12. Hati yang rapuh

1.9K 207 0
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Ibarat pepatah hatinya seperti baja, meski kenyataannya seperti kaca"

~API~

Sudah satu Minggu setelah kejadian di lift itu, untuk mereka berdua selamat karena teknisi dan bala bantuan datang tepat waktu.

"Mas jadi bicara lembut kepada El hua El terharu." jawab Eliza semakin kencang menangis dan memeluk Arsen erat.

Dan saat itu juga pintu lift terbuka, menampilkan para teknisi dan Azam juga ada di sana.

"Kalian ngapain?" tanya Azam sedikit kaku.

Hingga mereka sadar dan segera melepaskan pelukannya, mereka merasakan canggung yang luar biasa. Eliza malu, karena Azam melihat semuanya.

"Maaf, lift kami mengalami kerusakan. Kami minta maaf atas kecerobohan pihak kami" ucap pihak rumah sakit meminta maaf.

"I_ya" balas Eliza terbata karena saking malunya. Huh, Eliza butuh cikrak untuk menutupi nya dari serangan malu.

Kini sekarang Eliza juga sudah pindah ke rumah barunya bersama Arsen. Di rumah baru ini mereka tidak akan satu kamar karena memang sudah perjanjiannya seperti itu bukan, tapi di sini Eliza lah yang terluka karena cinta sudah hadir di sisinya.

Tok tok

Eliza sengaja mengetok pintu kamar suaminya melihat apakah suaminya itu sudah bangun apa belum.

Krek

Pintu terbuka menampilkan sosok tampan yang menyandang status sebagai suaminya. Eliza merasa takjub sekaligis terpana dengan seseorang di depannya itu. Arsen sudah rapi dengan baju kokonya dan bersiap pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh. Hmm sungguh imam idaman.

"Ngapain lihat saya seperti itu? Saya tidak akan tanggung jawab jika kamu jatuh cinta" ucap Arsen dengan tatapan tak suka.

"Emang salah ya lihat wajah suami?" tanya Eliza, memang selama ini Eliza berusaha untuk tidak memasukan semua perkataan pedas suaminya yang melebihi sambal mercon itu.

"Jaga batasan kamu, ingat ya ikatan di antara kita hanyalah sebuah perjanjian di atas kertas" ucap Arsen dan segera pergi meninggalkan Eliza yang tersenyum getir.

Bi Ijah asisten di rumah nya merasakan iba terhadap Eliza. Sudah satu Minggu Ijah selalu mendapatkan tontonan gratis seperti ini.

Ijah mengusap air matanya, ia juga paham betul posisi Eliza bagaimana, karena Ijah juga pernah berada dalam posisi seperti Eliza. Menikah muda dan tidak di hargai oleh seorang hingga pada akhirnya perceraian itulah kisah percintaan ijah dia berdo'a agar majikannya itu tidak mengalami hal sama dengan dirinya.

"Percayalah Nyonya, semua yang melibatkan Allah pasti berakhir dengan indah" gumam Ijah dengan memperhatikan tuanya yang sedang mematung.

Eliza hanya diam mematung memang dia tidak menangis tapi hatinya yang menanganis. Seperti pepatah "hatinya seperti baja, meski kenyataan seperti kaca" itulah Eliza dia memang terlihat tegar dan kuat padahal aslinya dia sangat rapuh.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang