Sinar matahari menembus celah gorden, membuat Adara terbangun dari tidur nyenyaknya. Gadis itu menatap langit-langit kamar, mengingat apa yang telah terjadi semalam.
Saat ingatannya kembali sontak membuat Adara terduduk di atas kasur dengan sigap, matanya mengedar untuk mencari dalang di balik kejadian semalam. Tentu saja dalang yang dimaksud adalah Gio Zaxster.
"Berapa lama aku tidur?" Adara bertanya pada dirinya sendiri.
Ceklek. Pintu kamar terbuka, menampilkan Gio datang dengan kaos hitam juga jeans berwarna senada. Rambut laki-laki masih basah, mungkin habis mandi. Adara mengatupkan bibirnya ke dalam, ketika Gio berjalan mendekat.
"Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Gio.
Adara spontan memundurkan badannya hingga punggungnya terpentok headboard. Mata gadis itu tidak henti mengamati setiap pergerakan Gio, jaga-jaga kalau seandainya pria itu ingin membunuhnya.
"Kenapa?" tanya Gio. Kini ia duduk di tepi ranjang.
Adara menggeleng kuat. "N-nggak, nggak apa-apa." Bohongnya.
Gio mendesah pelan, ia menangkap mata Adara yang ketakutan. Tubuh gadis itu sedikit bergetar, dengan mata was-was.
"Kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan," pinta Gio menyuruh Adara untuk mendekat.
Adara tidak menjawab, gadis itu justru masih ketakutan sambil mengigit bibirnya khawatir. Respon Adara tentu saja membuat Gio terluka, karena ia bersumpah tidak akan membahayakan gadisnya, jadi Adara tidak perlu setakut itu.
"Adara..." panggil Gio lagi.
Adara mendekat ke arah Gio, duduk di sebelah pria itu dengan kaki menggantung di tepi ranjang. Gio tersenyum kecil, tangannya terulur mengusap puncak kepala Adara, namun gadis itu justru memejamkan mata dengan erat sambil meremas seprai.
"I will not hurt you," ucap Gio pelan. "Don't be afraid of me. I only get rid of the people who hurt you."
Perlahan—Adara membuka matanya, menoleh ke arah Gio yang tengah mengusap dahi Adara yang dipenuhi peluh keringat. Adara terhanyut dalam tatapan tulus itu.
"Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi. For twenty years, I tried hard to find you." Gio memeluk tubuh Adara dengan erat, mengusap surai rambut berwarna mocha light brown.
Adara mendongakkan kepalanya, menatap wajah Gio. "You promise you won't hurt me?" tanya Adara.
Gio mengangguk mantap. Tidak ada keraguan di dalamnya. "Mandi, ada yang mau aku omongin. Aku tunggu di taman belakang."
Cup. Setelah mendaratkan kecupan di kening Adara, Gio beranjak pergi. Tidak melihat respon Adara yang sudah tersipu dengan pipi merahnya. Adara merasa suhu tubuhnya panas, ia ingin berteriak namun tertahan di tenggorokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Mystery / Thriller❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...