Diary - 04

43 3 0
                                    

Hari pemakaman.

Hari ini terasa sangat dingin, seluruh air mata jatuh bercucuran tepat di hari pemakaman Kris. Tidak banyak yang datang di pemakaman Kris, ini semua permintaan sang kakek dan juga Ana. Pemakamannya hanya di hadiri oleh anggota keluarga inti, bahkan teman dan pihak sekolah Kris tidak tau berita kematian Kris atas permintaan Ana langsung.

"Ana, sebaiknya kamu segera balik ke Rusia dengan kakek"

Ujar seorang pria tua yang diketahui adalah kakeknya Ana. Ana menatap kakeknya datar, dan kemudian dia berujar dingin

"Tidak, aku tidak akan balik sekarang kek"

"Kenapa?" Tanya kakeknya heran

"Aku hanya ingin disini menemani Kris untuk sementara" jawab Ana dingin

Kakeknya hanya diam menatap sang cucu yang sebenarnya dia tau pasti Ana masih terpukul atas kepergian adiknya.

"Baiklah, jika itu maumu Ana. Kakek harus pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik Anastasia" bisik kakeknya dan segera berlalu pergi

Setelah cukup lama di depan makam Kris, Ana pun segera pergi meninggalkan tempat itu. dia berusaha mengiklaskan kepergian Kris walaupun berat.

Tapi tanpa Ana dan keluarganya sadari, terlihat sosok misterius dengan pakaian serba hitam menggunakan hoodie hitam, kacamata hitam bahkan masker hitam berdiri diluar pemakaman menatap makam Kris dari kejauhan. Bukan itu saja bahkan matanya juga tidak lepas dari Ana yang menjadi orang terakhir yang pergi meninggalkan makam tersebut.

**


Dua Minggu kemudian.

Tidak terasa kepergian Kris sudah berlalu, tapi Ana masih merasakan duka yang mendalam atas kepergiannya. Seolah dia belum menerima kepergian sang adik. Sangat berat sekali baginya saat ini.

"Ana, apa kamu di dalam?" panggil seseorang dari luar kamar

Pintu kamar itu terbuka dan memperlihatkan sosok Ana yang tampak berantakan dengan penampilan yang acak-acakan seperti orang yang depresi. Ana menatap sang bibi dari ambang pintu sambil berujar

"Ada apa bi?" Tanya Ana dingin

"Ana, ini sudah dua minggu berlalu. Kita harus memberitahu pihak sekolah Kris bahwa Kris telah meninggal. Sudah beberapa hari ini pihak sekolah menelpon bibi menanyakan kabar Kris." Jelas Anita

Ana terdiam sejenak, tak lama dia menatap Anita bibinya.

"Teruslah berbohong, aku tidak mau pihak sekolahnya ataupun orang lain tau Kris sudah meninggal." ujar Ana dingin

Anita terpaku mendengar ucapan Ana yang terdengar sangat aneh itu. Anita mendorong Ana masuk ke dalam kamar, dan menariknya duduk di atas kasur. Anita menatap Ana lembut sambil mengelus rambutnya pelan.

"Sebenarnya apa yang kamu rencanakan Ana?" Tanya Anita

Ana masih terdiam menikmati sentuhan lembut bibinya pada kepalanya, seberapa acuh dan dinginnya Ana kepada Anita tetap saja Anita bibinya. Dan dia butuh wanita lembut seperti Anita disampingnya, sikap Anita mengingatkan dirinya kepada ibunya.

"Aku merasa aneh dengan kematian Kris bi." Ujar Ana terputus sembari termenung dan tak lama dia kembali berujar

"Aku yakin kecelakaan yang dialami Kris bukan kecelakaan biasa, mana ada orang kecelakaan mendapat luka sayatan dan juga memar dari sebuah pukulan di tubuhnya. Bukankah itu ganjil? aku sudah melihat catatan medis dan melihat langsung semua luka itu di tubuh Kris."

Anita terdiam, jujur saja dia juga sebenarnya merasa ganjil dengan kecelakaan yang dialami oleh keponakannya Kris. Ditambah lagi Kris yang tidak mengizinkan dirinya untuk melaporkan kejadian itu.

Diary SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang