31

3.7K 212 5
                                    

"Aku disini, Ki. Aku selalu ada untukmu. By the way, aku sangat merindukanmu."

Kiera menjauhkan kepalanya yang awalnya bersandar di dada Terrence, lalu memukul dada pria itu.

"Kenapa kau bisa ada disini? Seharusnya kita tidak boleh bertemu." Kiera memasang wajah kesal, tetapi Terrence mencubit pipi Kiera dan menciumnya.

"Apa kau tak merindukanku?"

"Aku bertanya dan kau justru bertanya balik, Terrence." Kiera memutar bola matanya.

"Aku kebetulan saja ada urusan di New York. Lalu aku tak sengaja melihatmu berjalan dan aku memutuskan untuk mengikutimu." Kiera menatap mata Terrence dengan dalam, mencari kepastian. Kelihatannya pria itu mengatakan yang sesungguhnya.

Hahahaha. Dalam mimpi. Tentu saja Terrence tak secara kebetulan berada di New York. Dia memang sengaja pergi kesini karena terlalu merindukan Kiera dan berharap wanita itu keluar rumah.

Jangan ditanya seberapa sering Terrence bolak balik dari Los Angeles ke New York hanya untuk menemui Kiera. Terrence biasanya menunggu di depan rumah Kiera, di dalam mobil. Kacamata hitam selalu tertengger di batang hidungnya agar dia tak mudah dikenali.

Kiera memang orang yang tidak peka. Bagaimana bisa dia tak merasa curiga ada mobil milik orang lain berada di depan rumahnya?

Kebiasaan Terrence yang datang ke rumah Kiera dan menunggu, biasanya berujung dengan kekecewaan. Wanita itu jarang keluar rumah. Ini ketiga kalinya dalam enam bulan Terrence menemukan Kiera keluar dari rumah.

Sisanya? Terrence hanya membuang-buang waktu dan uang hanya untuk bertemu dengan wanita itu.

Terrence tahu bahwa dia tak boleh bertemu dengan Kiera. Di pertemuan pertama dan keduanya, dia sanggup menahan diri. Tapi untuk kali ini... Terrence sudah tak sanggup lagi.

Terrence terlalu merindukan Kiera, merindukan wanita itu yang biasanya ada dalam pelukannya, merindukan wanita yang selalu memberinya kasih sayang. Terrence tidak sanggup lagi untuk melepaskan segala kerinduannya dengan Kiera.

Melihat Kiera menangis tersedu-sedu di samping makam neneknya membuat Terrence ikut merasakan hatinya tertusuk-tusuk. Bagaimanapun juga, Terrence sangat bersyukur Bertha sangat menyayanginya dan berharap dia bisa menjadi sosok yang menjaga Kiera kelak. Tapi apa yang Terrence lakukan? Terrence selalu melukai hati Kiera.

Saat itu Terrence berjanji, bahwa dia tak akan lagi membiarkan setetes air mata kesedihan jatuh dari mata Kiera. Terrence sudah berubah. Dia bukanlah orang yang egois dan mementingkan keinginannya sendiri lagi sekarang.

Setelah dia mendapat ceramah dari adiknya dan berada jauh dari Kiera, Terrence menyadari semuanya. Dan Terrence benar-benar ingin memperbaikinya saat ini. Terrence yakin dia tak akan membuat kesalahan yang sama lagi.

"Terrence..." Kiera melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Terrence, melihat pria itu dengan bingung.

"Yes, babe?"

"Kau melamun. Kau memikirkan apa?"

"Tidak ada apa-apa." Terrence kembali memeluk Kiera.

"Aku lapar. Ayo kita makan. Oh, iya. Temani aku belanja juga."

"Baiklah, babe. Let's go." Terrence menggandeng tangan Kiera, lalu mereka berjalan menuju ke mobil Terrence untuk pergi ke restoran sebelum berbelanja.

***

"Sebenarnya apa yang membuatmu bisa betah di dalam rumah seharian, Ki?"

"Hmm?" Kini mereka berdua sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi. Terrence meletakkan tangannya di bahu Kiera, setengah memeluknya.

Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang