Diary - 40

19 2 0
                                    

Madrid, Spanyol

Ana, gadis malang itu sekarang berada di sebuah tempat yang ntah berantah letaknya.

Dia dikurung di dalam gudang di sebuah pabrik bekas. Keadaannya sangat memprihatikan, tubuhnya diselimuti luka dan lebam. Rambut coklat kepirangannya juga sudah ditertutupi oleh bekas darah yang sudah mengering.

Selama Dia dikurung, tidak ada yang menyiksanya. Dia hanya dikurung begitu saja dengan kondisi tangan dan kaki diikat di kursi, mulutnya di lakban dan matanya di tutup dengan kain hitam.

Krittt

pintu gudang itu tiba-tiba dibuka, seseorang masuk ke dalam menemui Ana yang sudah seharian dibiarkan sendiri.

Dia menghampiri Ana dan berdiri tepat didepan Ana. Tangannya dengan lihai membuka tutup mata Ana dan juga lakban di mulut Ana.

Ana perlahan menatap sosok didepannya, matanya bergerak melirik sosok itu dan seketika tatapan matanya menajam saat melihat siapa sosok didepannya itu.

"Samuel"

Satu nama meluncur keluar dari mulut Ana. Sosok di depannya itu adalah Samuel mantan rekan bisnis kakeknya.

"Hai Nona Ana, kita jumpa lagi" Sapanya sinis

Ana hanya menatap tajam pria itu, tangannya mengepal kuat menahan emosi. Dia tau sekarang mengapa dia bisa ada disini

"Apa seperti ini cara kau membalas dendam. Apa kau tidak malu" Ejek Ana sinis

Samuel yang mendengar ejekan sinis Ana, hanya mengembangkan seringainya.

"Aku tidak malu sama sekali, ini adalah cara mainku Ana dan sayangnya cara mainku ini ternyata berhasil membuat kau terkurung disini tanpa siapa-siapa haha"

Samuel tertawa senang mengatakan semua itu. Dia sangat senang melihat Ana dalam keadaan seperti ini

"Jadi apa mau kau? Mau sampai kapan kau mengurungku disini? Cepat siksa aku jika kau mau, jika terlalu lama aku tidak jamin kau bisa keluar hidup-hidup dari sini. aku jamin kakekku akan langsung membunuh kau tepat setelah melihat bayangan kau saja"

Ana masih saja mengejek Samuel, dia memandang remeh Samuel

Plakkk

Sebuah tamparan mendarat di wajah cantik Ana, membuat sudut bibir Ana robek dan berdarah akibat tamparan keras tersebut

Tangan Samuel terangkat menjambak kasar rambut Ana. Membuat kepala gadis itu mendongak kearahnya

"Kenapa lidah kau itu sangat lancar sekali menghina ha" Ujar Samuel berang

Ana yang mendengar itu malah tersenyum senang, dia mengembangkan seringainya dan dengan santainya Ana mengerakkan lidahnya dengan sensual menjilati darah di sudut bibirnya. Lalu menelan darah itu dan mengigit bibirnya dengan gerakan yang sangat sensual yang menggoda.

"Haha. Kau lucu sekali Samuel, membuat ku tidak bisa mengalihkan perhatian ku" Goda Ana yang terdengar sangat menyeramkan

"Kau tau, walaupun kau berhasil menangkap dan menyiksaku. kau tidak akan bisa membunuhku. Kau tidak sebanding denganku" Sambung Ana meremehkan

Bukkk

Braakkk

Samuel yang murka meninju perut Ana dan mendorong kursi yang mengikat Ana hingga membentur tembok di belakangnya.

"Aaakhhh.."

Ana merintih kesakitan saat perutnya ditinju, ingat kah kalian jika Ana itu sedang hamil.

Diary SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang