Diary - 02

44 3 0
                                    

Seminggu kemudian.

Tidak terasa Ana sudah seminggu menetap di Indonesia. Dia sengaja tetap disini dan rela meninggalkan pekerjaannya di Rusia. Ana ingin melihat Kris siuman dari komanya dan itu satu-satunya keinginan dia saat ini.

"Ana kamu mau kemana?" Tanya Anita saat melihat Ana pergi keluar dari kamar rawat Kris

"Aku hanya ingin mencari udara segar bi." Jawab Ana singkat

Anita hanya mengangguk paham dan membiarkan Ana pergi, mungkin dia lelah juga menunggu Kris yang belum siuman

**

Ana turun dari mobil, dia melangkahkan kakinya masuk ke salah satu Club malam. Jangan heran jika melihat gadis secantik Ana mau memasuki tempat mengerikan seperti ini, berbeda pastinya dengan Kris yang merupakan gadis baik-baik, tapi Ana tidak sebaik yang terlihat di balik wajah malaikatnya dia sebenarnya merupakan gadis berandal.

Mengunjungi tempat kotor seperti ini sudah menjadi kebiasaan Ana terutama saat dia merasa sedang stress maka dia akan menghabiskan malamnya minum minuman keras di club atau bar.

"Vodka" pinta Ana saat melihat tatapan barista tampan dihadapannya

Barista tampan itu tersenyum manis kearah Ana, kemudian memberikan segelas Vodka kepada Ana.

"Segelas vodka untuk Nona Cantik." Goda barista itu

"Thank you"

Ana hanya tersenyum simpul sambil mengucapkan terimakasih.

Ana menghabiskan setengah malamnya di Club itu, dia meminum berbagai macam minuman keras disana tapi untungnya dia tidak mabuk. Sepertinya Ana sudah biasa minum banyak terbukti dia tidak mabuk sama sekali walaupun sudah dicegoki banyak minuman haram itu.

01.15 am

Ana melihat jam ditangannya dan tidak terasa sudah berganti hari, dia teringat Kris di rumah sakit.

"Sebaiknya aku balik ke rumah sakit" batin Ana sedikit cemas.

Ana pun segera meninggalkan club tersebut, dia melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai menuju tempat parkir yang terletak di belakang Club.

Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil Ana dari kejauhan, membuat perhatian Ana teralihkan kepadanya.

"Ana."

Mata Ana melirik sosok pria tinggi yang berdiri tidak jauh darinya itu.

"Kau, bagaimana kau bisa tau namaku?" Tanya Ana heran

Pria tinggi nan tampan itu mendekati Ana, senyum tampan di wajahnya tidak hilang dari wajahnya. Dia menjulurkan tangannya memberikan sesuatu kepada Ana.

"Sapu tangan anda tertinggal Nona Anastasia" ujar pria itu santai

Ana tersenyum simpul, pantas saja pria itu tau namanya. Karna di sapu tangan itu terukir namanya.

"Padahal kita tidak banyak mengobrol, dan beruntungnya kau bisa tau namaku Tuan Barista" ujar Ana dengan nada suara menyindir

Pria tampan yang diketahui barista yang melayani Ana tadi hanya tersenyum, dia tidak ada hentinya menampakan senyuman manisnya kepada Ana.

"Corbyn, salam kenal Ana"

Barista tampan itu menjulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Ana, bahkan dia memberitahu namanya dengan senang hati kepada Ana.

"Selam kenal juga, Mr. Corbyn. Sebaiknya kau kembali bekerja jika tidak mau dipecat!"

Ana mengembangkan senyum manisnya dan juga menolak uluran tangan Corbyn, dia melirik kearah belakang Corbyn. Melihat arah pandang Ana membuat Corbyn penasaran dan juga ikut berbalik.

Diary SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang