❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞
Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesuai janji yang sebelumnya Gio katakan kepada Adara, bahwa setelah semuanya baik-baik saja Gio akan mempertemukan Adara dengan orang tuanya.
"Sudah siap?" Gio bertanya kepada Adara yang tengah berdiri di depan pantulan cermin yang memperlihatkan gadis cantik itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Adara tersenyum melihat Gio di belakangnya. "Aku memimpikan pertemuan ini, Gio."
Adara membalikkan badan, senyumnya tak luntur sedari tadi. "Bagaimana penampilanku hari ini?" Adara meminta pendapat.
Gio berjalan mendekat, hingga jaraknya tersisa hitungan centi. Wajah pria itu mendekat sampai berhenti di samping telinga Adara.
"You look beautiful, and—" Gio menarik sudut bibirnya. "—sexy."
Saat itu juga jantung Adara berdegup kencang, wajahnya memanas, padahal Gio telah menjauhkan wajahnya dari samping telinga Adara. Namun hembusan nafas pria itu dan—ucapan beratnya membuat suasana menjadi sedikit—panas.
Gio tertawa pelan, ia meraih pergelangan tangan Adara, kemudian menggenggamnya dengan erat. "Kita berangkat."
Gio dan Adara berangkat bersama-sama menuju bandara, mereka terlihat seperti pasangan serasi yang baru saja menikah.
Adara memakai baju putih polos yang terlihat ketat hingga membentuk lekuk tubuh, juga blazer berwarna hitam dengan rok selutut berwarna senada.
Sedangkan Gio terlihat santai, dia menggunakan jaket kulit hitam dengan kaos berwarna senada. Celana jeans juga sepatu booth. Tas berwarna hitam yang tersampir di pundak dengan topi berwarna senada untuk menutupi wajah pria itu dari CCTV.
"Aku ingin ke toilet," ucap Adara tiba-tiba.
Gio menoleh ke belakang, memberi kode lewat bodyguard yang menjaga agak jauh dari posisi mereka berdua untuk menemai Adara. Namun—Adara lebih dulu menangkap kode Gio.
"Aku bisa sendiri, jangan khawatir," celetuk Adara membuat pria di hadapannya kembali menatap Adara sambil menimbang-nimbang.
"Baiklah," jawab Gio akhirnya.
Adara berjalan menuju toilet perempuan sedangkan Gio menunggu di tempat yang sama. Pria itu tidak berkedip untuk memastikan bahwa Adara benar-benar memasuki lorong toilet.
Saat di toilet Adara berdiri di depan kaca untuk mencuci tangan. Tepat di sebelah Adara juga ada seorang perempuan yang memakai kacamata, sedang menata rambut di depan kaca.
Perempuan itu meletakkan amplop di depan wastafel, kemudia beranjak pergi meninggalkan toilet begitu saja. Adara yang menyadari hal itu mulai mengambil amplop tersebut dan memanggil perempuan tadi.
"Hey!" panggil Adara. Namun saat Adara membuka pintu kamar mandi—perempuan tersebut telah hilang dengan cepat.
Adara mengernyit, ia berencana untuk memberikan amplop tersebut ke tempat penitipan sebelum akhirnya getaran ponsel Adara memecahkan keheningan. Adara membuka notifikasi tersebut yang terdapat waktu 5 detik untuk membaca pesan masuk.