1. La Tahzan

5.4K 344 4
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

"Seperti matahari yang mengubah kegelapan menjadi terang, dan seperti itulah akan ada seseorang yang datang untuk merubah kegelapan di hidupmu menjadi seterang matahari"

~API~

Orang orang berpakaian putih dengan membawa payung hitamnya, di bawah haru suasana kesedihan, di tambah lagi dengan Hawa dingin dengan gumpalan air yang jatuh dari langit, mengisahkan betapa hancurnya perasaan Eliza. Suara petir tidak mengindahkan untuk Eliza pergi dari sini dia masih menangis dan memeluk batu nisan ke dua orang tuanya. Sampai sampai orang yang melihatnya merasakan iba.

"Eliza ayo pulang, jangan terus bersedih, nanti Umi sama Abi juga ikut sedih." ucap Inah dengan sesekali mengusap air mata yang kembali menetes.

"Tidak Bi, El ingin tetap di sini nemenin Umi sama Abi!" ujar Eliza dengan memeluk kedua batu nisan kedua orang tua nya.

"Tapi nanti non sakit loh, ini kan juga hujan." ucap Inah kekuh. bukannya ia tak sedih, siapa sih yang tidak sedih ditinggal seseorang yang sangat di cintai itu sungguh menyakitkan, apalagi di tinggal pergi untuk selamanya. Namun jika terus menangis juga tidak bisa mengembalikan kedua orang tua Eliza yang sudah kembali ketanah.

"La Tahzan, Innallaha Ma'ana. Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." ucap Inah sedikit menghibur majikan mudanya itu, bagaimanapun dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa di kehidupan ini.

Eliza tergerak dan mulai berdiri.

"Ayok!" ajak Inah antusias.

Namun Eliza tetap diam mematung, bukannya dia tidak ingin pulang, namun mau pulang kemana dia, ia tak mungkin kembali ke rumah lama nya itu.

Inah mengerti dengan apa yang di alami majikan mudanya itu. Dengan tersenyum Inah berucap "Non Eliza tak perlu bingung, non bisa tinggal sama bibi." ucap Inah lembut.

"Tidak Bi Inah, bibi sudah sangat baik kepada El dan El tak mau merepotkan bibi." tolak Eliza halus memang benar ia tak ingin merepotkan Bi Inah yang selama ini sangat baik kepadanya, Bi Inah sudah menjadi ibu ke dua untuk Eliza.

"Bibi tidak merasa kerepotan kok, kan bibi di rumah tidak ada temen, bang Azam ada di pondok" balas Inah sembari menatap majikan mudanya itu sendu. Azam adalah putra tunggal Bi Inah dan sekarang belum pulang dari pondok, ngomong ngomong tentang Bi Inah, suami beliau pak Budi sudah meninggal lima tahun yang lalu karena penyakit yang di deritanya, dan memang benar saja Inah selalu kesepian jika di rumah sendirian tidak ada yang nemenin.

"Tapi Eliza nggak enak sama Bang Azam nantinya." tolak Eliza lagi.

"Pokoknya non Eliza ikut bibi aja, tidak ada penolakan!" sarkas Inah penuh penekanan.

"Baiklah" ucap Eliza pada akhirnya kalaupun ia tak mau tinggal dengan Bi Inah akan tinggal di mana dia, pasti terlantar dan tinggal di kolong jembatan.

"Umi sama Abi, tenang di sini ya, El selalu doain kalian, El sayang sama Umi dan Abi" ucap Eliza sebelum pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya.

***

Selamat ulangtahun, selamat ulangtahun Eliza, prok prok. Danugraha dan Zainab sangat antusias dengan ulang tahun putri semata wayangnya.

"Kamu potong dulu tumpengnya" Ucap Danugraha menyuruh Eliza segera memotong tumpeng,

"Anak Abi sudah besar 18 tahun" ucap
Keluarga yang bahagia, semua tertawa dalam kesederhanaan pesta ulang tahun yang di hadiri oleh kedua orang tua dan asisten yang ada di rumah.

Assalamu'alaikum Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang