Diary - 13

28 3 0
                                    

"Ana"

Ana yang merasa terpanggil menoleh melihat siapa yang telah memanggilnya itu

"Kau, bagaimana bisa.."

Ana kaget melihat sosok laki-laki di hadapannya itu, yang membuat Ana kaget adalah bagaimana bisa laki-laki itu tau nama Ana.

"Kenapa kau terkejut ha?" Tanya laki-laki itu santai

Ana mendekati laki-laki itu, tatapan matanya menunjukan rasa penasaran.

"Liko, Kenapa kau memanggilku Ana?" Tanya Ana akhirnya kepada laki-laki yang ternyata adalah Liko

"Bukankah itu namamu" ujar Liko dengan santainya

"Namaku Kris" ujar Ana penuh penekanan, dia khawatir apakah penyamarannya terbongkar

"Kau Kristina kan, apa kau lupa. Kalau aku memang memanggilmu dengan sebutan Ana bukannya Kris" jelas Liko yang membuat Ana terdiam

"Benarkah?" lirih Ana pelan

Ana tidak ingat bahwa Kris ada menuliskan panggilan Liko kepadanya. Benarkah yang dikatakan Liko, Ana merasa ada yang aneh pada diri Liko.

"Ana" panggil Liko lagi

Ana yang tadinya melamun tersadar berkat panggilan dari Liko yang menyadarkannya.

"Ada apa?" Tanya Ana ketus

"Kita harus menyelesaikan hukuman ini, kau mau seminggu berturut-turut mengerjakan ini?" omel Liko yang terdengar aneh di telinga Ana

"Ternyata dia bisa mengomel juga ya" batin Ana

Liko meninggalkan Ana, Ana hendak menyusulnya tapi sebelum itu Ana tampak mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu disana

'Cari tau siapa Liko Erlangga Ramsey!!'

Tulis Ana dan segera berlalu pergi menyusul Liko.

**

Sekarang Ana dan Liko sedang sibuk mencabuti rumput di belakang sekolah, sesekali Liko mencangkul rumput Liar yang sulit dicabut, dibantu oleh Ana.

Keduanya terlihat sangat kelelahan, terlihat keringat keduanya bercucuran. Bahkan Liko sudah melepaskan seragamnya menyisakan celana abu-abu dan kaos hitam yang dikenakannya.

Berbeda dengan Ana, gadis itu mengikat rambut pendeknya dan mengulung lengan kemejanya untuk mengurangi kegerahannya.

Dari kejauhan terlihat Hazel dan Kevin berjalan di koridor dekat taman belakang, mereka asyik bercengkrama berdua, sampai akhirnya

"Zel, bukannya itu Liko sama Kris" tunjuk Kevin

Hazel mengadahkan pandangannya melirik kearah yang ditunjuk oleh Kevin. Matanya membelalak lebar.

"Kev, kita gak mimpikan?" Tanya Hazel heran

"Gak ini nyata Zel" jawab Kevin menyakinkan

"Sejak kapan Liko sama Kris dekat" ungkap Hazel penasaran

Kedua sahabat karib itu menatap tidak percaya dan hal yang lebih tidak masuk akal bagi mereka berdua adalah

"Dan sejak kapan juga Liko mau ngerjain hukumannya. Ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Liko Zel"

ucap Kevin histeris, tidak menyangka sahabatnya itu mau mengerjakan hukuman berat seperti itu, padahal Liko suka sekali melanggar dan mengabaikan hukuman dari guru bahkan kepala sekolah

"Ini tidak bisa dibiarkan, kita harus hampirin mereka"

Hazel langsung menarik Kevin untuk menghampiri Liko dan Ana. Mereka berlarian bak orang dikejar hantu dan tak lama sampailah Kevin dan Hazel tepat dihadapan Liko dan Ana

"Liko What the Fuchhhhhh..." teriak Kevin heboh

"Kevin kau kenapa teriak gak jelas?" Tanya Liko heran

"Liko kau sehatkan?" Tanya Hazel

Ana yang melihat keabsrudkan kedua teman Liko itu dibuat heran dan tidak percaya bahwa anak-anak yang disebut-sebut gangster di sekolah ini ternyata bisa berperilaku konyol seperti yang matanya lihat sekarang ini.

