Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus MATI!
****
Gio dan Ara adalah dua orang yang pernah dihancurkan lalu kembali dipertemukan untuk saling menyembuhkan.
Beberapa orang memang harus hidup dengan luka yang sama, menyimpan nya didalam saku, lalu membawanya kemanapun. Tapi kesedihan akan terus mengurung diri sendiri disaat bahagia datang untuk menemani.
Gio tengah bersandar disofa dengan Ara yang berada dipelukannya, mereka sedang asik menonton sebuah film kesukaan Ara. Gio tidak masalah, selagi Ara suka, ia juga suka.
"Gio, kalau seandainya seseorang datang untuk melamarku dan itu bukan kamu, apa yang kamu lakuin?" ujar Ara tiba-tiba. Entah kenapa Ara ingin menanyakan hal ini. Tidak ada maksud apa-apa.
"Aku bunuh, aku lepas jantungnya lalu aku cabut kedua bola matanya. Aku gak suka laki-laki lain menatap mu dan aku gak suka laki-laki yang berniat melamar mu itu hidup. Kalau bisa aku hancurkan satu keluarga nya." Gio berucap tenang seolah tak ada yang perlu di khawatirkan.
Ara mengangguk-ngangguk, "Kalau nyatanya aku akan bunuh diri akibat tingkah laku kamu gimana?"
"Maka aku yang akan mati." nada geram tersirat didalam ucapannya. Gio bukan orang sabar, jika itu menganggu dirinya dan juga Ara, dengan senang hati Gio singkirkan tanpa jejak.
Baginya Ara itu nafas. Coba kalian bayangkan bagaimana bisa seseorang hidup tanpa bernafas? Jika Ara mati, makan Gio akan mati. Gio tidak bisa hidup tanpa Ara, nafasnya.
"Kalau misalnya-" ucapan Ara terhenti.
"Jangan merasa terbebani untuk hal yang gak perlu dibebani. Pikirkan apa yang perlu di pikirkan. Soal hati, tak usah ragu karena selama ini seharusnya kamu udah tahu seberapa besar aku memperjuangkanmu."
Kedua sudut bibir Ara ketarik ketas menampilkan senyum manis. "Aku cuman mau bilang, aku beruntung memilikimu."
Cup.
"Kalimat itu seharusnya aku yang bilang." ujar Gio setelah menecup bibir Ara.
"Aku beruntung memilikimu. Terlebih gak ada perempuan yang sempurna, gak ada laki-laki yang sempurna. Adanya pasangan yang saling menyempurnakan" Gio tersenyum lembut. Oh ayolah siapapun yang jual oksigen Ara ingin membelinya. Mengapa Gio sangat manis?!
Tok. Tok. Tok.
Suasana romantis antara Gio dan Ara rusak ketika seseorang mengetuk pintu rumah Ara. Gio beranjak hendak membuka pintu, namun Ara menahan tangan Gio.
"Aku aja yang buka." Gio mengangguk, membiarkan Ara membuka pintu.
Ara beranjak, melangkahkan kaki untuk menuju pintu utama. Perlahan, Ara meraih handle pintu lalu membukanya lebar.
Deg!
Sial, ternyata Max yang datang. Setelah semalam Max sudah hampir dibunuh oleh Gio, kini Max datang dengan wajah yang sudah penuh oleh lebam. Ughh, Ara sendiri ngilu saat melihat wajah Max yang sudah tidak terbentuk.
"Mau ngapain? Rumah ini gak nerima laki-laki pengecut." sinis Ara tak suka, sebenarnya Ara tidak benar-benar marah dengan Max hanya saja ia kecewa dengan perubahan Max yang terbilang sangat drastis.
Max tidak berkata apapun, laki-laki itu lebih memilih untuk memandang wajah Ara dalam, tepat menatap iris mata Ara yang tampak sendu. Sungguh, Max semalam gila karena alkohol, ia tidak menyadari bahwa akibatnya akan berefek pada Ara.
Kalau kalian ingat, saat Gio memukuli Max, Max tidak membalas apapun. Max menerima pukulan itu dengan senang hati karena Max benar-benar terpengaruh oleh alkohol!
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Mystère / Thriller❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...