh toples kembali ke tempatnya.
Mahen menghampiri Alma yang fokus dengan film yang dia putar di laptopnya wanita itu sama sekali tidak terusik dengan keberadaannya. Mahen duduk di sebelah Alma dan menyandarkan kepalanya pada pundak Alma. "Kamu nonton apa?" Alma langsung menutup wajah mahen saat adegan Lee Minho yang mencium putri duyung.
"Kenapa ditutup?" Mahen mengambil tangan Alma, tapi Alma semakin kuat. "Jangan liat."
"Ya tapi kenapa?" Alma panik. Aduh, kenapa lama sekali. Tangan satunya ia gunakan untuk mempercepat film. Setelah nya dia melepaskan tangannya dari wajah mahen.
"Kamu nonton apa sih? Ko muka aku di tutup"
Gugup.
Itu lah yang Alma rasakan, dia nyengir. "Tak..tadi ada adegan tabrakan aku gak mau kamu liat itu." Ucapnya asal, mahen memicingkan matanya curiga, "yakin." Alma mengangguk cepat.
"Baiklah."
Fyuh...Alma dapat bernafas lega.
"Kak.." Alma mencoba mengalihkan pembicaraan, Mahen berdehem. Dia kini mengubah posisi tiduran di pangkuan Alma dengan fokus bermain game pada ponselnya.
"Aku kangen omah."
"Mau ke sana?" Alma mengangguk, mungkin dengan ini dia bisa bertemu biru. Walaupun mereka sudah tidak ada hubungan tapi dia bisa jadi teman bukan?
"Apa boleh?" Mahen mengangguk.
"Of course." Alma antusias, dia senang sekali sampai-sampai memeluk mahen, mahen terkekeh melihat tingkah pacarnya..hmm mungkin bisa di bilang calon ibu dari anak-anaknya kelak, membayangkan saja membuat mahen bahagia. Kehidupannya kelak bersama Alma dan anak-anak nya, tidak mewah namun tetap hangat.
Sekilas mahen mengingat mendiang kedua orangtuanya. Dia amat merindukan dua malaikat itu, tangannya terkepal saat mengingat pembunuh itu. Mahen menoleh ke Alma, tangannya terulur memeluk Alma dari belakang, dia juga mencium kening alma.
Alma mengangkat wajahnya. Mendapati mahen yang menangis, tangan Alma terulur mengusap air mata itu. "kakak kenapa nangis?" Mahen hanya berdehem kemudian menggeleng, dia tak mampu berkata apapun saat ini. Alma tersenyum mengelus rahang tegas mahen, benar-benar tampan. Dia tak percaya seorang mahen akan menyukai wanita sepertinya, Alma menenggelamkan kepalanya lebih dalam pada dada bidang mahen.
....
"Sebaiknya kamu pergi..biru tidak ada di rumah." Ucap omah tegas pada Elisa, ya Elisa datang ke rumah menanyakan keberadaan biru. Sudah satu Minggu lebih biru tak bisa di hubungi.
"Omah pasti bohong."
"Sekalipun biru ada di rumah aku tidak akan membiarkan wanita ular seperti kamu mendekati cucuku. Biru sudah saya jodohkan." Omah langsung masuk ke dalam, Elisa mengejar omah Mona.
Omah Mona tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh wanita iblis ini. Omah Mona berhenti dan berbalik, "cari..carilah sampai kau puas.. tapi ingat, saat kau tak menemukan biru disini. Jangan harap kamu dapat menginjakkan kaki kamu di rumah saya." Elisa menatap omah Mona jengah, dia tak boleh gegabah, Elisa akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.
Omah Mona bernafas lega, akhirnya dia bisa mengusir iblis satu ini. Dari awal omah Mona sudah tak merestui hubungan mereka namun entah bagaimana tiba-tiba wanita itu mendekati cucunya lagi.
Elisa pergi meninggalkan rumah biru, ponselnya berdering dia pun mengangkatnya. "Ah..jadi cewek gendut itu anak dari salah satu pembunuh orang tuanya biru dan mahen?" Elisa memasukkan kembali ponselnya.
"Kita liat siapa yang akan menang." Elisa pergi.
...
Mahen tertidur di kasur kecil Alma. Alma meregangkan tubuhnya, akhirnya dia dapat menyelesaikan episode terakhir ini. Benar-benar menguras air matanya. Alma menoleh mendapati mahen yang tertidur di atas kasur nya. Dia menghampiri dan duduk disana.
"Tampannya." Alma hanya diam memperhatikan setiap lekuk wajah kekasihnya. "Tentu saja. Bagaimana apa kamu terpesona?" Mahen perlahan membuka matanya sambil tersenyum bahagia.
Mahen menarik Alma membawanya ke dalam pelukannya, Alma yang tak siap pun kini berada di atas dada mahen yang tertidur. "Nyamannya." Mahen mencium harumnya rambut Alma.
"Aku suka wangi rambutmu. Bau permen karet. Sampo apa yang kamu pake?"
Alma terkekeh geli. "Rahasia." Alma langsung menenggelamkan kepalanya di dada mahen. Entahlah dia suka sekali berada dalam dekapan lelaki ini.
Ditunggu komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Dreams (Tamat)
Teen Fictionhanya sebuah mimpi yang ingin diwujudkan. "Bukan hanya mimpi, orang gendut itu memang menyusahkan, tak bisa apa apa, yang dia tau hanya makan..makan dan makan." 🎖️ #rank 3 dreams 15-feb-2020 #rank 2 dreams 27-feb-2020 #rank 1 dreams 16-april-2020