23. Bersama bang Azam

1.5K 167 0
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Wahai kamu yang di depan mata tapi tak bisa ku genggam, tetaplah bahagia aku tak mau kamu terluka oleh cinta yang membuat ku mengakhiri ini semua"

~Azam Malik Ibrahim~

"Kita lihat saja nanti!"

Jawaban Arsen sama sekali tak Eliza mengerti, apa maksud dari kata kita lihat saja nanti. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di otaknya, apakah mas Arsen hanya sandiwara dan semua perlakuan baiknya selama ini hanyalah rekayasa?

"Apa maksudnya mas? Eliza tidak mengerti!"

"Huft." Hanya helaan nafas yang terdengar dari bibirnya selebihnya Arsen hanya diam, pandangannya berubah sendu.

"Tetaplah bersama saya saat semua orang meninggalkan saya, tetaplah percaya kepada saya saat semua orang tidak mempercayai saya." balas Arsen lirih dengan perlahan Arsen mendekati tubuh mungil istrinya, dan secara tiba-tiba Arsen memeluk tubuh istrinya erat seolah tak ada hari esok.

Eliza sedikit terkejut dengan tindakan Arsen, namun ia memilih membalas pelukannya. "Apa yang mas katakan El nggak mungkin ninggalin mas jika bukan mas Arsen sendiri yang menyuruh Eliza pergi, El percaya kok sama mas, sangat percaya." ucap Eliza melepaskan pelukannya lalu menangkap wajah suaminya.

"Janji?" ucap Arsen dengan menunjukkan kelingking nya.

"Yah janji." balas Eliza tersenyum dengan menautkan kelingking pada kelingking Arsen.

Sungguh Eliza semakin tak mengerti dengan semuanya, apa yang akan terjadi esok, kenapa Arsen mengatakan seolah akan ada sesuatu yang besar terjadi? Entahlah ia tak mau menebak nebak biarkan semuanya berjalan atas izin dari-Nya.

Tin tin

Suara klakson dari kendaraan menyadarkan pasangan suami istri ini, mereka menyadari jika mereka sedang berada di dalam mobil yang berhenti di tengah jalan. Dan kini pengendara lain protes atas aksi Arsen yang seenaknya menghentikan mobil.

"Eh mas kalau berhenti jangan di tengah tengah lihat noh macet!" Omel bapak bapak dengan menggedor jendela mobil.

"Maaf pak." balas Arsen singkat dan segera membawa kuda besinya pergi. Eliza hanya geleng-geleng kepala akibat ulah suaminya menyebabkan mobil lain terjebak macet astaga.

Di tengah perjalanan pulang Eliza tak sengaja melihat Bang Azam sedang duduk di halte bus. dan dengan cepat cepat Eliza menyuruh Arsen berhenti, ia sangat rindu dengan Umi dan Abang Azam.

"Ada apa kok minta berhenti?"

"Ituloh mas ada bang Azam samperin yuk!" ajak Eliza antusias. Dan dengan senang hati Arsen menuruti keinginan istrinya ia akan melakukan apapun yang membuat Eliza bahagia sebelum waktu itu, tiba waktu yang mungkin dapat merenggut kebahagiaan Eliza.

"Bang Azam" panggil Eliza menghampiri abangnya dengan gembira.

"Eliza? Arsen?" kaget Azam.

"Abang ngapain di sini dan mana mobil Abang?" tanyanya sambil duduk di samping Azam. Arsen yang melihat itu tersenyum menurutnya tingkah Eliza lucu.

"Nunggu bus, mobil itu bukan milik Abang tapi milik pesantren dan Abang udah kembaliin mobilnya nggak enak sama Pak kiyai." balas Azam seadanya.

"Owh"

"El saya ada keperluan penting di kantor, mas antar kamu pulang dulu ya." ajak Arsen setelah mendapat telfon tadi dari sekretaris nya.

"Tidak usah, mas langsung ke kantor saja, El sama Abang Azam aja." tolak Eliza halus. Eliza bukan bermaksud apa-apa tapi ia tak mau merepotkan suaminya, mending di sini sama bang Azam.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang