5. Di lamar?

2.2K 221 2
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Jodoh itu sedekat urat nadi. Dia sudah ada dalam kandungan. Kamu akan di pertemukan saat semesta bersepakat untuk mempertemukanmu dengannya"

~Anonim~

Dor

Timah panas menembus tubuh pria paruh baya itu, membuat darah bercucuran. Lantai yang tadinya berwarna putih, berubah menjadi merah darah. Tubuh laki-laki paruh baya itu tak terlihat tubuh, namun darah yang menutupi tubuhnya.

Abi....
teriak gadis cantik yang masih meronta-ronta ingin melepaskan ikatan di tangan dan tubuhnya, Abi nya di bunuh di depan matanya, dan dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh menyakitkan.

"Lepasin saya!" Teriak gadis itu kepada sosok lelaki yang sangat ia kenali, ya sangat ia kenali, dia paman nya sendiri. Ia tak pernah menyangka sosok paman yang katanya selalu melindunginya, hari ini mematahkan kepercayaan nya dan juga  merenggut kebahagiaannya. Sungguh Eliza tak percaya pamannya tega sekali  berbuat keji kepada Abi dan itu hanya karena paman ingin memperebutkan harta warisan dan aset milik Abi Eliza.

"El benci sama paman! Benci!"

Laki-laki yang katanya pamannya itu hanya menampilkan seringai liciknya.

"Kamu diam, atau nggak nasib kamu kayak Abi kamu itu" ucap pria keji itu dengan menyodorkan pistol di kepala Eliza

"Umi" desis Eliza. Eliza tiba-tiba teringat dengan Uminya, pasalnya Uminya sedang keluar rumah. Umi jangan sampai datang kerumah dulu, ia tak tahu apa yang akan terjadi jika Uminya sudah sampai di rumah

"Assalamualaikum" ucap seorang perempuan paruh baya dengan memasuki rumah megah miliknya.

"Tolong jangan masuk umi" batin Eliza
Namun semuanya terlambat perempuan paruh baya itu sudah masuk dan Dor timah panas sudah menembus perutnya sambil bibirnya bergerak mengucap kalimat "Asyhaduan...laa ilaaha illallah... Waasyhaduanna....Muhammad Rasulullah.." dan tubuhnya langsung tergeletak di lantai. Eliza berteriak memanggil nama Umi tercinta nyaa itu dengan air mata yang berlinang di pipinya.

"Selamat tinggal keponakan tersayang paman" ucap pria keji dengan pergi meninggalkan rumah yang menjadi saksi direnggut nya kebahagiaan Eliza.

"Umi, Abi" gumam Eliza. Dia berusaha membuka ikatan di tangan dan tubuhnya.

Eliza melihat ada pecahan kaca dan langsung dia gunakan untuk memotong tali yang melilit di tubuhnya.

Eliza segera berlari memeluk tubuh kedua orang yang sangat berarti dalam hidup nya dan sekarang sudah tak bernyawa.

"Umi,Abi, El sayang sama kalian"  gumam nya lirih, kerongkongan nya terasa tercekat, untuk meminta tolong saja ia tak bisa berteriak. Hari yang seharusnya  menjadi hari bahagia karena hari itu Eliza dan keluarganya merayakan hari ulang tahun yang ke-18, dan sekarang dengan sangat mudahnya orang yang sangat dia cintai pergi meninggalkan nya dengan cara yang mengenaskan.

"Aku benci hari itu, benci"

"El, kamu tidak papa?" tanya Laila sahabat Eliza.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang