#28

85 2 0
                                    

Keadaan menjadi sangat berbeda setelah Kafka mengatakan hal panjang lebar beberapa hari lalu setelah Dira menyatakan apa yang ia rasakan beserta pinta sederhana nya.
Tak tahu Kafka yang berhasil pergi menjauh, atau Dira yang kini memang sudah jenuh? atau mungkin saja, memang mereka sudah sangat jauh?
Kafka tak tahu dan tak mau tahu. Ia tak peduli. Ia egois? memang.
Sama sekali mereka tak bertukar kabar. Sosial media Dira pun jarang aktif, terlebih tak ada unggahan status atau semacamnya seperti yang biasa ia lakukan. Kafka menjalani harinya pun tanpa hambatan, ia enjoy dengan segala aktivitas dan apa yang ada sekarang ini. Ia menjalani apa yang menurutnya sudah rencana Tuhan.
Padahal,
Rencana Tuhan jelas bisa berubah. Asal, mau merubah.
Entah itu hanya penguat alasan Kafka agar bisa pergi, atau memang itu faktanya, tak ada yang tahu.

Info KKL pun telah tersebar luas di kalangan mahasiswa arsitektur angkatan 2017. Mereka berbondong-bondong memilih tujuan KKL. Bali, Jawa Barat, Kalimantan, bahkan Thailand menjadi opsi KKL tahun 2020 ini. Kafka telah menentukan sedari lama kemana ia akan KKL, yakni Thailand. Negeri Gajah Putih menjadi tujuan utama KKL nya sedari awal karena ia sudah memiliki plan yang mantap setelah KKL. Papa dan Mama juga tak masalah akan pilihan Kafka, mereka mendoakan dan selalu mensupport apapun demi kebaikan dan keinginan Kafka.
Dua bulan setelah masa pemberitahuan KKL, Tibalah waktu Kafka untuk berangkat KKL. Ia berangkat bersama 10 orang teman yang memilih Thailand sebagai tempat menempa diri. Selain 10 teman satu jurusannya, Kafka pun diantar oleh Nando, Cika, Bita, Bila dan.. Naya. Dira?
Kafka tak memberitahu Dira. Pun Dira dari beberapa hari lalu sebelum keberangkatan Kafka tak bisa dihubungi. Kafka juga tak meminta untuk Dira datang walaupun ia tahu jika Dira mengetahui pasti ia akan datang di barisan pertama.
Hampa memang. Sosok yang sebenarnya ia tunggu tak datang. Terlebih dahulu sebelum kejadian 'rumit' ini terjadi, Kafka telah merancang segala nya dengan indah dan teratur serta rapi. Bahkan, Dira berjanji akan memeluk Kafka, dan menjadi sebagai support system nomor satu di dunia Kafka.
Namun, saat menunggu keberangkatannya, ia kerap merasakan adanya Dira disekitarnya, seperti mengintai, atau lebih tepatnya mengamati dari jauh. Berkali-kali Kafka merasa diperhatikan, namun entah siapa. Bak segala penjuru arah dari bandara kini menatapnya secara diam-diam. Kafka sebisa mungkin untuk tetap tenang. Mungkin hanya perasaan Kafka saja.
Kini semuanya berubah, tanpa alasan yang jelas. Tak tahu rencananya hilang sekejap mata, atau hanya tertunda sementara.

Baik-baik disana. Aku harap, kamu melunasi hutangmu dulu, dir.
batin Kafka sebelum ia pergi meninggalkan keluarga dan kawan, juga memasuki pesawat Garuda yang sudah menunggunya.
************************************************
Perjalanan dari Bandara Adi Sumarmo menuju Thailand memakan waktu yang tak sebentar, membuat badan Kafka cukup pegal. Selama di pesawat pun Kafka hanya terlelap dua jam, sisanya? ia mendokumentasikan pemandangan dari atas, dan menulis sajak seperti biasa dibuku kecilnya. Hingga kakinya menginjak tanah Gajah Putih, belum juga ada kabar dari Dira. Hanya ada balasan dari Papa, Naya,Nando, dan Bita.
Kafka memasukan kembali ponselnya kedalam saku dan mengikuti rombongan yang lain menuju ke tempat dimana ia tinggal sementara.

Thailand sama halnya seperti Indonesia. Hanya bedanya tak ada WW, es kampul, nasi bandeng, gorengan bakar, usus bakar khas wedangan ringin atau manahan, dan juga.. ya. Kalian tahu apa yang tak ada disini tanpa diberitahu.
KKL Kafka dijadwalkan 6bulan, dan setelah itu kembali ke tanah air dengan membawa segenap ilmu dan juga persiapan mantap untuk berkarya nantinya. Tiap hari saat KKL pun ia masih bisa berkomunikasi dengan kerabat dan keluarga di Indonesia. Videocall tak jarang ia lewatkan, atau sekadar voicecall seperti biasa.
Bagaimana kabar Dira?
Sudah ada kabar darinya. Beberapa hari ia menunjukan eksistensinya dengan mengunggah poster novelnya yang dulu ia ceritakan akan segera terbit. Entah mengapa, ia sangat bangga.
Kafka berharap, dirinya juga bisa membuat orang lain bangga, sama seperti Dira dengan karya besarnya, dan 'ia' pun bisa bangga atas pencapaian sesuai perkataannya saat masih bersama dan mengkhayal masa depan.
Juga,
Bagaimana kabar dirinya dengan Naya?
Sama seperti Dira dulu. Tak ada ikatan, hanya berhubungan baik saja. Tentunya, naya masih menyimpan rasa untuk Kafka. Sedangkan dirinya? Tak ada rasa lebih dari sekadar nyaman hubungan pertemanan. Bukan karena trauma akan kejadian di bioskop, namun karena memang ia tak mau masuk dan mengalami fase rumit dan menyebalkan khas percintaan, membuat dirinya muak. Ia ingin fokus dan mencapai apa tujuannya.

Sempat Kafka tertegun saat melihat postingan Dira bersama seseorang lelaki, yang memperlihatkan mereka cukup akrab. Memang awalnya agak kesal, tapi seperti biasa, segera ia tepis rasa kesal dan memotivasi dirinya agar tak memikirkan hal tak penting.
Sama halnya manusia lain, tak bisa ia pungkiri jua.
Kafka tetaplah manusia dan juga seorang lelaki.
Ia tetap tak menyukai dan berusaha mencari tahu siapa lelaki itu.
Kapan, dimana, bagaimana, serta mengapa menghujani diri Kafka dengan segala pertanyaan yang berulang.

Apakah dira lupa akan janjinya?
Apakah dira telah berhasil melupakan Kafka?
Apakah.. ini karma untuk Kafka?

Kian bergejolak dan perlahan membuat Kafka sadar akan suatu hal;
Ia menghapus paksa rasa yang ada, berlaku semena-mena dengan melumpuhkan segala asa.
Ia rindu,
bukan,
Bahkan sangat rindu.
Giliran dirinya yang termakan rindu,
terkikis waktu,
terbawa sendu.
Tak bisa bergerak,
sulit berontak,
karena terhalang jarak.

KAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang