PROLOG

9.9K 468 2
                                    


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Saya terima nikah dan kawinnya...."

Sudah cukup, Eliza tidak sanggup untuk mendengarkan lanjutannya, dadanya sesak dan air matanya turun begitu saja. Oh Tuhan kenapa rasanya sesakit ini?

Wanita itu berlari dengan memegang dadanya yang sesak, ia keluar dari gedung dimana suaminya mengucap ijab qobul untuk perempuan lain. Oh Tuhan kenapa semesta sebercanda ini? Kau membuatku mengetahui bahwa dia adalah pangeran impian ku selama ini namun kenapa harus ada permaisuri lain?

Pernah berharap seperti Khadijah binti Khuwailit yang tak pernah di madu Rasullullah. Namun kenyataan ini mengharuskan ia berlapang dada, agar kuat seperti Saudah binti Zam'ah.
Kini yang bisa ia lakukan hanya lah mengikhlaskan, ikhlas jika harus berbagi suami, ia tak boleh egois dan mementingkan kebahagiaan dirinya sendiri. Di sana ada kehidupan, di dalam perut permaisuri lain itu ada kehidupan. Dan apa sepantasnya jika ia mengabaikan itu semua? Tidak, ia tak sekejam itu.

Semesta seolah juga merasakan apa yang Eliza rasakan. Hujan tiba-tiba turun begitu derasnya. Kini Eliza bisa menangis sesuka nya karena tidak ada yang bisa mengetahui bahwa kini ia menangis, ia berada pada titik terpuruk. Suara petir tidak membuat wanita itu takut. Ia merentangkan tangannya biarkan tubuh nya merasakan tetes demi tetes air hujan.

Wanita tertunduk, memeluk tubuhnya yang mulai menggigil.

Drap drap

Suara langkah kaki terdengar jelas di pendengaran nya dengan perlahan ia mulai membalikkan tubuhnya dan tiba-tiba mulutnya di sekap oleh seorang pria bertubuh kekar.

"Em akh le_pas." ucapnya dengan memukul tubuh seorang pria yang menyekabnya.

Namun kekuatannya tak sebanding dengan sekuatan orang yang menyekabnya, tidak ada satu orang pun yang berusaha menyelamatkan nya karena semua tengah sibuk menghadiri pesta pernikahan suaminya sendiri. Kemudian pria itu menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil. Ia berusaha untuk melihat siapakah pria ini, dan ia langsung terkejut ketika berhasil melihat wajahnya.

Dan ia juga bisa melihat ada satu pria dan satu wanita yang mungkin rekannya pria yang kini menyekap nya. Ia tak mengenali siapa pria dan wanita yang kini berusaha mengikat kedua lengannya, dan tubuhnya karena mereka menggunakan masker. Eliza tak menyerah ia berusaha melepaskan ikatan di tangan dan tubuhnya, namun benda keras memukul kepalanya, darah segar keluar dari pelipisnya, tak bisa di hindari bau anyir dari darah tercium oleh hidungnya. Dalam keadaan setengah sadar ia bisa mendengar suara seseorang "Eliza sayang kamu dimana?"

Siapa pemilik suara itu? pikirnya bertanya-tanya dan pada akhirnya semuanya berubah menjadi gelap.

.
.
.
.

📝Intan Nurani
Tulungagung, 14 April 2020

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang