Malam tahun baru pun ditunggu oleh semua khalayak. Tua, muda, semua berkumpul untuk merayakan pergantian tahun.
Kafka pun begitu. Ia berkumpul bersama teman-teman lamanya di Am&Co, tempat yang sering ia kunjungi sedari dulu. Bertemu dan bercengkrama tanpa terlintas di otaknya tentang Dira. Wajar, karena ia sedang bersama temannya. Sedari tadi ia memang berkomunikasi dengan Dira, namun singkat, tak seperti biasanya. Sosial media Dira pun dipenuhi kata dan unggahan sajak yang menyuarakan bahwa ia sedih. Di fikiran Kafka, apa yang sedang ia sedihkan? Toh, Kafka tak apa. Kasar? mungkin menurut Dira, tidak menurut Kafka. Intensitas komunikasi Kafka dan Dira pun semakin lama semakin menipis. Kafka bisa membalas hingga berjam-jam lamanya, sedangkan Dira semenitpun tak terlewatkan.
Pukul 10.00 wib, Kafka berencana menghabiskan malam tahun baru nya di bar. Tak sengaja, ia pun bertemu dengan kawan semasa sekolah dasar, Grey.
Banyak perubahan yang terjadi pada diri Grey. Grey yang dulu berisi dan berambut pendek, kini berambut sebahu dengan potongan yang sedang trend, ditambah proporsional badan yang standar bagi ukuran model.
Grey menyambut Kafka, begitu juga Kafka. Disambutnya dengan pelukan hangat ala kawan yang telah lama tak bertemu. Selama di bar pun mereka bersama, ditambah empat teman lelaki yang kebetulan kawan Kafka juga saat sekolah dasar. Lebih menakjubkan lagi, ia bertemu dengan Cika dan Nando, yang belakangan sangat dekat dengan Kafka, juga Dira.
Pergantian malam tahun baru pun disambut sorak sorai oleh pengunjung bar tersebut. Lantunan lagu edm terdengar mengisi segala sudut ruangan yang disuguhi berbagai minuman beralkohol, atau hanya sebatas softdrink.
' Yuk foto! Dah lama nih!' ucap Grey mengajak Kafka yang sedang duduk disebelahnya.
' Gas!' ucap Kafka penuh semangat.
Grey mengalungkan tangan di leher Kafka dari samping. Kafka pun melingkarkan tangan kirinya ke pinggul indah Grey dengan senyuman.
' Baguss, upload terus tag aku ya!' ucap Grey girang. Kafka mengacungkan jempol dan meminum minuman yang telah ia beli tadi. Kafka unggah hasil foto yang ia ambil tadi, tanpa memikirkan Dira. Menurutnya, aman aman saja.
Malam itu, Kafka sangat berbeda. Kafka yang memiliki prinsip memiliki batasan dengan wanita, seketika sirna. Dira? Tak masalah, fikirnya. Toh, ia bukan siapa-siapa. Hanya sebatas teman yang dibumbui perasaan.
Kafka mengikuti lantunan lagu, berjoget dan menghabiskan malam tahun baru tanpa ingat akan Dira.00:00.
Tahun baru pun tiba yang dirayakan segala penjuru bumi. Kafka membuat video dan mengunggahnya di sosial media, yang jelas Dira pasti melihatnya. Video tersebut pun tak ia lakukan sendiri, ia bernyanyi bersama Grey yang kemudian Grey kembali mengalungkan tangan di bahu Kafka, dan secara sekilas mengecup leher Kafka. Kafka? hanya tertawa. Menganggap enteng perihal tadi.
Foto dan video Kafka di sosial media pun berhasil diunggah. Terpampang nama Dira telah melihat unggahannya. Kafka tak memikirkan apapun, masa bodo akan hal lain. Yang jelas, ia bahagia. Toh, memang ia memiliki porsi dan 'batasan' , yang mungkin telah berbeda.Kian lama intensitas komunikasi Kafka dan Dira makin tak jelas. Membalas seadanya, kata-kata kasar, dan mungkin menyakiti hati Dira dengan mudahnya kini ia lontarkan. Bahkan, terkadang Kafka hanya membacanya saja. Perasaan Dira? Mana Kafka tahu. Toh, itu urusannya. Bukan urusan Kafka. Kafka ingin memerdekakan dirinya, masa bodo dengan orang lain. Selama itu tak merugikan orang lain dan dirinya sendiri, akan Kafka jalani dan lakui.
Bertanya kabarpun Kafka jarang, sampai pada akhirnya Kafka tiba-tiba diberi tahu jika Dira sudah kembali ke Surakarta. Kafka dikabari, namun ia enggan menemui. Malas, tak perduli, dan bukan urusan Kafka. Toh, Kafka yakin ia sampai dengan keadaan sehat dan selamat. Jadi, apa yang perlu dipikirkan?
Dira pun masih seperti awal menghubungi Kafka, bahkan, ia dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia rindu Kafka dan menginginkan dengan sangat untuk bertemu, walau hanya sebentar.
Tapi, tetap saja hal itu tak membuat Kafka luluh. Kafka lebih memilih bertemu dengan teman-temannya daripada bertemu Dira.
Ia tak tahu keadaan Dira sebenarnya bagaimana, yang jelas, Dira mengatakan bahwa ia sedih. Kafka pun hanya membalas seadanya.
Kafka bahkan hampir lupa bagaimana suara Dira jika Dira tak mengunggah video bersama Mama. Wajah Dira? tenang, Kafka tak sejahat dan semudah itu lupa.
Hanya saja...
Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFKA
Romance" Tak perlu meminta untuk menetap. yang sekadar singgah akan pergi, yang tersesat segera mencari jalan, yang dalam perjalanan akan segera datang. Aku, sedang dalam perjalanan pulang, singgah, hingga menujumu, rumah. ''