"Aku sehat jasmani dan rohani" jawab Liko santai

"Kau gak sehat Liko" tambah Kevin

"Diamlah! Daridapa banyak omong, bagus kalian bantu aku dan Ana menyelesaikan ini semua"

"Ana siapa?" Tanya Hazel heran

"Kristina" jawab Liko singkat sambil melirik Ana yang berdiri tepat di sampingnya.

"Baiklah, Tapi apa imbalannya kalau kami bantuin kamu" Tanya Kevin mengharapkan imbalan dari Liko

"Aku traktir kalian nanti malam sepuasnya."

Mendengar kata traktir membuat Kevin dan Hazel menyeringai senang dan setelahnya kedua pemuda tampan itu ikut turun tangan membantu Liko dan Ana.

Ana yang melihat tingkah ketiga bocah itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Mereka itu kacungnya atau sahabatnya" batin Ana heran



02.25 pm

Tidak terasa sudah dua jam berlalu setelah Kevin dan Hazel menolong Ana dan Liko. Dan bagi Ana ini sudah 4 jam berlalu. Dan tidak terasa sudah lewat siang dan Ana bersama Liko baru saja menyelasaikan hukuman yang seharusnya siap seminggu tapi siap hanya dalam 4 jam. Mereka berempat bekerja sama dengan baik untuk menyelesaikan hukumannya.

"Ahh~ lelahnya.." gumam Kevin kecapek-an

Mereka berempat sekarang sedang duduk di pinggir lapangan, terlihat wajah lelah di wajah tampan dan cantik mereka.

Tak lama setelah acara mengeluh Kevin seorang pria culun datang membawa beberapa botol air minum dan camilan.

"Hazel, ini pesananmu" ujarnya ketakutan

Ana yang melihat itu bisa langsung menduga bahwa ini salah satu bentuk kekuasaan yang dimiliki oleh mereka bertiga

"Minumlah, kau pasti haus"

Liko memberikan sebotol air dingin kepada Ana, Ana mengambil itu dari tangan Liko dan berujar sinis

"Ternyata kau punya banyak budak di sekolah ini" sindir Ana tajam

Liko menyeringai mendengar sindiran Ana, bahkan Kevin dan Hazel juga ikut mengembangkan seringainya. Seolah mereka menunjukan taringnya kepada Ana sekarang.

"Bersyukurlah karna kau bisa berada di dekat kami" jawab Liko tak kalah sinis

"Apa kalian akan melindungiku?"

Pertanyaan Ana membuat ketiga pria itu terdiam, Ana dapat melihat tatapan datar dari ketiga pria itu. Ana sadar tidak ada satu orangpun di sekolah ini yang mau berteman dengannya atau lebih tepatnya dengan Kris adiknya. Percuma saja Ana berharap kebaikan dari orang-orang seperti mereka ini.

"Sebaiknya aku pergi"

Setelah mengatakan itu Ana berlalu pergi meninggalkan Liko, Kevin dan Hazel. Ana tampak sangat kesal dengan sikap dingin ketiga pemuda itu.

"Apa yang akan kita lakukan Liko?" Tanya Hazel tiba-tiba

"Lihat dan tunggu saja" jawab Liko singkat

**

Ana berjalan di koridor menuju kelasnya, dia harus masuk pelajaran terakhir hari ini jika tidak dia akan dibuat membolos lagi oleh gurunya.

Saat diperjalanan menuju kelas, seperti biasa tatapan intimidasi dari beberapa siswa-siswi yang lewat mengelilinginya.

Ana hanya diam mengacuhkan semua tatapan sinis kepadanya, dia juga tidak peduli dengan semua bisikan dan cacian yang keluar dari mulut mereka.

Semua itu Ana dengar dan rasakan sampai akhirnya langkah kakinya terhenti di depan kelas 3C. Beberapa siswi menghalangi langkah kakinya. Ana melirik nametag siswi didepannya itu.

"Bella."


-tbc

Gimana makin greget gak? Jgn lupa Votenya yaa!!

Diary SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang