#6 Kafka's Letter.

381 14 0
                                    

*note: aku saranin kalian dengerin lagu Fiersa Besari- Pelukku untuk Pelikmu, ya!

Kafka mengenal Dira tak lama. Beberapa minggu sebelum resmi 'selesai' dengan Aca. Pun begitu sebaliknya. Sebelum bertemu Kafka, Dira kacau. Ia seringkali ingin bunuh diri. Putus Cinta, Mama, Papa, Insecure, Self Harming, dan segala macam faktor yang segala mempengaruhi otaknya. Hancur? Ya. Dira hancur sehancur-hancur nya. Sama seperti Kafka. Namun bedanya, Kafka masih bisa bersantai karena perasaan lelaki memang jauh berbeda dengan wanita, rapuh. Kafka juga sudah lebih dahulu merasakan apa yang Dira rasakan, bahkan mungkin lebih kacau. Keluarganya, Sekitarnya, dan Rasanya. Jauh hancur lebur.
Kafka yang menguatkan Dira. Dan Dira, yang menghapus segala luka Kafka secara perlahan. Banyak yang Dira ajarkan pada Kafka. Kontrol emosi, kurangi rokok, makan teratur, tidur cukup, dan segala macam perhatian yang Kafka rindu dan dambakan.
Kafka tak pernah protes dengan apa yang dilakukan Dira. Jika salah, Kafka tak segan untuk segera menegur Dira, namun tidak dengan keras atau kasar. Ia tahu, Dira tak suka dengan metode macam itu. Dira walaupun terlihat kuat, namun sangat rapuh. Cengeng. Sedikit-sedikit mengeluh. Namun, itu tak menjadi batasan atau alasan Kafka sebal dengan Dira. Seberapa sayangkah Kafka?
Entahlah. Kafka pun tak tahu. Yang ia tahu, Tuhan baik dengannya. Menghadirkan Dira disaat ia jatuh, menemaninya dari nol.
Dira memang tak secantik mantan-mantannya yang lalu. Dira juga selalu mengakui dira jelek. Pun Kafka begitu.

Dira memang tak cantik, tapi Dira indah.

Dira cerewet. Selalu dan terlalu khawatir terhadap Kafka, namun bukan berarti ia melarang Kafka ini-itu. Toh, Kafka tak bisa dilarang. Kafka ingin sebebas burung, sesuai dengan arti namanya.

Apakah Dira dan Kafka pernah bertengkar? Tidak. Kafka selalu memaklumi Dira yang terkadang masih seperti anak kecil. Pun Dira seperti itu. Berselisih faham? itu hal sepele. Ujungnya? baik-baik saja. Dengan Pelukan, atau bahkan kecupan.

Jika kamu membaca ini, Ivana Nadira, ada sesuatu yang ingin ku katakan;

Selalu jadilah dirimu sendiri. Jangan selalu berfikir yang lain dan yang tak mungkin. Selama aku, Tuhan, dan Kita, juga semesta masih disekitarmu, itu baik-baik saja. Jangan percaya omonganku, tapi kita lihat. Tuhan yang membuktikkan, waktu yang menunjukkan, kamu yang ku tujukan.
Lihat hatimu, lihat dirimu, lihat sekitarmu, dan lihat aku. Jangan pernah merasa sendiri.
Percaya atau tidak, terserah. Ini perasaanku, bukan perasaanmu. Jelas ini urusanku, bukan urusanmu. Aku mencintaimu, Nadira.

-Kafka

KAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang