Peristiwa kemarin membuat Kafka tak fokus akan apa yang ia lakukan setelahnya. Senang, gugup, malu dan sebagainya yang menggambarkan sisi senang. Disisi lain, ia merasakan dilema, bimbang, dan juga..bukan dirinya.
Sedari kejadian semalam membuat tidur Kafka tak nyenyak. Bahkan, Kafka hari ini tak tidur sama sekali. Ia terpaksa membelalakan mata sebisanya untuk tetap memperhatikan dosen yang kini tengah menjelaskan materi. Untung saja ia duduk dibagian belakang Andi, teman kelas yang tinggi besar hingga lumayan menutupi pandangan dosen kearah Kafka.
Kafka berusaha sebisa mungkin untuk fokus agar otaknya mampu menangkap apa yang dijelaskan, namun nihil. Sama sekali ia tak menangkap secuil materi.
90 menit ia lalui dengan susah payah, tiba waktunya ia menunggu untuk mata kuliah kedua. Biasanya ia menunggu di WW atau bahkan pulang kerumah, tapi tidak kali ini. Ia memilih untuk bersantai di kantin tepi danau ditemani minuman dingin beserta rokok seperti biasa. Kampus dua terkenal akan cewek-cewek cantik, terbukti saat Kafka berjalan menuju arah kantin ia melihat pemandangan yang lumayan menyegarkan sesaat. Pun mereka juga melihat Kafka seperti 'ih ganteng banget' atau 'eh kafka tuh kafka.'
Wajar saja mereka begitu, Kafka cukup terkenal di kampus dan jurusannya. Terlebih, ia vokalis band yang namanya cukup sering muncul di event musik kota, bahkan luar.
Kafka memesan es teh kali ini, tak lagi es kampul. Bosan, seperti moodnya saat ini yang mengharuskan ia menunggu dua jam kedepan demi mata kuliah.
Seperti biasa jika ia bosan, menyalakan musik favoritnya. Kali ini ia memutar lagu dari Glen Fredly, Terserah.
Kafka memejam mata, mencari ketentraman diantara alunan lagu. Ia membuka matanya perlahan, melihat genangan air yang tampak berkilauan karena pancaran mentari. Perlahan, ia ikut melantunkan lirik, beriringan dengan sang penyanyi asli.
Terserah, kali ini..
Sungguh aku takkan peduli..
Kutak sanggup lagi jalani cinta denganmu..Ia membuka matanya seketika. Merasakan lagu ini tak cocok dengan moodnya.
Ia sanggup,
Ia masih mau peduli walau hanya secuil atau dalam diam,Kafka menghembuskan nafas.
' Hah, Terserah.' ucapnya sesambi menggarukan kepalanya kasar. Ia merasa frustasi.
Dira, Dira, dan Dira. Mengisi otaknya dari beberapa hari kemarin. Ingin ia bunuh gadis itu jika di dunia ini tak ada hukum atau ancaman penjara, dan juga.. jika tak ada rasa di lubuk hatinya.
Entah mengapa terkadang jika melihat unggahan video Dira bersama lelaki walau hanya teman, terasa sedikit sesak didadanya.
Apakah Dira merasakan hal yang sama?
Apakah Dira merindukan ku?
Tidak.
Tidak.
Jangan pedulikan.
Bukan urusanmu.
batin Kafka bergejolak. Menambah frustasi yang ia rasakan. Kafka meneguk minuman dingin tadi secara tak sabaran, berharap air tersebut bisa meredakan panas yang ada di hatinya.
Ponsel Kafka berdering, layar utama ponselpun nampak menunjukan nama yang baru saja membuat nya stress.
Dira.
' Kafkaaaa, dimana? ' isi pesan dari mpu disana. Kafka benar-benar dalam mood yang tidak baik.
Tapi, tetap saja segera membalas.
' Kepo.' balasnya.
' Ih serius iniiiii' kembali Dira membalas. Kafka menatap lekat layar ponselnya, bak ingin mengeluarkan emosinya.
' Kenapa emang ' kembali Kafka membalas.
' Dira kangen, hehe' balas Dira dengan 'hehe' nya seperti biasa.
' Ya terus? '
' Gapenting '
' Bukan urusanku juga ' jawab Kafka bertubi-tubi yang sedetik kemudian Dira langsung membaca pesan yang ia kirim barusan.
' hehehehe yaudah gapapa. yang penting kan aku bilang, daripada nantinya aku nyesel karena ga bilang,' balas Dira panjang lebar namun membuat Kafka sempat tertegun.
' Ooooooo ' balas Kafka karena tak tahu harus menjawab apa.
Apa Dira tak marah? kesal? Kafka benar-benar tak peduli itu jika Dira ingin tahu, dan mungkin Dira memang sudah tahu bahkan paham, tapi tetap saja seperti itu. Memang keras kepala, batu.
' hehehe iyaa ' balasnya menanggapi jawaban Kafka sebelumnya. Kafka tak berminat untuk melanjutkan percakapan dan hanya ia baca saja.
Kontak Dira pun masih disematkan di chat teratas, walau namanya telah diganti menjadi Dira, yang sebelumnya Diraku. Kafka malas melihat nama Dira. Dengan segera, ia melepaskan tanda semat pesan di kontak Dira.
Tak ada pesan lagi dari Dira. Biasanya, Dira pasti mengirim pesan lagi. Entah menanyakan sedang apa atau sudah makan atau belum. Tapi,kini?
Tak ada balasan lagi dari Dira.
Oh, Apakah Kafka menunggu? Hah, tidak mungkin. Membaca namanya saja malas apalagi membalas.
![](https://img.wattpad.com/cover/210953356-288-k455208.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFKA
Romance" Tak perlu meminta untuk menetap. yang sekadar singgah akan pergi, yang tersesat segera mencari jalan, yang dalam perjalanan akan segera datang. Aku, sedang dalam perjalanan pulang, singgah, hingga menujumu, rumah. ''