#38

138 6 0
                                    

Tiba hari dimana Kafka mengukir sebuah sejarah baru dalam hidup. Ia merealisasikan rancang rencana nya kala itu ketika ia duduk berdua dengan seorang gadis dikala senja.
Kafka bangun pagi kali ini, tanpa ada alarm, teriakan dari Mama atau bahkan suara nyaring dari kedua adik kembarnya. Kafka merasa bersemangat, bahkan tubuhnya pun sangat segar. Tanpa Kafka sadari, Mama Kafka melirik Kafka dari luar jendela yang tak sengaja tirai yang menggantung sedikit terbuka. Kafka tak kembali tidur seperti biasa. Ia membuka ponsel, mengabari Dira bahwa ia sudah bangun walaupun pada akhirnya belum ada balasan dari Dira yang masih menjelajah alam bawah sadarnya.
Pagi, siang, dan sore ini Kafka enggan keluar. Ia hanya ingin berada di dalam kamarnya, merencanakan pribadi acara nanti malam yang telah ia rancang kemarin bersama Lana.
Ah, ia pun mengabari Lana bahwa ia telah bangun dan merasa tak sabar. Ia benar-benar gugup kala ia membayangkan betapa cantiknya Dira malam nanti walau tak mengenakan gaun. Ia telah membayangkan semua tentang Dira nanti malam. Tatapan kaget, senyuman manis, hingga tangis haru yang diikuti dengan anggukan, pertanda Dira meng-iyakan lamaran.
Kafka tak henti-hentinya membayangkan rentetan kejadian manis nanti malam. Berharap semua yang ada di otak dan benaknya terjadi, bahkan jika Tuhan mengizinkan, Kafka mohon beri yang lebih.

Tak terasa senja mulai menghilang, dan muncul sinar rembulan. Kafka telah siap. Mengenakan kemeja hitam yang belum sama sekali ia pakai, sepatu semi formal dengan balutan kaos kaki seperti biasa, jam tangan mewah di pergelangan tangan kirinya yang kekar, serta gaya rambut yang menurut Kafka sangat membuat diri nya tampan bak pangeran. Terakhir, aroma soft-maskulin yang melekat di seluk beluk area tubuhnya.
Papa yang melihat dandanan Kafka dari jarak yang tak begitu dekat, mengernyit dahi keheranan.
' Tumben rapi, mau kemana?' tanya Papa sembari menatap anak sulung kesayangan. Ia mendekat kearah Kafka yang berjalan mengambil kunci mobil.
' Ada deh.' balas Kafka melirik Papa yang kini berdiri tepat di hadapannya. Mama mendekat kearah mereka berdiri, lalu mengelus rambut Kafka yang kini agak acak-acakan.
' Lagi bahagia, pah' ujar Mama. Kafka hanya diam.
Tanpa sadar, Kafka kembali melihat senyum Papa walau tak lama dan selebar senyum Dira.
' Aku pergi dulu.' ucap Kafka yang dibalas dengan anggukan dari kedua orangtuanya. Punggung Kafka kian menjauh dari posisi kedua orangtuanya berdiri tadi, diikuti bunyi mobil yang terdengar.
' Udah baikan ternyata. Emang ya anak muda,' ucap Mama menatap Kafka yang kini fokus mengeluarkan mobil dari garasi.
' Kita dulu gitu, Ma?' tanya Papa sambil merangkul mesra Mama. Mama menatap Papa, lalu menunjukan ekspresi malas walau tak serius.
' Gak, beda level sama modelan anak jaman sekarang.' jawab Mama yang dibalas dengan kekehan pria paruh baya tadi.
*************************************************
Kafka menunggu Dira dibawah kos seperti biasa. Tak lama, ia melihat sosok Dira yang menggunakan celana jeans dan kaos v-neck seperti biasa. Ia mendatarkan tatapan yang semula berbinar melihat penampilan Dira.
' Ganti, jelek. Makin jelek kamu.' ujar Kafka yang membuka kaca mobilnya. Dira menatap Kafka dari sebrang jalan, berdecak kesal atas apa yang Kafka lontarkan barusan.
' Biasanya aja gini tau, ih!' balas Dira sembari mengerucutkan bibir. Kafka masih memasang ekspresi wajah datar. Segera, ia mengisyaratkan Dira dengan tangan nya untuk berganti pakaian. Menangkap maksud Kafka, Dira akhirnya mengalah dan kembali ke kamarnya.
Kafka menutup kaca mobil, lalu membenarkan rambut dengan sisir kecil yang selalu ia bawa di waistbag nya.  Setelah itu, segera Kafka mengganti lagu yang mengalun di mobil sedari tadi dengan koleksi lagu nya yang bertemakan akan cinta, dan.. pernikahan.
Lagu pertama ia pilih dari Bruno Mars - Marry You. Membuat Kafka makin semangat malam itu.
Dipertengahan lagu, tak sadar Dira mengetuk pintu kaca mobil. Dira sedari tadi memperhatikan Kafka dari luar yang asyik bernyanyi dan menggerakan tangannya kesana kemari mengikuti alunan musik. Sadar akan kehadiran Dira, Kafka segera membuka kunci pintu.
Ia tertegun.
Matanya tampak kagum melihat sesosok Dira yang terbalut dress hitam selutut, memperlihatkan leher jenjang dengan model sabrina dress serta sepatu heels hitam dengan hak tak terlalu tinggi menghiasi kedua kakinya.
' Cantik,' ujar Kafka yang entah mengapa dengan mudah lolos dari mulutnya. Dira tersenyum manis, menampakan kedua lesung pipi yang indah.
Dira segera masuk kedalam mobil, karena ia tak nyaman sebenarnya menjadi pusat perhatian orang yang sedari tadi lalu lalang memperhatikannya.
' Tumben pake gituan, mau kemana?' ucap Kafka seolah-olah tak mengerti. Dira terlihat kikuk mendengar pertanyaan Kafka, sejenak ia berfikir.
' Mmm.. aku tiba-tiba pengen jadi princess! Iya, gitu!' jawabnya asal. Kafka mengernyitkan dahi, lalu merespon dengan senyuman lembut.
' Ooh gitu.' Kafka mengangguk.
' .. gagitu, Dira kan menyesuaikan kamu. Kamu rapi, masa iya aku gembel.' gumamnya yang sontak membuat Kafka menoleh.
' Baguslah peka' balas Kafka santai. Dira mengangguk, menyetujui pernyataan Kafka tanpa tahu apa maksudnya.

KAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang