11

3.9K 271 4
                                    

"Aku ingin berbicara denganmu, Ki. Lebih baik kau menceritakan semuanya padaku."

"Kau..." Kiera sedikit terkejut saat Tiffany berada di depan pintu rumahnya dan menatapnya dengan serius saat ini.

"Kau benar-benar harus menceritakan padaku sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Terrence." Hening beberapa saat karena Kiera benar-benar tak tahu harus menjawab pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Tiffany dengan apa.

"Masuklah dulu." Kiera membuka pintunya lebih lebar agar Tiffany dapat masuk.

Tiffany berjalan masuk ke dalam rumah kakak beserta istrinya itu, lalu duduk di sofa. Tiffany mendengar suara gaduh sebelum anjing Golden tersebut berlari-lari menuju ke arahnya.

"Hey, Terry." Tiffany mengelus kepala Terry. Mendapat perlakuan yang disukainya itu, Terry naik ke atas sofa dan duduk di samping Tiffany.

"Kau mau minum apa?"

"Teh saja tidak apa-apa."

"Baiklah." Kiera berjalan ke arah dapur, membuat dua gelas teh dan juga membawa snack berupa biskuit ke tempat Tiffany berada.

"So... What happened?" Tanpa berbasi-basi, Tiffany langsung bertanya setelah meminum seteguk teh yang dibuatkan Kiera untuknya.

"Tidak ada apa-apa, Tiff. Hanya saja hubunganku dan Terrence sedang tidak terlalu baik."

"Oh, ayolah, Ki. Aku tahu kalau hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja. Tapi aku ingin tahu detailnya."

"Aku sendiri tak tahu, okay? Tiba-tiba saja dia... Berubah."

"Berubah?"

Kiera menceritakan segala hal yang ada di otaknya mengenai suaminya itu. Kalau ditanya apakah Kiera masih mencintai suaminya itu? Tentu saja. Perasaannya pada Terrence tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Tapi dia tak yakin apakah Terrence masih mencintainya. Bagaimana kata-kata kasar dan tak ada lagi pelukan atau ciuman hangat yang ditujukan padanya membuat Kiera semakin yakin bahwa tak ada perasaan yang tersisa lagi dari suaminya itu untuknya.

Kiera bahkan tak bisa menahan air matanya untuk tak jatuh sehingga sekarang Kiera menatap ke atas, berusaha menghentikan tetesan air mata yang jatuh dan rasa sakit di hatinya.

"Biarkan aku bicara padanya." Tiffany mengambil tas yang dia letakkan di atas meja, bersiap-siap akan beranjak dari sana, tapi ditahan oleh Kiera.

"Jangan, Tiff."

"Aku tidak bisa, Ki. Aku tidak bisa membiarkan hubungan kalian hancur begitu saja. Aku harus menasehati Terrence agar tidak bersikap egois seperti itu. Aku akan menyuruh kakakku yang lain untuk membantu mengurus pekerjaannya agar kalian bisa..."

"Tiff, it's okay." Kiera berusaha tersenyum, berusaha meyakinkan sahabatnya bahwa dia bisa mengurus hubungannya dengan Terrence sendiri.

Kiera merasa bahwa Tiffany tidak ada kewajiban untuk membantunya. Ini adalah pernikahannya dengan Terrence. Jadi jika ada konflik yang terjadi di antara mereka berdua, maka mereka berdualah yang harus bertanggung jawab atasnya.

"Aku benar-benar..."

"Tiff, percayalah padaku." Kiera meletakkan telapak tangannya di atas kedua telapak tangan Tiffany.

"Kalian... Jangan sampai melakukan hal yang aneh-aneh. Aku... Kalian ditakdirkan bersama dan aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada kalian."

"Iya, aku berjanji." Kiera bisa melihat mata Tiffany yang berkaca-kaca, membuat Kiera jadi ingin menangis lagi saja. Sebenarnya janji yang baru saja keluar dari mulutnya belum tentu dapat dia tepati.

Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang