16

4.6K 286 7
                                    

Kiera terbangun dari tidurnya saat dirinya mendengar rengekan dari bayinya. Kiera mengusap matanya yang masih terasa perih karena semalaman dia terbangun untuk menyelesaikan novel yang dibuatnya.

"Good morning, El. Are you hungry?" Kiera mengambil bayi laki-lakinya yang awalnya terbaring di boks bayi dan sekarang sudah ada dalam pelukannya.

Kiera mengecup kening anaknya yang akan beranjak berusia delapan bulan itu. Jangan ditanya seberapa besar kasih sayang Kiera pada Elvano, anak laki-lakinya itu.

Sejak kejadian sekitar dua tahun lalu dimana Terrence meninggalkannya, Kiera benar-benar merasa hancur dan tak ada harapan untuk hidup lagi. Seperginya dari rumahnya di Los Angeles saat itu, Kiera langsung pergi ke bandara dan memesan tiket menuju ke New York. Kiera berencana akan memulai kehidupannya yang baru di tempat lain.

Los Angeles terlalu penuh dengan kenangan dan kejadian buruk untuknya. Kiera yakin dia pasti bisa memiliki hidup yang lebih baik di New York. Kini dia tak usah lagi dipusingkan dengan hubungan rumitnya dengan Terrence dan bisa lebih terfokus dengan dirinya sendiri sebagai seorang penulis.

Apa yang tak pernah terlintas dalam benak Kiera adalah dirinya bisa mengandung. Saat itu dia tak berhenti muntah-muntah selama beberapa hari dan tamu bulanannya pun juga tak kunjung datang, membuat Kiera curiga bahwa dirinya sedang hamil. Kabar yang didapatnya dari dokter membuat Kiera terkejut setengah mati karena dia benar-benar hamil.

Kiera tak pernah sekalipun terpikirkan untuk menggugurkan atau memperlakukan hal buruk lainnya ke anaknya itu karena melalui kehamilannya itu, Kiera mendapat secercah harapan kembali.

Masa kehamilannya bisa dibilangkan sangat melelahkan, tapi saat bisa merasakan Elvano dalam gendongannya, dia tak menemukan penyesalan sama sekali.

Selain itu, Kiera harus banyak berterima kasih pada William karena pria itu banyak membantunya.

Kiera sendiri juga tak tahu bagaimana dia bisa bertemu dengan William secara tidak sengaja di salah satu restoran di New York dan Kiera langsung menceritakan segalanya pada William, sahabatnya semasa SMA itu.

Saat mendengar cerita Kiera bahwa Terrence mengabaikannya dan meninggalkannya begitu saja, William sudah siap menghancurkan kehidupan Terrence, tapi Kiera selalu menahannya karena dia tak ingin Terrence mengetahui keberadaannya.

Mengingat-ingat Terrence kembali membuat hati Kiera terasa sesak. Bagaimana pria itu merayunya untuk berdamai kembali dan dalam semalam pria itu kembali meninggalkannya. Tapi Kiera masih bisa mensyukuri kejadian malam itu, karena kejadian itu yang membuatnya bisa memiliki Elvano saat ini. Selebih itu, Kiera hanya bisa merasakan sakit hati.

Elvano merengek, membuat Kiera kembali ke alam nyata dan menggendong anaknya menuju ke meja tempat dia meletakkan susu untuk Elvano.

"I love you, El." Kiera mengelus pipi anaknya itu yang terasa sangat halus, bisa melihat kemiripan Elvano dengan ayahnya. Mata biru, rambut pirang, dan ketampanan Terrence benar-benar diturunkan pada Elvano. Kiera rasa dirinya hanya kebagian sedikit gen pada penampilan anaknya itu.

"Kiera!" Kiera bisa mendengar suara William yang berteriak dari bawah.

"Aku di atas." Dalam beberapa saat, Kiera bisa melihat William berdiri di ambang pintu dan melangkah mendekat ke arahnya yang sedang duduk di ranjang sambil menggendong Elvano.

"Hey, El." William memegang tangan kecil Elvano, memainkannya. William duduk di samping Kiera dan menatap anak sahabatnya itu.

"Will..."

"Hmmm?"

"Terima kasih untuk segalanya. Kau tahu... Kau tak usah datang jika sedang repot atau..."

"It's okay, Ki. Aku hanya ingin membantumu."

"Apa Pam tidak masalah jika kau sering datang kesini?" Kiera bertanya, berusaha mendapat kepastian apakah Pamela, kekasih William, tidak cemburu dengan kedatangan William yang rutin ke rumah Kiera.

