31. Polingami

2.8K 203 10
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Dia yang menyakitimu mungkin tidak pernah merasa bahwa tindakannya adalah tindakan yang melukai, namun suatu saat nanti dia akan mengerti tatkala Allah mendatangkan hal sama kepadanya"

~API~
_
_


"Eliza izinkan saya untuk berpoligami!"

Perkataan Arsen masih tergiang di kepala nya. Kini wanita itu berjalan tak tahu arah. Mungkin jika orang lain yang melihat nya akan mengira Eliza adalah orang gila yang tak memiliki rumah.

Lihat lah, kebaya yang masih melekat di tubuhnya itu kini bercampur dengan lumpur, karena ia tadi terjatuh, ia juga tak memakai alas kaki, karena heigh heels yang ia pakai di buang ke sembarang arah karena sudah rusak.

Di tambah lagi kini hujan telah mengguyur kota. Seolah hujan juga merasakan hal sama yang sedang wanita alami kini. Wanita itu terdiam membiarkan tubuhnya merasakan tetes demi tetes hujan yang semakin lama semakin deras. Dengan sesekali ia tertawa meratapi nasibnya nya.

Apakah ini teguran dari Allah karena terlalu mencintai makhluknya. Kalau iya, maaf kan hamba mu ini ya Allah. Aku sadar, aku tahu sebaik-baiknya cinta adalah padamu. Padamu pemilik cinta itu sendiri.

Wanita itu kembali tersungkur. Entah sudah berapa kali wanita itu tersungkur, beruntung jalanan sepi akibat hujan yang begitu derasnya. Kalau tidak wanita itu mungkin hanya tinggal nama, lihat lah wanita itu tersungkur di tengah jalan.

Poligami? Yah, poligami!
Ia tahu poligami dalam Islam itu mubah yang artinya boleh. Selagi sang suami bisa adil dengan istri istrinya.

Tapi ia hanya lah wanita biasa yang mudah tersulut api cemburu. Bunda Asiyah saja sering cemburu dengan Bunda khadhijah walaupun Rasulullah adil dengan para istri-istrinya. Suaminya hanya lelaki biasa apakah ia bisa berperilaku adil nanti?

"Saat itu yang bisa aku lakukan hanyalah menerima, dan dengan mudahnya hati ini berkata mencintai tanpa takut akan konsekuensi. Waktu seakan berhenti, saat kita sama memakai topeng untuk membuat ikatan janji, hingga pada akhirnya kita sama sama terluka dan itu juga di sebabkan oleh kita sendiri. Keadaan yang tidak membuat membuat kita harus memilih antara bertahan atau melepaskan."

"Nak" bariton seseorang membuat wanita tersadar dari lamunannya.

Iapun berbalik menatap, seorang wanita paruh baya yang membawa payung berwarna hitam. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis, kemudian mengusap puncak kepala Eliza yang tertutupi jilbab.

"Kenapa hujan-hujanan nanti sakit loh." ucap wanita paruh baya itu lembut.

Entah tersihir apa, Eliza menurut saja kepada Wanita paruh baya ini, ia dibawa menepi dan kemudian di dudukan di kursi plastik berwarna biru yang berada di warung nasi Padang. Eliza sudah dapat menebak, wanita paruh baya ini adalah penjual nasi Padang ini.

"Kalau ada masalah dengan suami kamu selesai dengan baik baik nak. Kehidupan rumah tangga memang selalu banyak rintangan, halangan dan yang lain-lain. Buktikan kepada orang-orang kamu bisa melewati berbagai rintangan ini nak." ucap Wanita paruh baya itu seolah mengetahui masalah apa yang sedang di hadapi Eliza.

Huft

Eliza menghela nafas nya sejenak. Kemudian diam, mencerna setiap berkatan wanita tadi. Benar apa yang dikatakan nya, namun dari mana dia bisa tahu akan masalah yang sedang ia hadapi ini, apakah wanita paruh baya ini cenayang?

Dilain tempat. Seorang pria sedang terduduk lemah. Dan sesekali memukul tembok membuat tangannya mengeluarkan darah segar. Namun rasa sakit di tangannya tak sebanding dengan rasa sakit hati seseorang yang telah ia buat kecewa.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang