Kiera menatap beberapa gaun berwarna putih yang ada pada butik tersebut dan tak ada satu kata pun yang bisa keluar dari mulutnya.
Okay, ini semua benar-benar membuat dirinya pusing.
Rasa excited Tiffany tidak membantu sama sekali karena sedari tadi Tiffany menyodorkan berbagai model gaun pengantin ke arahnya, membuat Kiera semakin bingung akan memilih yang mana.
Kesedihan tiba-tiba saja muncul dari dalam hati Kiera, mengingat bahwa seharusnya tunangannya yang berada disini menemaninya, bukannya adik tunangannya.
Entah kenapa tiba-tiba Kiera tak dapat mendengar kebisingan Tiffany lagi, yang kemungkinan besar Tiffany sedang ke ruangan lain atau ke kamar kecil dan sekarang Kiera hanya tinggal berdua dengan calon mertuanya.
"Kiera sayang. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu?" Sherly mengelus puncak kepala Kiera dengan tangan kanannya.
"Mmm... Tidak ada apa-apa, Mom. Aku hanya... Entahlah, sebenarnya hatiku ingin Terrence ada disini dan membantuku menentukan gaun mana yang seharusnya kukenakan saat hari pernikahan kita. Tapi sekarang dia justru tak ada." Sherly memasang senyum di wajahnya, berusaha menghibur calon menantunya.
"Hey, Kiera. Jangan bersedih, okay? Mom dan Tiffany ada disini untuk membantumu. Nanti kau dan Terrence bisa datang kesini lagi jika kau kurang cocok dengan pilihanmu sekarang, bukan?" Sherly menyelipkan rambut calon menantunya itu ke belakang telinga, lalu tersenyum kembali.
"Baiklah, Mom. Terima kasih."
"Sama-sama, sayang. Sekarang ayo kita cari lagi gaun yang menurutmu pas untuk pernikahanmu."
***
Kiera melangkah keluar dari fitting room dengan menggunakan gaun panjang dan indah, ditambah dengan dekorasi rumbai-rumbai dan bunga kecil di bagian tengah, menambah keindahan gaun tersebut.
Sherly dan Tiffany yang sudah menunggu beberapa saat di luar, dibuat terkagum-kagum saat melihat Kiera.
"Oh My God, Ki. Gaun ini. 100% gaun ini yang harus kau pilih dan gunakan di hari pernikahanmu." Itu yang keluar dari mulut Tiffany saat melihat calon kakak iparnya. Sedangkan Sherly hanya mengangkat kedua ibu jarinya, menyetujui setiap perkataan yang keluar dari mulut Tiffany.
"Lihat sini, Ki. Aku akan mengirim foto ini ke Terrence." Kiera tersenyum awkward dan hanya perlu menunggu beberapa saat sebelum Terrence menjawab.
"Okay, itu indah. Tapi bukankah gaunnya terlalu terbuka?" Tiffany membaca pesan yang dikirimkan oleh kakak laki-lakinya itu dengan sedikit kesal.
Tiffany yang kesal dengan kakaknya tersebut, akhirnya memutuskan untuk melakukan video call agar mereka bisa berkomunikasi dengan lebih mudah.
"Apa kau yakin bahwa gaun ini terlalu terbuka, Terrence? Kurasa gaun ini baik-baik saja dan pas untuk Kiera." Tiffany bahkan rela berjalan memutari Kiera, menunjukkan gaun tersebut dari tiap sudut.
"Can I talk to Kiera?" Kelihatannya usaha Tiffany untuk merekam gaun yang dikenakan Kiera saat ini sia-sia, karena pada akhirnya yang dicari oleh kakaknya itu adalah Kiera.
Tiffany menyerahkan smartphonenya ke Kiera, lalu dia memutuskan untuk duduk di sebelah ibunya sambil menunggu pasangan itu saling video call.
"Hey, Ki." Kiera bisa melihat senyum di wajah Terrence. Entah kenapa melihat calon suaminya itu membuat dirinya terhibur. Walaupun sebenarnya masih ada alasan agar Kiera merajuk pada Terrence.
"Hey..."
"Jadi, bagaimana? Apa kau menyukai gaunnya?"
"Hmmm... Yeah. I think so." Kiera menatap ke arah gaun yang sekarang dia kenakan, lalu sekilas melihat ke cermin apa memang betul dia menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)
Любовные романыThe second book of Carsson Family Series [CFS #2] Tujuan hidup seorang Terrence Carsson? Tentu saja menikahi Kiera, kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama bertahun-tahun. Tujuan hidup itu tercapai, Terrence berhasil menikahi Kiera. Di...