"Pam wanita yang dewasa. Dia tidak akan cemburu tanpa alasan yang jelas. Lagipula, Pam juga tahu bahwa aku sudah move on darimu. Apalagi kau sudah punya El."

"Baiklah. Terima kasih, Will. Kau teman yang baik."

"Tentu saja."

"Mamamama..." Botol susu yang awalnya ada di mulut Elvano sekarang sudah terlepas dan bayi kecil itu mulai mencari perhatian dari ibunya.

"Yes, baby?" Kiera tersenyum bahagia saat melihat anaknya itu. Kiera tahu kebiasaan Elvano yang sangat manja dan selalu minta dipeluk setelah minum susu.

"Syukurlah, Ki. Aku senang bisa melihatmu bahagia kembali." William berujar pelan, tak tahu apakah sahabatnya sejak SMA itu bisa mendengar perkataannya atau tidak. Tapi William benar-benar bersyukur bahwa sahabatnya itu sudah melalui masa susahnya.

Elvano adalah harapan hidup bagi Kiera saat ini.

***

Terrence menghela napas kesal, memijat keningnya dengan tangan kanan. Tiba-tiba pintu dibuka dari luar dan Terrence bisa melihat Tiffany masuk ke dalam ruangan kerjanya.

"Terrence, jika kau merasa lelah, kau harus beristirahat. Aku bukan babysitter-mu, okay? Aku tidak selalu..." Tiffany meletakkan kantong coklat berisi makan siang untuk kakaknya itu di meja kerja Terrence.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menjadi babysitter-ku, Tiff. Pergilah."

"Iya, kau memang tidak pernah menyuruhku. Tapi apakah kau sadar bahwa kau membutuhkan perhatian dari orang lain?!" Tiffany sedikit meninggikan nada suaranya saat berbicara barusan, terlalu kesal karena kakaknya yang satu ini tak kunjung sadar.

Tiffany tahu bahwa kakaknya kehilangan perempuan yang sangat dicintainya, tapi bukan berarti hidup berhenti begitu saja. Masih banyak kebahagiaan yang bisa dikejar. Terrence hanya... Entahlah. Tiffany sendiri tak bisa menghakimi kakaknya itu, karena jika Tiffany berada di posisi Terrence yang telah menghabiskan waktu lebih dari 10 tahun dengan orang yang dicintai, bisa-bisa Tiffany akan melakukan hal yang sama.

"Aku bisa memperhatikan diriku sendiri, okay? Jadi pergilah."

"Terrence!" Tiffany meletakkan tangannya di atas meja kakaknya dan menutupi kertas yang sedang dibaca oleh Terrence, terlalu kesal menahan emosinya.

Terrence kini menatapnya dengan mata menyala. Apa yang Tiffany pikirkan sekarang? Bisa-bisanya dia menghalangi dirinya untuk bekerja.

"Kau bekerja terlalu keras. Kau harus beristirahat. Lihatlah dirimu!"

"I'm fi..."

"What the hell. You're not. Pulanglah ke rumah dan lihatlah betapa hancur dirimu!" Tiffany berusaha menyadarkan kakaknya itu.

"Please, Terrence. Mom dan Dad sangat khawatir dengan keadaanmu. Aku pun juga. Aku sebagai adikmu... Ingin kau kembali seperti dulu lagi." Tiffany menatap Terrence dengan mata berkaca-kaca, membuat Terrence bangkit dari duduknya dan memeluk adik perempuannya itu.

Iya, mungkin dia terlalu egois sehingga hanya bisa memikirkan betapa sakit dirinya tanpa tahu keegoisannya itu sudah melukai hati orang di sekitarnya.

"Aku merindukannya juga, Terrence. Tak hanya kau. Dia sahabatku dan sudah dua tahun dia juga tak pernah memberiku kabar. Aku juga khawatir. Jangan pernah merasa sendiri karena masih ada orang di sekitarmu yang bisa memahami apa yang kau rasakan. Percayalah, jika kau memang ditakdirkan untuk bersama dengan Kiera, maka kau akan bertemu lagi dengannya."

Happy reading all! 💜 Jangan lupa vote dan comment ya. Oh iya guys, jangan lupa juga baca novel baruku, judulnya 'Pinky Promise'. Kalau pingin tau kelanjutannya, download Joylada dan kalian bisa tahu lanjutannya gimana. Okay guys? 😆 Btw gimana tuh, skrng ada baby El? Pada kaget gak? Hehehehe. Jangan lupa follow ig'ku juga ya @ johannahelina_

Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang