16. Khawatir

1.8K 197 0
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Cinta adalah saat kamu tidak bertemu dengan nya kamu merasa hampa"

~API~

Sudah berjam-jam Arsen menunggu istrinya, namun istrinya itu tak kunjung menampakan batang hidungnya. Arsen khawatir terjadi apa-apa dengan istrinya yang tadi pagi ia tinggalkan di taman kota. Padahal Arsen tadi cepat-cepat pulang dari kantor untuk sekedar melihat wajah istrinya itu.

"Bi Ijah, El dimana?" teriak Arsen. Bahkan sekarang dia seperti orang linglung yang bingung mencari keberadaan istrinya itu.

"Bibi nggak tahu bahkan dari tadi Nyonya belum pulang Tuan." jawab Bi Ijah membuat tulang Arsen serasa menghilang.

Sungguh Arsen takut terjadi apa-apa dengan istrinya itu. Arsen melangkahkan kakinya menuju gerbang rumah nya. Bertanya kepada satpam yang bertugas.

"Bapak tahu Eliza dimana?" tanya Arsen khawatir.

"Saya nggak tahu tuan, nyonya belum pulang dari tadi." jawab pak satpam.

Arsen mengacak rambutnya kesal. Membuat rambut yang tadi tertata rapi menjadi acak-acakan. Arsen berjalan ke sana kemari menunggu kedatangan istri mungilnya.

"Tuan mending duduk di sini!" ujar pak Jono mengambil kursi saat melihat majikannya itu hanya berdiri dan sesekali berjalan ke sana kemari.

"Tidak perlu pak" jawab Arsen tegas.

Dan tak lama kemudian datanglah sebuah mobil BMW berwarna hitam. Dan setelah pintu mobil itu terbuka menampilkan sosok yang sedari tadi membuat Arsen seperti orang linglung mencarinya ke sana kemari.

"Assalamualaikum pak Jono, mas Arsen."  ucap Eliza. Sebenarnya Eliza sedikit binggung melihat suaminya berdiri tepat di depan gerbang.

"Waalaikumsalam..." balas Arsen dan pak Jono berbarengan.

"Mas Arsen kenapa di sini?" tanya Eliza penasaran. Karena tak biasa nya suaminya itu berada gerbang bersama pak Jono.

"Nungguin kamu, dari mana aja kamu, saya cariin kamu dari tadi, saya khawatir dengan keadaan kamu, maafkan saya karena ninggalin kamu di taman tadi, kamu nggak papa kan?" ucap Arsen cepat melebihi repper dunia.

"Mas ngomong nya kecepat..." ucap Eliza terjeda.

Arsen mendekap tubuh mungil istrinya dengan lembut, Eliza sedikit terpaku dengan perlakuan Arsen yang menurutnya manis. Kemudian membalas dekapan suaminya itu.

"Khem"  suara Azam menyadarkan Arsen. Segera dia melepaskan dekapannya dan kembali menampilkan ekspresi datar nya.

"Permisi, Assalamualaikum."  ucap Azam dan segera menaiki mobilnya dan pergi dari sini. Hatinya memanas melihat adegan tadi.

"Zam jangan gila, Lo lihat kan dia cinta banget sama El. Move on zam!" gerutu Azam dengan mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Waalaikumsalam.." balas Eliza menganga melihat mobilnya Azam sudah melesat dan hilang di penglihatannya.

"Mas khawatir nih.." canda Eliza.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang